Tak Mau Kuliah kalau Tak Dibelikan Motor Yamaha Aerox demi Gaya, Kini Hidup dalam Sesal dan Kekecewaan

Disuruh kuliah PTN sama ortu: mau dengan syarat dibelikan motor Yamaha Aerox. Kini berujung menyesal MOJOK.CO

Ilustrasi - Disuruh kuliah PTN sama ortu: mau dengan syarat dibelikan motor Yamaha Aerox. Kini berujung menyesal. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Sering kali manusia harus mengalami kesalahan dan penyesalan terlebih dulu untuk kemudian memetik hikmah. Seperti cerita narasumber Mojok: enggan kuliah ke PTN kalau tidak dibelikan motor Yamaha Aerox. Tapi setelah dibelikan, bukannya kuliah sungguh-sungguh malah membuat orangtua kecewa.

***

Tidak semua orang beruntung, tanpa merengek-rengek dan mengkhawatirkan biaya, tapi orangtua mendorong penuh agar kuliah di PTN. Namun, tidak jarang orang dengan kemewahan seperti itu justru menyia-nyiakannya. Begitulah pengakuan Fico (23)*, bukan nama sebenarnya, atas dirinya sendiri.

Fico mengakui kalau dia berasal dari keluarga cukup mapan, meski juga tak kaya-kaya amat. Biaya kuliah di PTN tentu bukan perkara memberatkan bagi orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua Fico mendorong betul agar dia kuliah di PTN ternama. Misalnya gagal di SNBP atau SNBT, daftar jalur mandiri pun tak jadi soal.

Fico pun mengakui, sebenarnya dia juga berminat untuk kuliah di PTN. Namun, dia mencoba menggunakan kesempatan itu (dorongan dari orangtuanya) untuk mendapatkan apa yang dia mau.

“Orangtuaku itu bisa royal kalau hubungannya sama pendidikan. Tapi kalau urusan gaya hidup, dia bisa sangat pelit,” ujar Fico, Senin (18/8/2025).

Mau kuliah PTN asal dibelikan motor Yamaha Aerox

Fico melancarkan aksi drama: menyatakan diri tidak mau kuliah, maunya main-main aja. Dia hanya mau kuliah kalau dibelikan motor Yamaha Aerox.

Awalnya drama itu tak digubris oleh orangtua Fico. “Kalau nggak mau kuliah ya sudah. Toh itu buat masa depanmu sendiri,” begitu ancam ayah Fico.

Akan tetapi, karena Fico masih keukeuh dengan permintaannya, justru sang ibu lah yang luluh. Ibunya pengin Fico menjadi sarjana sebagaimana kakaknya. Bukan menjadi pemuda yang hanya kluntrak-kluntruk.

Alhasil, orangtua Fico pun membelikan motor Yamaha Aerox seperti yang dia minta. Dari situ, Fico lalu mengikuti SNBT dan keterima di sebuah PTN di Jawa Timur pada 2021 silam.

“Kakakku juga ikut ngancam sih. Dia dulu kan nggak minta aneh-aneh juga waktu kuliah. Kakak berprestasi memang. Kakakku itu bilang lah ke aku, awas aja kalau aku cuma bisa gaya doang tapi nggak bisa ngasih prestasi,” ujar Fico.

Tapi hal itu sama sekali tak membebaninya. Fico menganggapnya enteng saja. Dia ingin membuktikan kalau dia tetap bisa berprestasi sebagaimana sang kakak.

Motor Yamaha Aerox buat gaya di kampus

Mengingat harganya yang mahal, motor Yamaha Aerox memang seperti menjadi standar sosial. Setidaknya begitu di lingkungan Fico.

Di fakultasnya pun—sebuah PTN di Jawa Timur—tidak banyak yang kuliah dengan motor Yamaha Aerox. Lebih-lebih di jurusan Fico. Alhasil, Fico merasa keren di antara teman-temannya.

“Pakai motor Yamaha Aerox itu kayak gagah aja,” kata Fico.

Motor itu juga membuat Fico merasa sangat percaya diri kalau hendak mendekati perempuan. Dan memang terbukti, dia beberapa kali ganti pacar. Motor Yamaha Aerox-nya menjadi saksi siapa saja perempuan yang pernah terpikat dengan Fico.

