Hanya dengan raket murah dan seadanya, tapi bisa mengantarkan menjadi juara di berbagai kompetisi bulu tangkis. Raket itu juga menjadi saksi perjuangan dan pantang patah di Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus.
***
Ingar-bingar masih menyelimuti GOR Jati, tempat Audisi Umum PB Djarum 2025 digelar, pada Selasa (9/9/2025), sejak pagi hingga setidaknya siang hari. Hari ini adalah hari kedua masa screening. Ratusan peserta masih bersaing untuk berebut tiket lolos (Super Tiket).
Di dalam GOR, tribun dan pinggir-pinggir lapangan tampak penuh sesak oleh keluarga peserta yang memberi dukungan pada anak-anak mereka yang tengah adu smash. Sementara di luar GOR seluas 29.450 meter persegi itu, tersaji pemandangan beragam. Beberapa orang tampak menggelar tikar—bahkan lesehan beralas rumput—di taman-taman hijau sekitar GOR.
Sebagian orangtua tengah menunggu giliran sang anak bermain. Sebagian yang lain tengah istirahat sejenak untuk kemudian pulang ke kampung halaman usai sang anak dipastikan tak lolos.

Di tengah ingar-bingar itu, saya berjumpa sekaligus ikut duduk-duduk santai bersama Samsudin (45) dan Mutikah (45), sepasang orangtua yang mengantarkan sang anak. Mereka berasal dari Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Libur kerja demi antar anak ikut Audisi Umum PB Djarum 2025 di Kudus
Keluarga Samsudin sudah tiba di Kudus sejak Minggu, (7/8/2025). Mereka menginap di sebuah penginapan setempat di kawasan Kudus. Untuk mengantar sang anak, keduanya memang sama-sama sepakat libur kerja lebih dulu, walaupun agak panjang.
“Saya sehari-hari penjahit. Jadi sementara libur dulu nggak ambil garapan,” ujar Mutikah dengan senyum merekah.
“Kalau saya bengkel. Memang kalau anak ikut event atau lomba, kami berusaha terus menemani. Libur kerja dulu,” sambung Samsudin.

Samsudin dan Mutikah adalah orangtua dari salah satu peserta KU11, Mezzaluna El Khadafi. Tahun ini menjadi tahun kedua bagi Mezzaluna mengikuti Audisi Umum PB Djarum, sekaligus menjadi tahun kedua bagi Samsudin dan Mutikah menemani ke Kudus.
Tahun 2024 lalu, Mezzaluna gugur di screening hari pertama. Sementara di tahun 2025 ini, langkah Mezzaluna harus terhenti di screening hari kedua. Siang saat saya temui itu, mereka tengah rehat sejenak untuk kemudian pulang ke Kabupaten Semarang.
Mengakrabi raket saat anak-anak sebaya tak tertarik
Meski langkahnya terhenti di Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus, tak tampak guratan sedih dari wajah Mezzaluna. Bocah mungil itu tampak biasa saja. Padahal, tidak sedikit peserta yang menangis atau minimal bersedih kala langkahnya terhenti.
“Karena mentalnya sudah tertata sejak kecil, Mas,” ujar Samsudin. “Sudah jos.”
Keakraban Mezzaluna terhadap raket dan shuttlecock ternyata sudah terjalin sejak ia masih kelas 2 SD. Pendorongnya tentu saja sang bapak sendiri, Samsudin.
Samsudin memang tidak bercita-cita menjadi atlet. Namun, sejak muda dia begitu menggemari bulu tangkis. Hingga saat ini Samsudin bahkan rutin bermain bulu tangkis di sebuah lapangan di wilayah Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
“Di kelurahan saya nggak ada yang suka main bulu tangkis. Anak-anak juga. Jadi anak saya ini jadi satu-satunya yang suka main,” kata bapak-bapak penggemar Taufik Hidayat tersebut.
Samsudin sudah rutin mengajak Mezzaluna ikut ke lapangan bulu tangkis kecamatan untuk sekadar coba-coba menggunakan raket. Namun, lama-lama Samsudin merasa kalau bakat sang anak perlu diasah agar setidaknya bisa lebih lincah dalam memainkan raket. Saat Mezzaluna menginjak kelas 3 SD, Samsudin lantas memasukkan sang anak ke sebuah klub bulu tangkis setempat.
“Jadi memang sudah saya ajari sejak kecil, jangan gampang drop, jangan minder misalnya lawannya besar-besar. Itu juga diasah di klub. Jadinya mentalnya sudah terbentuk,” tutur Samsudin.
Jauhkan anak dari gawai
Mutikah tidak bisa tidak ikut mendukung sang anak yang mulai aktif bermain bulu tangkis. Pertama, karena itu bagus untuk meningkatkan prestasi anak. Kedua, kesibukan berlatih bulu tangkis bisa mengalihkan sang anak dari paparan gawai berlebihan.
“Seminggu itu hanya Sabtu dan Minggu baru main hp. Senin-Jumat sepulang sekolah berlatih bulu tangkis. Jadi nggak terlalu dipengaruhi hp. Itu bagus,” ujar Mutikah.
Selain itu, Mutikah dan Samsudin sama-sama mengatur pola makan sang anak demi menjaga kesehatan dan kebugarannya. Misalnya, dengan tidak membolehkan sang anak sering minum-minuman es berperisa manis.
Raket murah dan seadanya antar juara
Di tengah obrolan, pandangan saya tercuri oleh tas raket biru lusuh yang tergolek di belakang Mezzaluna. Samsudin dengan senang hati membukakan isi tas tersebut: berisi tiga buah raket.
Memang bukan raket-raket bagus jika dibandingkan raket peserta lain yang Samsudin lihat. Samsudin mengakui, harga raketnya hanya ratusan ribu saja. Tampak seadanya juga.
“Kalau tadi saya lihat, ada kan peserta yang raketnya sudah jutaan. Harusnya yang bagus kan seperti itu. Tapi karena biaya ya, Mas, jadi mampunya saya belikan yang murah-murah dulu,” ucap Samsudin dengan tawa geli.

