Musim hujan ternyata membawa berkah tersendiri bagi deretan toko obat kuat pria di pinggiran jalan Jogja. Mojok mencoba menggali jenis obat apa saja yang paling banyak dicari para pria di toko remang-remang tersebut.
Toko obat kuat pria identik dengan suasana sepi. Ketika melongok sekilas dalam bahkan penjualnya sering tak tampak. Namun, toko kecil yang identik dengan suasana remang itu terus bertahan. Tanda bahwa permintaan dari pasar terus ada.
Saat hawa Jogja sedang agak dingin karena sering hujan, saya mencoba mendatangi toko obat kuat pria yang ada di sepanjang Jalan Kaliurang. Mencoba mencari tahu obat-obat apa saja yang sedang banyak jadi buruan di musim seperti sekarang.
Hingga akhirnya, tibalah saya di sebuah toko kecil sekitar Jalan Kaliurang KM 11. Tak ada kendaraan terparkir di depan, ketika masuk pun penjaganya tidak siap sedia di hadapan etalase barang. Tertulis, “pencet bel” untuk memanggil sang penjual.
Setelah bel saya tekan, seorang lelaki langsung keluar dari tirai belakang. Ia menanyakan maksud kedatangan saya karena mungkin tampak tidak seperti pembeli biasanya.
Lelaki itu langsung menolak saat saya mau tanya-tanya untuk bahan tulisan. “YouTuber saja saya tolak Mas,” ujarnya lelaki yang mengaku sudah jualan obat kuat pria selama empat tahun ini dengan agak dingin.
Apa boleh buat, saya kembali melaju menyusuri jalan sampai menemukan kembali toko obat kuat di Jalan Kaliurang KM 8. Ketika memarkirkan kendaraan, seorang drivel ojol yang sedang mangkal tak jauh dari toko ini tersenyum-senyum melihat saya. Dikiranya saya mau beli obat penambah stamina kali ya…
Saat masuk, seorang lelaki yang masih cukup muda menyapa saya. Rio* (24) mengaku sudah empat tahun jadi pegawai di toko obat kuat pria ini.
“Kalau tokonya sendiri, sudah sekitar 10 tahunan,” katanya saat Mojok temui Selasa (6/2/2024).
Obat kuat pria paling laris di Jogja
Empat tahun bekerja di toko ini membuat pengetahuan Rio soal produk keperkasaan pria sudah cukup teruji. Menurutnya, musim sebenarnya tidak jadi penentu laris atau tidaknya obat kuat di Jogja.
“Tapi kalau musim hujan ini, sejak Januari, memang ada peningkatan penjualan,” katanya.
Selain penjualan langsung lewat toko, Rio mengaku sering mengantarkan ke pembeli yang pesan lewat WhatsApp. Mungkin cara itu banyak pelanggan pilih karena privasinya lebih terjaga.
Ia menyebut bahwa obat kuat pria paling laris fungsinya hampir sama semua yakni penunjang durasi dan stamina saat berhubungan badan. Beberapa produk paling laris di antaranya Viagra, Cialis, dan MaxMan.
Viagra menduduki peringkat teratas. Harganya yang cukup mahal membuat barang ini bisa pelanggan beli secara eceran. Per pil seharga Rp50 ribu.
Viagra merupakan obat legendaris keluaran perusahan farmasi Amerika Serikat, Pfizer. Obat kuat pria ini punya bahan aktif sildenafil sitrat yang bekerja meningkatkan aliran darah ke penis. Sehingga cepat ereksi dan cukup tahan lama.
Badan Pengawas Obat AS (FDA) telah menyetujui Viagra sebagai obat disfungsi ereksi pada 27 Maret 1998. Sejak saat itu obat ini tenar di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Selanjutnya, produk terlaris kedua adalah Cialis yang punya kandungan Tadafil yang fungsinya sama seperti Viagra. Bedanya, di toko Rio, Cialis tak tersedia eceran. Per 10 tablet harganya sekitar Rp250 ribuan. Sementara produk satunya lagi yakni MaxMan, saya tak menemukan informasi resmi terkait fungsi dan perizinannya.
Selain ketiga produk penunjang stamina berupa kapsul, ada juga obat kuat pria yang bentuknya permen. “Selain obat kuat pria untuk stamina dan tahan lama, produk lain yang laris itu perangsang untuk perempuan. Tapi, yang beli juga laki-laki,” kelakar Rio.
Rio berujar bahwa pembeli obat kuat pria kebanyakan lelaki di atas usia 30 tahun. Mungkin selain karena faktor usia, menurutnya harga obat yang mahal membuat pembelinya kebanyakan pekerja. Selain obat-obatan, tokonya juga menjual beberapa alat bantu seks.
Paguyuban pedagang asal Semarang di Jogja
Selanjutnya, ia menuturkan bahwa kebanyakan pemilik toko obat kuat pria di Jogja ini berasal dari Semarang. Bahkan, ada paguyubannya tersendiri.
Hal itu sejalan dengan temuan kontributor Mojok, Riyanto, yang pernah mewawancarai penjual obat kuat di daerah Jalan Palagan Sleman. Gigih*, penjaga toko obat kuat di sana menuturkan bahwa para penjual biasanya tinggal menyatu dengan toko milik orang dari Semarang.
“Rata-rata temen SMA saya itu kerjanya jadi penjaga toko obat kuat juga, Mas. Sudah kayak warisan turun temurun dari kakak kelas gitu. Saya dulu ditawari alumni, terus saya nawari adik kelas saya yang baru lulus. Gitu terus,” kata Gigih
Gigih kemudian menjelaskan bahwa tidak semua teman SMA-nya menjaga toko obat kuat di Jogja. Tersebar rata di berbagai kota. Hanya saja yang bekerja di Jogja, sebagian besar memang berasal dari Semarang. Ketika saya menanyakan apakah pemilik bisnis dari semua toko obat kuat itu sama, Gigih mengatakan ada beberapa yang dimiliki satu orang.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News