Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee 2025

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
15 Mei 2025
A A
Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee MOJOK.Co

Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kopi Gunung Puntang dari Bandung, Jawa Barat pernah menjadi juara dunia dalam kompetisi yang diadakan Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, pada April 2016. Bisa jadi, jika 7 tahun sebelumnya petani-petani di lereng gunung tersebut tetap bertanam sayur, Kopi Gunung Puntang tak seterkenal sekarang.

***

Miptaudin (39), tersenyum lebar saat saya menyapanya. Ia tengah memilah kulit kopi yang bercampur dengan green bean di booth milik Koperasi Klasik Beans di area Farms Village, World of Coffee Jakarta, Kamis (15/5/2025) di Jakarta International Convention Center (JICC). Acara ini akan berlangsung hingga 17 Mei 2025. 

Jebakan tengkulak yang membuat petani sayur Gunung Puntang beralih ke kopi

Senyumnya bisa jadi tidak akan selebar ini jika di tahun 2009, ia masih bertani sayuran di lereng Gunung Puntang, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Saat itu, ia menjadi salah satu petani muda yang berani putar arah tak lagi menanam sayuran dan menggantinya dengan tanaman kopi. 

“Sayuran itu sebenarnya panen tiap tiga bulan, tapi kalau dihitung-hitung selalu rugi,” ujarnya. Dulu, kata Mipta, para petani mengandalkan modal dari para tengkulak. Begitu panen, harga jual menyesuaikan keinginan tengkulak. Ia ingat, jenis sayuran terakhir yang ia tanam adalah cabai gembok. 

Titik balik Miptaudin saat terjadi kebakaran lahan di kampungnya. Ada anak-anak muda yang melakukan penghijauan dengan memberikan bibit kopi. Dari mereka, Miptaudin juga diyakinkan bahwa menanam kopi itu lebih menjanjikan dan punya manfaat dalam menjaga alam. 

Miptaudin, petani kopi dari Gunung Puntang, Bandung, Jawa Barat. Keputusannya beralih dari petani sayur menjadi petani kopi 14 tahun yang lalu terbukti tepat. MOJOK.Co
Miptaudin, petani kopi dari Gunung Puntang, Bandung, Jawa Barat. Keputusannya beralih dari petani sayur menjadi petani kopi 14 tahun yang lalu terbukti tepat. (Agung P/Mojok.co)

“Saat itu kalau hujan turun, air sumur jadi keruh karena hutan yang gundul dan ditanami sayur di bagian atas. Dulu nggak banyak yang mau menanam kopi karena hasilnya belum pasti,” katanya. 

Miptaudin mengatakan, di kampungnya memang sudah ada yang menanam kopi, tapi tidak dirawat. Harganya juga sangat murah, seingat dia hanya Rp1.200 per kilogram cherry atau biji kopi matang yang habis dipetik dari pohon.

Miptaudin memutuskan untuk tidak lagi menanam sayur dan menggantinya dengan benih kopi Arabika, bantuan dari Perhutani. Pilihannya tersebut tidak banyak diikuti petani-petani lain. “Lahan saya itu setengah hektar saya tanami kopi, nggak lagi nanam sayur,” ujarnya. Konsep tanaman kopi di Gunung Puntang menggunakan teknik agroforestri, yang menggabungkan tanaman berkayu dengan tanaman pertanian dengan tujuan untuk menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Memilih jadi buruh tani demi lahan bisa ditanami kopi

Pilihan Miptaudin bukan tanpa resiko, karena panen kopi baru akan berlangsung tiga tahun setelah masa tanam. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ia menjadi buruh tani di lahan-lahan milik tetangganya. Ia bekerja dari pagi pukul 07.00 hingga pukul 12.00, selebihnya ia merawat kebun kopinya. 

Berbeda dengan sayuran, biaya merawat pohon kopi tidak begitu tinggi. Bahkan untuk pupuk, ia mengandalkan kotoran kambing peliharaannya. 

Tiga tahun kemudian, saat memasuki masa panen, Miptaudin baru memetik buah kesabarannya. “Harga kopi cherry sekilo 4.000 terus naik jadi 6.000 rupiah,” ujar Miptaudin. 

Keberhasilam petani kopi di Gunung Puntang tak lepas dari peran Koperasi Beans Klasik. Dalam foto, Giyan salah satu tim dari Koperasi Bean Klasik. (Agung P/Mojok.co)

Kini 16 tahun setelah mulai menanam kopi, senyum Miptaudin makin lebar. Harga kopi cherry ada di kisaran Rp15 ribu per kilogram. Hasil bertanam kopi, ia gunakan lagi untuk membeli lahan. Dari semula hanya punya setengah hektare, Miptaudin kini punya lahan 2 hektare yang menghasilkan panen sekitar 10 ton. Hasil panen kopi, menurutnya sudah cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan menyekolahkan dua anaknya. 

“Sekarang air di tempat kami jernih, hutannya sudah nggak gundul, petani kopi juga makin maju, kopi dari Gunung Puntang juga sudah dikenal,” kata Miptaudin. Di arena World of Coffee ia baru percaya kalau kopi Gunung Puntang itu sudah mendunia.