Baca halaman selanjutnya…

Berujung penyesalan dan kekecawaan

Tragedi motor hilang

Motor Yamaha Aerox itu menemani Fico hingga semester 7. Di semester itu pula tragedi menimpanya. Fico baru saja pindah kos. Belum juga dua bulan, motor Yamaha Aerox-nya hilang.

“Sebenarnya sudah masuk parkiran dan kukunci ganda. Cuma parkirannya nggak rapet. Karena aku pindah situ pertimbangannya kan karena kamarnya enak aja. Urusan parkir motor menyesuaikan lah. Karena kan aku nggak tidur di parkiran,” kata Fico.

Fico menyadari motornya raib ketika menjelang Zuhur dia hendak berangkat ke PTN-nya. Dengkulnya langsung lemas, diserang kepanikan. Sialnya, CCTV di parkiran kosnya sudah lama mati dan belum dibenahi.

Tapi Fico memang tidak bisa berbuat banyak. Pemilik kosnya jelas lepas tanggung jawab. Tak hanya itu, si pemilik kos juga memberitahu Fico, kalau sekali motor hilang di daerah situ, maka kemungkinan kembalinya bisa dibilang hanya 1%, bahkan sekalipun lapor polisi.

Carut-marut perkuliahan

Fico tak punya keberanian untuk memberitahu orangtuanya. Dia tahu belaka, konsekuensi dia dibelikan motor Yamaha Aerox adalah agar: Pertama, kuliah sungguh-sungguh. Kedua, menjaganya sebaik mungkin. Karena tadi, orangtuanya pelit betul soal gaya hidup.

Sialnya, dua hal itu tidak dilakukan oleh Fico. Wong sudah sejak semester 3 kuliahnya carut-marut, yang membuatnya harus mengulang banyak mata kuliah hingga molor-molor.

“Aku kan mulai sibuk organisasi di semester 3. Waktuku habis di organisasi. Jadi kuliah brantakan,” ucap Fico.

“Orangtua sebenarnya sudah sering kesel, karena aku kok nggak beres-beres kuliahnya,” sambungnya.

Alih-alih sadar diri, Fico malah menaikkan tensi. Dia meminta orangtuanya sabar. Meski kini akhirnya hanya sisa penyesalan.

Puncak penyesalan dan kekecewaan orangtua

Belum lama ini orangtua Fico akhirnya tahu kalau Fico kehilangan motor Yamaha Aerox yang dulu dia minta sebagai syarat kuliah PTN. Orangtuanya juga tahu kalau kuliah Fico berantakan ya karena Fico tak terlalu serius kuliah.

“Semua karena kakakku. Kakakku itu suatu kali tiba-tiba main ke daerah PTN-ku. Ya sudah dia tahu motorku hilang karena aku nggak bawa motornya. Sejak hilang kan aku nebeng temen kalau nggak naik ojol,” ujar Fico.

Di sisa semester ini, orangtua Fico—yang barangkali sudah di puncak kecewa—memutuskan untuk tidak lagi mau menyuplai biaya kuliah Fico. Itu membuat Fico kini kelimpungan. Dapat uang dari mana, wong belum kerja?

Fico kini hanya bisa merutuki dan menyesali apa yang telah terjadi. Yang paling mengganggunya tentu: Kenapa dulu setidak tahu diri itu meminta motor Yamaha Aerox sebagai syarat mau kuliah PTN.

“Aku berkali-kali tertampar realitas, termasuk tiap baca liputan di Mojok. Ada loh orang yang nggak didukung orangtuanya kuliah, akhirnya harus mati-matian usaha sendiri buat bisa kuliah PTN,” kata Fico.

“Aku juga tertampar realitas, karena makin ke sini, motor Yamaha Aerox jadi ceng-cengan: motor hasil banting pintu rumah. Alias motor hasil ngancam-ngancam orangtua. Karena kan di medsos banyak, ada anak sampai tantrum karena pengin dibelikan Aerox,” ujar Fico.

Teman-teman Fico sebenarnya tidak ada yang tahu kalau Fico juga termasuk salah satu bocil tantrum tersebut. Tapi karena itu realitas di Fico, jadi dia merasa tertampar. Cerita ini Fico bagikan agar siapapun yang membaca bisa belajar untuk lebih tahu diri lagi sebagai seorang anak.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Mahasiswa PTN Rela Bohongi Ibu: Ngaku Sudah Lulus Kuliah Bergelar Sarjana padahal DO, Demi Fokus Kerja Bantu Hidupi Keluarga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

Exit mobile version