Tak sulit buat menemukan coffee shop di Kota Jogja. Namun, yang lokasinya nyempil di kolong jembatan, masih jarang kita jumpai.
Rue Kopi, menjadi warung kopi pertama dan satu-satunya di Jogja yang lokasinya berada persis di bawah jembatan. Warkop yang memanfaatkan lahan taman mati di bawah Jembatan Baru UGM, Sinduadi, Mlati, Sleman ini jadi tempat nongkrong anak-anak skena dan bloke core.
Sore itu, Kamis (30/5/2024), saya mengunjungi hidden gem tersebut. Lokasinya cukup tersembunyi, mblusuk-mblusuk, dan mungkin tak banyak yang sadar kalau di tempat tersebut ada warung kopi. View-nya pun langsung menghadap aliran Kali Code, lengkap dengan bapak-bapak yang tengah memancing kala sore hari.
Saat saya datang, alunan lagu dari The Clove and Tobacco dan Payung Teduh, bergantian menyambut. Pengunjung lain, yang seragam dengan outfit kaos band metal, punk, hingga jersey bola lawas, meramaikan lokasi.
Tak hanya pengunjung. Nanda (26), sang pemilik kedai pun, tak kalah nyentrik. Sore itu, ia tampil dengan balutan jersey lawas West Ham United, saat sibuk melayani pembeli. Pantas saja kalau coffee shop ini dijuluki titik kumpul para umat skena dan penikmat fesyen jersey retro alias bloke core, pikir saya.
Rela babat alas di taman yang terbengkalai demi bangun coffee shop
Rue Kopi yang lokasinya berada di kolong Jembatan Baru UGM itu, merupakan cabang dari Rue Kopi Street yang berada di tepi Jalan Laksada Adisucipto–dekat dengan Ambarukmo Plaza (Amplaz). Nanda sendiri baru mulai membuka cabang baru tersebut saat bulan puasa lalu.
Kendati demikian, Nanda mengaku sudah sejak 2019 lalu mengetahui lokasi tersebut. Awalnya, lokasi itu adalah sebuah taman desa. Sayangnya, ia memang tak terurus dan bahkan terbengkalai sejak beberapa tahun ke belakang.
“Kata Pak RT sini, ‘silakan pakai saja, kalau bisa malah ramaikan tempat tersebut!’, karena memang lokasi ini benar-benar tak terurus,” ungkap sang pemilik coffee shop kepada Mojok, Kamis (30/5/2024), menceritakan awal dia melirik lokasi tersebut.
Saat saya datang, memang ada semacam bekas taman bermain anak-anak yang telah hancur di sana. Papan nama bertuliskan “Sinduadi” pun masih bisa saya jumpai, meski kondisinya sudah memprihatinkan.
“Waktu saya buka warung kopi di sini, semak-semak masih di mana-mana. Kami yang bersihin tempat ini. Ya, ibarat kata babat alas,” sambung lelaki asal Lampung ini.
Meski tempatnya ndelik, Nanda sama sekali tak memiliki keraguan kalau usahanya bakal banyak peminatnya. Pasalnya, di Malang, beberapa warung kopi bawah jembatan justru ramai. Salah satunya yang tengah viral adalah Nogokeling, yang lokasinya di kolong Jembatan Begawan, Malang.
Baca halaman selanjutnya…
Sempat kesulitan promosi. Bisa ramai karena anak-anak skena.
Ia pun berpikir, karena di Jogja belum ada konsep serupa, itu bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
“Sampai sekarang masih satu-satunya di Jogja. Bahkan orang julukin ‘Nogokeling-nya Jogja’. Kapan lagi kan suasana ngopi dengan view Kali Code dan orang mancing.”
Pemilik juga heran kenapa Rue Kopi didominasi anak skena
Pada 2022 lalu, Nanda memutuskan pensiun kerja kantoran. Sempat menganggur, pada 2023 ia memutuskan merintis usaha kopi pinggir jalan di dekat Amplaz.
Mengingat circle-nya kebanyakan adalah anak-anak motor dan punk, pengunjung coffee shop-nya pun didominasi oleh mereka. Namun, saat memutuskan buka cabang di kolong jembatan pada Maret 2024 lalu, Nanda sebenarnya menginginkan segmen pengunjung yang general.
“Tapi dugaan saya sih, karena yang di dekat Amplaz udah lekat banget sama citra punk, anak motor, umat skena, ya itu kebawa ke sini. Yang datang anak-anak berkaos hitam semua,” ujarnya sambil tertawa.
Awal membuka Rue Kopi di kolong jembatan, Nanda mengaku masalah yang dihadapi adalah soal promosi. Bagaimana tidak, lokasinya yang nyempil bikin banyak orang nggak ngeh kalau di situ ada coffee shop.
Nanda mengaku sampai harus menutup sementara kedai di dekat Amplaz, hanya agar para pelanggannya sadar kalau Rue Kopi buka cabang di tempat lain.
“Ternyata berhasil. Sedikit-sedikit kedai mulai ramai. Dulu habis 30 cup kopi sudah banyak. Sekarang bisa terjual 150 cup yang es, dan 50-an cup kopi panas.”
Usaha dengan modal Rp400 ribu dan yang awalnya hanya menjajakan kopi pakai motor serta keranjang buah itu, kini sukses keras. Nanda sekarang sudah bisa membeli gerobak dan menggaji beberapa kawan yang membantunya mengelola usaha.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News