Iklan

Itu karena bule-bule banyak yang datang ke booth tempatnya berada. Selama ini ia memang mendengar kalau kopi dari Gunung Puntang itu sudah mendunia, bahkan jadi juara dunia, tapi menurutnya itu hanya katanya. “Setelah datang, saya membuktikan, memang bukan lagi katanya, tapi memang sudah mendunia,” ujarnya. 

Berawal dari salju kering di NTT yang matikan palawija

Kopi Puntang memang sudah mendunia, apalagi, kopi arabica Gunung Puntang pernah menjadi yang terbaik dalam kompetisi yang diadakan oleh Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, pada April 2016. Selain itu dalam kompetisi kopi tingkat nasional, kopi ini kerap berjaya. 

Tak jauh dari Miptahudin, saya mampir ke booth bertuliskan Kopi Kaghomasa, Kopi Bajawa. “Kaghomasa itu artinya merangkul. Merangkul siapa saja yang bermaksud baik,” kata Marselina Walu (50), perempuan yang berjaga di booth Kopi Kaghomasa. Marselina Walu adalah satu dari sekitar 26 petani asal Desa Radabata, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur yang tergabung dalam Kaghomasa.

World of Coffee 2025
Marselina Walu menjelaskan tentang kopi Bajawa Flores yang dihasilkan kelompok taninya. (Agung PW/Mojok.co)

“Awalnya itu sudah dimulai dari tahun 2007, ketika ada program pengembangan tanaman kopi arabika dari pemerintah. Dulu kami bergantung dengan palawija, tapi sering gagal panen karena terkena api dhadhi, atau salju kering yaitu kondisi dingin yang ekstrim di bulan Juni sampai Agustus,” kata Marselina. 

Di tahun 2013, dilakukan kolaborasi dengan LSM Belgia untuk memperbaiki produksi tanaman kopi. Sejak itu, terjadi kenaikan produksi kopi arabica varietas Flores Bajawa secara signifikan. Selain itu, tanaman palawija kini berganti dengan tanaman-tanaman kopi dan tanaman naungan seperti sengon, sengon laut, dadap, dan beberapa tanaman lainnya. 

“Selain itu, tanaman kopi kuat dari salju kering, puncak bukit kini jadi menghijau,” kata Marselina. 

Ia berharap, event World of Coffee makin mengenalkan kopi produksi Kaghomasa. Tahun 2023-2024, Kopi Kaghomasa Bajawa menduduki peringkat 2 Cup of excellence Indonesia.

World of Coffee 2025, unjuk gigi petani kopi lokal

Selain, Marselina Walu dari Kaghomasa dan Miptaudin dari Gunung Puntang, sekitar 20-40 petani kopi lokal di Indonesia dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan daerah lainnya akan meramaikan Farmers Village di aera World of Coffee 2025. 

Tak jauh dari Farmers Village ada Nusantara Pavilion akan menjadi wadah bagi pemerintah daerah untuk memperkenalkan cita rasa kopi dari daerah mereka masing-masing.

Hari pertama event World of Coffee Jakarta 2025 dipadari pengunjung. (Agung PW/Mojok.co)

World of Coffee Jakarta 2025 Even diselenggarakan Specialty Coffee Association (SCA), Coffee Association of Indonesia (SCAI), dan Exporum Inc. Terdapat Pameran Dagang yang menghadirkan lebih 300 peserta dari 5 negara, mencakup petani kopi, roaster, barista, eksportir, importir, serta produsen peralatan kopi. Terdapat pula Program Edukasi yang berada di area SCA Lecture Series, Cupping Room, dan Brew Bars.

Salah satu agenda yang ditunggu-tunggu adalah World Brewers Cup Championship. Sebanyak 50 negara akan turut berpartisipasi dalam kompetisi meracik kopi sedunia ini. Ada juga seminar yang menghadirkan pakar industri kopi ternama di Indonesia maupun dunia. Informasi dan agenda selama acara WOC berlangsung bisa dilihat di laman https://asia.worldofcoffee.org/schedule.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kedai Kopi Kecil Berhasil Hidupkan Pasar Mati di Kota Jogja, Malah Berujung “Disingkirkan”

 

Terakhir diperbarui pada 15 Mei 2025 oleh

Tags: arabicaarabikagunung puntangkopiworld of coffee
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Pertama kali ngopi di gerai kopi Starbucks Surabaya, turuti gengsi hingga berakhir konyol gara-gara menu MOJOK.CO
Kuliner

Sekali Seumur Hidup Ngopi di Starbucks, Jadi Konyol dan Menyesal karena Salah Nyebut Menu sampai Bawa Pulang Cup Bekas Kopi

29 September 2025
Angkringan Jogja Pamornya Tak Akan Pernah Meredup, meski Harganya Tak Lagi Bersahabat
Pojokan

Angkringan Jogja Pamornya Tak Akan Pernah Meredup, meski Harganya Tak Lagi Bersahabat

7 Juli 2025
World of Coffee hadir di Jakarta. Mencicipi berbagai jenis kopi hingga belajar industrinya MOJOK.CO
Kilas

World of Coffee Hadir di Jakarta pada Mei 2025: Cicipi Kopi Berbagai Dunia, Belajar Jadi Barista, hingga Ilmu untuk Kembangkan Bisnis Kopi

27 April 2025
Ngopi Itu Nikmat, Tidak Perlu Diributkan | Semenjana Eps. 9
Video

Ngopi Itu Nikmat, Tidak Perlu Diributkan | Semenjana Eps. 9

25 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.