Modal ijazah paket C karena mengaku malas sekolah, seorang lelaki justru dapat jalan kerja di Jakarta Selatan. Pekerjaan yang tak pernah ia duga sebelumnya.
***
Ini adalah kisah tentang Udin (25). Ia mulai merasa tak cocok dengan sistem pembelajaran di sekolah saat duduk di bangku SMA. Sebelum itu, ia mengaku pendidikannya lancar-lancar saja.
Namun, saat SMA ia mulai sering bolos. Bukan untuk bermain atau bersenang-senang, biasanya saat bolos sekolah ia hanya menghabiskan waktu di kamar tanpa berbuat banyak hal.
Sampai akhirnya, ia sudah terlampau sering tidak masuk sekolah sehingga pilihannya antara tidak naik kelas atau pindah. Akhirnya, saat menginjak kelas 2 SMA ia keluar dari sebuah sekolah berasrama di Jogja.
Beruntung, masih ada SMA swasta yang mau menerimanya untuk langsung melanjutkan sekolah. Ia sebenarnya malas tapi tuntutan orang tua membuatnya mau untuk sekolah kembali.
Sayangnya, kebiasaan lamanya kembali terulang di sekolah baru. Tidak sampai satu semester, karena sering bolos, akhirnya ia memutuskan mogok sekolah. Pilihan terakhirnya hanya tinggal kejar ijazah paket C.
Udin mengaku tidak ada masalah dengan teman atau lingkungan di sekolahnya. “Aku hanya nggak merasa cocok sama sekolah, sama sistem pendidikannya, itu sih yang aku pikirkan dulu. Ini beneran aku kepikiran begitu,” kelakarnya.
Kegagalan kedua itu tentu membuat orang tuanya sedih. Mencoba mencari jawaban kenapa anaknya terus menerus tidak mau sekolah sebagaimana anak lain. Udin mengaku, kepada orang tuanya, memberikan penjelasan yang sama seperti yang ia paparkan kepada saya.
Ia akhirnya memutuskan tak lagi ke SMA lain. Mengambil jalan akhir dengan ujian penyetaraan paket C agar bisa mendapat ijazah SMA. Sampai di titik itu, ia belum terbesit bakal kerja di Jakarta.
Sempat coba kuliah modal ijazah paket C tapi tak lulus
Ijazah paket C yang Udin dapat juga tak langsung ia gunakan untuk kuliah. Ia sadar bahwa semangatnya untuk belajar di bangku kelas tidak besar jadi memutuskan untuk membuka usaha saja.
“Ya usahanya sederhana lah. Sempat jualan es kelapa muda sampai es buah di Jogja,” kenangnya.
Ijazah paket C miliknya pun tak terpakai. Jangankan buat daftar kerja di Jakarta, buat daftar kuliah saja tidak. Dulu, ia berusaha tetap mengambil paket C setelah drop out dari dua sekolah karena dorongan orang tua.
Pada 2017-2018, berjualan di pinggiran jalan ia lakoni tanpa gengsi saat teman-temannya yang lain kuliah. Toh, ia bukan tidak mampu melainkan awalnya memang tak ingin kuliah saja.
Ternyata, membuka usaha pun tidak semudah yang ia bayangkan. Tidak ada usahanya yang berhasil mendatangkan cuan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia gagal di jalan tersebut.
Pada 2019, setelah mendapat dorongan dari orang tua juga, akhirnya ia mencoba mengikuti jalan sebagaimana kebanyakan teman-temannya. Ia masuk kuliah di Jurusan Teknik Sipil UMY modal ijazah paket C. Jurusan yang menurutnya cukup bergengsi.
“Ya awalnya memang ada semangat, terpikir ya jurusan yang lumayan prospektif. Jadi orang proyek,” tuturnya.
Udin sempat mencoba untuk mengikuti pembelajaran dengan serius, setidaknya di masa-masa awal semester pertama perkuliahan. Hingga akhirnya ia mulai kembali membolos, seperti saat masa SMA dulu.
“Satu semester habis itu nggak aku lanjutkan lagi kuliah di UMY. Orang tuaku, ya saat itu sudah kecewa dan bingung juga sepertinya. Kakak-kakakku semuanya sarjana,” kisahnya.
Keputusannya keluar dari kuliah bertepatan dengan masa awal pandemi. Ia terpaksa lebih banyak di rumah dan tidak bisa melakukan banyak hal.
Gagal urusan perkuliahan dan bisnis membuat Udin putar otak. Namun, awalnya ia belum sampai terpikirkan bisa kerja di Jakarta Selatan. Ia sadar ijazahnya hanya paket C.
Titik balik bisa kerja di Jakarta Selatan setelah 3x drop out dari pendidikan
Saat masa pandemi kebetulan sedang booming kursus online terkait pemrograman. Lewat informasi di internet akhirnya ia putuskan untuk mencoba mendaftar.
Biaya kursusnya sampai lebih dari Rp20 juta tapi ada mekanisme penyicilan setelah dapat kerja. Sehingga, di awal hanya perlu niat dan tekad. Udin pun mendaftar.
Dalam dua bulan, ia dituntut untuk lolos tes untuk menguji kemampuan pemrograman sesuai dengan standar perusahaan. Jika gagal, ada kesempatan sampai percobaan ketiga. Dan benar saja, ia gagal dalam dua bulan pertama.
“Benar-benar saat itu aku stres. Bayangkan saja, benar-benar dari nol. Nggak paham sama sekali dunia IT,” terangnya.
Namun, jika ia keluar maka harus membayar biaya kursus. Sehingga, ia memutuskan mencoba periode kedua, dua bulan lagi. Ternyata ia masih gagal. Seperti tak punya pilihan lain dan terlanjur menandatangani perjanjian, ia ikuti percobaan ketiga sehingga total ia mengikuti kursus selama enam bulan.
Jika gagal pada percobaan ketiga, maka ia dianggap memang tidak layak untuk bekerja di bidang tersebut. Terpaksa keluar dengan membayar biaya kursus tadi.
“Alhamdulillah banget, akhirnya lolos meski jauh dari sempurna, di bagian back-end developer,” katanya.
Berkat hal itu ia bisa bekerja di bidang IT meski hanya modal ijazah paket C. Awalnya kerja di Tangerang Selatan. Lalu pada 2023 pindah kerja di Jakarta Selatan dengan gaji belasan juta.
Ia mengaku tak terbayang bisa jauh dari rumahnya untuk kerja di Jakarta Selatan dengan gaji lumayan besar. Namun, di sisi lain ia melihat, secara tersirat bahwa mimpi kedua orang tuanya agar ia kuliah masih terus ada. Udin, kini hanya berusaha menjalani apa yang ada di depan matanya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News.