Akan tetapi, tekad dan latihan keras nyatanya tak membuat langkah Mezzaluna gampang terserimpung gara-gara persoalan raket. Di Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus Mezzaluna memang gagal melangkah lebih jauh. Namun, di tingkat lokal, raket seadanya itu telah membawa Mezzaluna meraih beberapa kali juara 1.
“Di tingkat kecamatan juara 1, kabupaten juara 1, terus nanti akan main di tingkat provinsi di Wonosobo pada Kamis (11/9/2025) nanti. Habis ini pulang ke Kabupaten Semarang dulu, terus besok langsung berangkat lagi,” ujar Samsudin.
Saat ini, di rumah, setidaknya ada empat piala dan empat piagam atas keberhasilan Mezzaluna. Piala dan piagam yang terpajang di salah satu sudut rumah itu kerap membuat Samsudin senyum-senyum sendiri: merasa bangga dengan capaian sang anak.
Samsudin masih ingat betul, pertama kali Mezzaluna mengangkat piala juara 1, Samsudin dan Mutikah merasa bangga bukan main. Kendati hanya di level kecamatan.
Seandainya lolos Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus malah bingung?
Raket itu juga membersamai Mezzaluna di Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus.
Sebenarnya Samsudin tidak pernah memasang target muluk-muluk terhadap sang anak. Pokoknya Mezzaluna bisa bersenang-senang, memetik pelajaran, dan terus termovitasi untuk berlatih makin giat.
“Target saya nggak pernah muluk-muluk. Misalnya tahun ini main dua kali, tahun depan ya tiga kali, syukur bisa lolos. Tahun lalu cuma sekali, tahun sekaran bisa dua kali sudah bagus,” ujar Samsudin.
Sejauh ini, Mezzaluna sudah sangat membanggakan bagi kedua orangtuanya. Bahkan sekolah Mezzaluna pun punya antusiasme besar dalam mendukung setiap langkah bocah mungil itu.
Misalnya, untuk turnamen tingkah provinsi di Wonosobo nanti, sekolah sampai diliburkan. Sejumlah guru akan rombongan naik bus untuk mendukung langsung di Wonosobo.
“Padahal yang main cuma anak saya, tapi sekolah sampai segitunya, saya kan takjub juga,” kata Samsudin.
Itulah kenapa, seandainya Mezzaluna lolos Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus ini, Samsudin malah akan bingung. Begitu kelakarnya. Karena para guru di sekolah Mezzaluna sudah sangat antusias untuk mendukung di Wonosobo.
Jalan mengikuti jejak Ginting
Mezzaluna masih akan mengejar Audisi Umum PB Djarum Kudus di tahun berikutnya. Samsudin dan Mutikah pun memastikan akan senantiasa hadir mendampingi.
Tahun depan, saat Mezzaluna sudah masuk KU12, menjadi kesempatan terakhir bagi Mezzaluna untuk menjadi atlet bulu tangkis PB Djarum. Bocah itu masih bertekad mengikuti jejak sang idola menjadi atlet nasional: Antony Sinisuka Ginting.
“Kalau saya pokoknya saya doakan yang terbaik, selalu,” tutur Mutikah.
“Yang penting punya tekad. Kalau gagal nggak masalah. Toh masih bisa main di kompetisi lain. Kalau terus jadi juara, dapat banyak piagam, itu nanti akan memudahkan dia di pendidikan. Karena punya prestasi,” pungkas Samsudin.
Di bawah terik matahari Kudus siang itu, keluarga kecil itu melangkah meninggalkan GOR Jati Kudus, pulang, lalu bersiap menyongsong turnamen lain.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: GOR Jati, Kawah Candradimuka di Kudus yang Jadi Saksi Bisu Lahirnya Para Legenda Bulu Tangkis Indonesia atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan











