Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul memprediksi lonjakan wisatawan di wisata Pantai Parangtritis semasa libur panjang Isra Miraj dan tahun baru Imlek 2025. Maklum saja, hingga saat ini, Parangtritis menjadi salah satu lokasi wisata primadona di Jogja karena kemudahan aksesnya.
Kunjungan terbaru Mojok ke Pantai Prangtritis, Jogja, adalah pada libur panjang akhir 2024 lalu. Ribuan manusia tumpah ruah di sepanjang pesisir pantai selatan tersebut. Meskipun hujan deras mengguyur sejak pagi.
Waktu itu saya mencoba mengikuti patroli Tim SAR Parangtritis. Setelahnya, saya sengaja jalan-jalan sendiri dari ujung ke ujung pantai, mengamati aktivitas para pengunjung.
Banyak yang tampak menikmati: bermain air, bermain pasir, dan mengambil gambar. Namun, ternyata ada pula yang merasa tidak begitu menikmati suasana di Pantai Parangtritis, Jogja.
Sampah-sampah di Pantai Parangtritis Jogja
Sampah-sampah wisatawan memang banyak berserak di beberapa sudut pantai. Bagi Stefan (27), itu cukup mengganggu dan membuyarkan ekspektasinya.
Setfan dari Semarang, Jawa Tengah. Libur panjang akhir tahun 2024 memang dia gunakan untuk main-main ke Jogja bersama pasangannya.
Karena di Semarang tidak ada pantai yang indah—karena adanya pantai berwarna cokelat—maka pacar Stefan mengajaknya ke Pantai Parangtritis, Jogja.
“Cari rekomendasi di TikTok. Ada banyak yang bagus. Tapi kan memang yang jadi top of mind pantai di Jogja itu ya Parangtritis,” ujar Stefan.
Stefan sebenarnya menikmati saat menjejakkan kaki di pasir pantai. Namun, dia cukup risih ketika beberapa kali harus mendapati sampah-sampah yang berserakan.

“Sampah-sampah itu kan dari wisatawan. Kan ada dari mereka yang bawa bekal atau beli jajanan di sekitar pantai. Terus sampahnya asal dibuang,” katanya.
Bagi Stefan, eman saja, ketika pantai yang jadi salah satu wisata primadona tersebut justru “rusak” keindahannya karena sampah.
Dia berharap, wisatawan punya kesadaran penuh untuk tidak membuang sampah sembarangan. Seperti Stefan sendiri. Sampah-sampah bekas makanan atau minumannya dia masukkan ke tasnya untuk sementara, sebelum nanti dibuang di tempat sampah yang sudah disediakan.
Jeep dan atv yang mengganggu kenyamanan Pantai Parangtriris Jogja
Saya tengah bergegas menuju ke Pantai Parangkusumo, ketika dua orang ibu-ibu tampak kebingungan untuk menyeberang dari arah atas menuju bibir pantai. Mereka tampak maju mundur lantaran takut ketabrak mobil Jeep dan atv yang berseliweran.
Di Pantai Parangtritis memang ada penyewaan atv bahkan motor trail. Selain itu, sepanjang Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo memang menjadi jalur untuk mobil-mobil Jeep wisatawan dari arah Gumuk Pasir.
Lebih-lebih, mobil-mobil Jeep itu melaju dengan kecepatan tinggi, sangat intens pula. Itu membuat wisatawan yang menumpanginya berteriak histeris. Dan itu membuat dua ibu-ibu yang hendak menyeberang tadi selalu kaget: kaget dengan deru Jeep, kaget pula dengan teriakan penumpangnya.
Saya lantas menyeberang, mencoba membantu dua ibu-ibu itu agar bisa melewati lalu-lalang mobil Jeep dan atv yang terus berseliweran.
