Hidup dari keluarga yang kurang mampu membuat Fikri Haiqal (24) harus putar otak untuk membiayai sekolahnya sendiri saat remaja. Karena tidak pintar secara akademik, Iqal mengasah kemampuannya di bidang olahraga, hingga bertemulah ia pada perguruan pencak silat Tapak Suci. Dari sanalah, Iqal bisa menempa diri. Bahkan ia bisa kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) lewat Jalur Prestasi.
***
Sebagai anak bungsu dari 5 bersaudara, Iqal, sapaan akrabnya, selalu diingatkan kakak-kakaknya agar tidak manja, karena untuk makan saja keluarganya sudah kepayahan. Alhasil, saudaranya itu terdidik hidup mandiri.
“Rata-rata, kakakku itu pintar secara akademik. Ada yang sudah juara di bidang sains dan dapat beasiswa sendiri untuk sekolah. Sementara, ibuku hanya pekerja rumah tangga. Setelah ayahku pisah, ekonomi kami pun jadi sulit,” kata Iqal saat dihubungi Mojok, Senin (26/5/2025).
Oleh karena itu, Iqal yang masih duduk di bangku kelas 3 SD selalu mengingat nasihat saudaranya. Ia pun tak mau kalah dengan mereka, terutama pada kakaknya yang seorang penyandang disabilitas.
Di tengah kekurangannya itu, kakaknya punya prestasi yang menterang. Bahkan saat ini, kakaknya itu berhasil meraih gelar S2 di kampus ternama dan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Jakarta.
“Aku jadi terpacu dari situ, kalau misalnya aku seperti ini terus. Ya aku nggak akan bisa mengubah kebodohanku secara akademik. Mangkanya waktu SMP aku berusaha mencari skill lain dan ternyata aku suka di bidang olahraga,” kata Iqal.
Tapak Suci sebagai tambatan hati
Padahal, kata Iqal, jika dilihat secara fisik, tubuhnya kurang proposional untuk menjadi atlet. Apalagi, jika dibandingkan dengan anak laki-laki sebayanya. Iqal bilang saat itu anatomi tubuhnya jelek, terlalu kurus dan pendek.
Tapi karena suka di bidang olahraga, Iqal mau mencoba banyak hal saat SMP, seperti futsal, basket, badmintoon, hingga silat. Dari semua itu, Iqal merasa lebih cocok di silat. Sebab dalam ilmu bela diri, ia tak hanya bisa menjadi petarung.
Dalam pertandingan pencak silat, ada kategori utama seperti tanding (fighter), tunggal, ganda, dan beregu. Kategori tanding adalah pertandingan antara dua pesilat. Sedangkan kategori tunggal, ganda, dan beregu adalah seni pertunjukkan.
Di mana, atlet dapat menampilkan gerakan atau jurus baik tunggal, dua orang (ganda), maupun tiga orang sampai lebih (beregu). Kategori inilah yang akhirnya Iqal geluti. Ia pun mengajak seorang teman sebagai pasangan gandanya.
Maka bergabunglah Iqal untuk latihan Tapak Suci di sekolahnya. Tapak Suci sendiri merupakan perguruan seni bela diri pencak silat yang didirikan oleh Muhammadiyah. Perguruan ini memiliki seragam khas berwarna merah dengan corak kuning.
Baca Halaman Selanjutnya
Tak mendapat perhatian setelah setahun latihan
Di awal latihan Tapak Sucinya, Iqal masih belum mendapat perhatian. Lagi-lagi karena di pandang sebelah mata oleh teman-teman maupun para pelatih. Seringkali, ia tak ditunjuk mewakili sekolahnya, karena ada kandidat lain yang dinilai lebih bagus darinya. Bahkan untuk ajang di tingkat cabang, ia tak pernah dipilih.
Meski begitu, Iqal tak pernah berhenti berlatih. Dalam seminggu, ia bisa latihan 4-5 hari. Ia latih fisiknya terus-menerus sampai seorang pelatih, yang kini sudah ia anggap sebagai keluarga, melirik upayanya setelah hampir dua tahun.
“Aku baru mendapat perhatian dari seorang pelatih Tapak Suci namanya Pak Ipul, saat aku duduk di bangku kelas 2 SMP semester 2,” kata Iqal.
Bagi Iqal, momen itu seperti titik balik. Mungkin jika salah seorang pelatih tersebut tak melihat upayanya, Iqal sudah menyerah di tengah jalan. Untungnya, pelatih tersebut melihat kegigihan dan kerja keras Iqal.
“Kurang lebih selama 11 tahun ini aku dilatih oleh beliau sampai aku berhasil meraih banyak juara, salah satunya aku pernah masuk koalisi pra Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2023,” kata atlet Tapak Suci tersebut.
“Sebelumnya aku dan teman ganda ku Tapak Suci ini juga pernah mendapatkan Juara 1 dalam pertandingan Pencak Silat Piala Kasad, di mana ajang ini diikuti oleh atlet pemusatan latihan daerah (pelatda) dan nasional (pelatnas),” lanjutnya.
Tapak Suci mengantarkan kuliah di UNESA
Dari berbagai lomba pencak silat yang ia ikuti itu, Iqal tak hanya mendapat medali maupun sertifikat, tapi juga uang tunai yang bisa ia tabung. Hitung-hitung untuk uang sakunya saat sekolah.
Bahkan, prestasinya tersebut dapat membawa Iqal memperoleh beasiswa kuliah di Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Sejujurnya, ia pernah tak menyangka bisa menempuh pendidikan tinggi sampai kuliah, mengingat untuk membayar biaya SMA saja ia harus berjuang mati-matian.
“Pagi sampai sore aku sekolah, menjelang latihan malam aku ngojol. Di luar jam latihan aku ngelatih silat di sekolah dasar. Kira-kira, tidurku hanya 3 sampai 4 jam dalam sehari,” jelasnya.
Kerja keras itu pun terus berlanjut bahkan saat ia kuliah di Unesa. Sembari mengikuti kegiatan pembelajaran, Iqal tetap latihan, menjadi pelatih di sekolah dasar, menjadi reseller parfum, dan bekerja di sebuah restoran. Dengan segala kesibukannya itu, Iqal masih bisa meraih gelar sarjananya tepat waktu atau dalam rentang empat tahun.
“Aku nggak mau dipandang remeh hanya karena aku lulusan SMA. Kakak-kakakku sendiri tergolong orang-orang yang jago di bidang akademik. Aku enggak mau kalah,” kata Iqal.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: 5 Penyebab Tapak Suci Muhammadiyah Sukar Berkonflik di Jalan dan Meresahkan Layaknya Beberapa Perguruan Lain atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan
