Menguak Kenapa Pangkas Rambut Madura Identik dengan Mullet, Cuma Bisa Satu Model tapi Nekat Jadi Tukang Cukur biar Nggak Nganggur

Perantau Madura Harus Perbaiki Skill di Perantauan MOJOK.CO

Ilustrasi pangkas rambut Madura. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Di Jawa Timur, pangkas rambut Madura selama ini identik dengan model rambut mullet. Bahkan sampai muncul stigma bahwa pangkas rambut Madura hanya bisa satu gaya itu saja. Sehingga, tidak sedikit orang yang ogah datang ke pangkas rambut Madura.

Mojok mencoba mengonfirmasi, apakah pangkas rambut Madura hanya bisa satu jenis model itu saja atau bisa juga yang lain?

***

Di Jawa Timur, khususnya di Surabaya, orang-orang Madura memang terkenal merambah di banyak lini bisnis. Di antara yang paling identik adalah usaha kuliner (warung penyetan, sate, dan warung nasi bebek), toko kelontong, dan yang tak kalah banyak adalah pangkas rambut.

Sebagai contoh, di daerah saya di Wonocolo, Surabaya. Nyaris di setiap titik gang ada pangkas rambut Madura, baik yang dikelola oleh anak muda maupun bapak-bapak.

Salutnya, meski di Wonocolo pun keberadaan barbershop juga sudah mulai menjamur, tapi pangkas rambut Madura nyatanya masih tetap bertahan.

Tak hanya itu, pangkas rambut Madura juga masih tetap bertahan ketika mendapat hantaman stigma hasilnya tak selalu memuaskan dan hanya bisa model mullet saja.

Pangkas rambut Madura cuma bisa mullet

Keresahan tentang hal ini sebenarnya sudah saya pendam sejak lama. Mengingat, tidak sedikit di antara teman-teman saya yang menyebut demikian.

Bahkan, teman saya yang asli Madura, Muhsin (24) mengaku tak pernah cukur rambut di pangkas rambut Madura.

“Pernah dulu beberapa kali. Aku mintanya undercut, tapi hasilnya malah mullet,” keluhnya saat saya hubungi, Sabtu, (2/3/2024) lalu.

Kejadian itu terjadi di sebuah pangkas rambut Madura di Surabaya, ketika gaya rambut mullet sedang populer di kalangan anak muda di masa pandemi Covid-19.

Padahal saat itu Muhsin mengaku sudah menjelaskan secara detil model seperti apa yang ia inginkan. Jadi tidak cuma bilang undercut saja.

“Harusnya sih paham maksudku ya, karena di dinding pangkas rambut Madura kan ada katalognya,” sambungnya.

Ilustrasi pangkas rambut (Dwi Rina/Unsplash)

Sejak saat itu, Muhsin sudah tak pernah lagi pakai jasa pangkas rambut Madura.

Meski harus merogoh kocek sedikit lebih banyak, tapi paling aman ia lebih memilih cukur rambut di barbershop, yang menurutnya tukang cukurnya lebih paham model rambut. Katalog rambut nggak cuma jadi pajangan.

“Padahal, ada satu barbershop yang sering aku datangi di Surabaya itu tukang cukurnya ya orang Madura juga,” ungkap Muhsin.

Nah, poin yang menarik. Muhsin mengaku pangkas rambut Madura hanya bisa potong mullet saja. Tapi kalau tukang cukur Madura yang kerja di barbershop, nyatanya paham banyak model rambut kok.

Saya pun meminta Muhsin untuk menyambungkan saya dengan si tukang cukur Madura yang bekerja di barbershop langganannya tersebut.

Bertahan hidup lewat gaya mullet

Husein (26) terkekeh saat mendengar keresahan-keresahan soal pangkas rambut Madura yang saya sebutkan.

Pria asli Sampang itu tak menampik bahwa memang ada pangkas rambut Madura yang sebenarnya tak paham soal gaya rambut.

“Ada yang asal bisa pangkas pendek langsung berani buka pangkas rambut Madura di perantauan. Ada loh ya, bukan berarti semua pangkas Madura seperti itu,” ungkapnya, Minggu, (3/3/2024).

Sebab, menurut Husein, tidak sedikit pula pangkas rambut Madura yang hasil cukurnya memuaskan. Mungkin khazanah model rambutnya tak sebanyak di barbershop, tapi setidaknya tidak asal pendek kalau mangkas.

Maraknya fenomena mullet di masa pandemi Covid-19 menurut Husein menjadi berkah tersendiri bagi pangkas rambut Madura.

Mengingat, pada saat itu banyak anak-anak muda, terutama bocil-bocil FF, yang gandrung dengan model rambut tersebut.

Terlebih saat itu gaya rambut mullet juga tengah tren di kalangan artis. Salah satu contoh yang sering ditiru adalah gaya rambut mullet Jefri Nichol.

“Cara pangkas simpel dan nggak sulit. Saat itu, pangkas rambut Madura yang biasanya asal pendek, bisa mullet sudah lebih baik,” kata Husein menceritakan salah seorang saudaranya yang buka pangkas rambut Madura dan sudah merasa keren lantaran bisa potong mullet.

Dari situlah kemudian pangkas rambut Madura mulai seolah menggunakan “mullet” sebagai menu utama yang mereka tawarkan.

Komika asal Madura, Fuad Sasmita pun sempat memparodikan perihal pangkas rambut Madura yang hanya melayani potong mullet saja.

“Orang Madura itu mental bertahan hidupnya besar. Jadi memang ada yang sebenarnya nggak jago potong, tapi berani buka pangkas rambut. Pokoknya nekat, yang penting menghasilkan cuan,” kata Husein.

Tapi tak kalah banyak juga yang memang punya keahlian. Dan semakin ke sini, kata Husein, anak-anak muda Madura yang punya minat di bisnis pangkas rambut benar-benar mengoptimalkannya dengan mengikuti kursus, sehingga bisa kerja atau bahkan buka barbershop sepertinya.

“Selain bisa menguasai pangkas beragam model rambut, cuan dari kerja di barbershop kan lumayan oke lah,” imbuh Husein.

Pangkas rambut Madura tetap diminati

Dalam pengamatannya, anak-anak muda Madura memang lebih banyak yang ingin jadi tukang cukur profesional di barbershop.

Selain itu, di era sekarang, banyak pula anak-anak muda yang kalau mau pangkas rambut lebih milih ke barbershop ketimbang tukang cukur konvensional, meskipun harganya sedikit lebih mahal.

Akan tetapi, di mata Husein, untuk saat ini pangkas rambut Madura masih bisa terus eksis.

“Masih diminati bapak-bapak, anak-anak, hingga anak-anak muda yang tak terlalu peduli gaya rambut. Yang penting pangkas saja,” jelas Husein.

Apalagi jika pangkas rambut Madura-nya sudah terkenal dengan hasil pangkas sesuai keinginan pelanggan. Tentu masih jadi jujukan bagi kaum mendang-mending yang punya prinsip “Cukur rambut aja ngapain harus mahal-mahal di barbershop kalau di pangkas rambut Madura hasilnya tak kalah bagus”.

Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Mahasiswi Katolik Nekat Kuliah di Kampus Islam Makassar karena Biaya Murah, Sempat Pakai Hijab hingga Dapat Tugas Hapalan Al-Qur’an

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version