“Soalnya nggak dibedakan. Mana (jalur) buat Jeep, mana yang buat pejalan kaki. Jadi bingung. Takut kami salah ambil jalur,” ujar satu di antara mereka usai berhasil menyeberang.
Saya tak bisa berbincang banyak dengan mereka. Saya langsung melanjutkan perjalanan ke Pantai Parangkusumo.
Baca halaman selanjutnya…
Mencari sisi yang bisa dinikmati
Keriuhan yang tak bisa dinikmati
Seperti saya tulis di liputan sebelumnya, di Pantai Parangkusumo saya bertemu dengan Ulfatun (36), wisatawan asal Salatiga, Jawa Tengah. Dia datang bersama suami dan dua orang anaknya.
“Awalnya tadi mau ke Parangtritis saja. Cuma kok ramai banget. Jadi ke sini. Ke pantai kalau seramai itu kurang bisa dinikmati,” ungkap Ulfatun.
Ulfatun tak bisa menikmati suasana riuh di Pantai Parangtritis, Jogja. Itu lah kenapa dia memilih membelokkan tujuan ke Parangkusumo.
Hanya saja, Pantai Parangkusumo memang jauh dari hiruk-pikuk suara manusia, namun, deru Jeep tetap harus Ulfatun hadapi, berlalu-lalang tanpa henti.
Katanya steril?
Isu sampah wisatawan di Pantai Parangkusumo-Pantai Parangtritis, Jogja, sebenarnya sudah cukup lama disoroti oleh aktivis lingkungan setempat, Kesuma (33). Namun, hingga saat ini seolah masih belum mendapat perhatian serius dari para pemangku kebijakan.
Sementara persoalan lalu-lalang mobil Jeep, Kesuma menyebut, dulu sempat ada diskusi, agar jalurnya jelas: mana jalur dan batas operasi mobil Jeep, agar tidak membahayakan pejalan kaki.
“Tapi diskusi itu berlalu begitu saja. Sekarang nggak ada perubahan,” ujarnya saat saya temui selepas saya menyisir Pantai Parangtritis-Pantai Parangkusumo, Jogja.
Kesuma juga bertanya-tanya perihal sterilisasi zona inti Gumuk Pasir dari aktivitas manusia—termasuk Jeep. Mau diberlakukan mulai kapan?
Restorasi Gumuk Pasir memang sudah lama diwacanakan oleh Pemkab Bantul. Sebab, gumuk pasir di Bantul tersebut disebut terancam punah.
Pemkab Bantul pun sudah memasang batas-batas zona inti untuk restorasi tersebut: yakni zona yang bakal streil dari aktivitas manusia.
Hingga akhir Desember 2024 lalu, nyatanya Gumuk Pasir masih hanya sebatas dipatok zona intinya. Tapi aktivitas mobil Jeep masih terus terlihat.
Setelah ini, ke mana mobil-mobil Jeep itu?
Pun jika kelak Gumuk Pasir akan steril dari aktivitas manusia, ke mana mobil-mobil Jeep itu? Itu juga yang jadi pertanyaan Kesuma.
Pada Juli 2024 lalu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bantul, Agus Budi Raharja, menyebut bahwa restorasi Gumuk Pasir tidak akan mematikan ekonomi para pelaku wisata di sana.
“Saat restorasi Gumuk Pasir Parangtritis selesai, mereka akan diikutkan agar perekonomiannya terdampak,” ujar Agus seperti mengutip Detik Jogja.
Road map memang sudah disusun. Namun, apakah bisa menjawab kebutuhan atau justru bakal membuat kawasan pantai semakin riuh karena tumpahan Jeep-Jeep dari Gumuk Pasir?
Hasilnya masih ditunggu. Sebab, Agus menyebut, proses restorasi Gumuk Pasir tersebut butuh waktu selama lima tahun.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Banyunibo Bantul: Curug di Tengah Belantara yang Sajikan Sisi Tenang Jogja, Gemericik Air Tanpa Bising Manusia atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan