Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, weton bisa menjadi momok tersendiri sebelum menuju ke jenjang pernikahan. Sebab, banyak orang akhirnya gagal menikah gara-gara wetonnya tak cocok.
Namun, tidak sedikit pula pasangan yang tetap menikah meski wetonnya bertentangan, akan tetapi rumah tangganya tetap aman dan tenteram.
***
Kukuh (26), bukan nama sebenarnya, baru saja resmi menjadi bapak saat saya hubungi baru-baru ini.
Kukuh adalah kenalan saya di organisasi kampus dulu dan baru melangsungkan pernikahan pada 2022 silam.
Ia dan istrinya adalah pasangan suami istri yang melawan hukum weton dalam pernikahan, tapi merasa rumah tangganya tetap baik-baik saja. Dan semoga memang begitu selamanya.
Weton tak cocok, rumah tangga terancam berantakan
Sebelum menikah, dari pihak keluarga Kukuh sebenarnya tak terlalu memegang teguh kepercayaan tentang weton.
Sebab, bagi keluarga Kukuh, yang terpenting calon istri Kukuh adalah wanita baik dan penuh kasih. Termasuk nantinya penuh kasih pula pada Kukuh dan keluarganya.
“Percuma kalau wetonnya cocok, tapi istriku orangnya jahat,” ujar pria asal Gresik, Jawa Timur tersebut.
Akan tetapi, pihak calon istri Kukuh yang berasal dari Madiun, Jawa Timur, masih sangat kuat memegang kepercayaan pada weton.
Kabar buruknya, menurut keluarga calon istri, weton Kukuh dan calon istrinya itu tak cocok. Katanya, jika pernikahan tetap terjadi, rumah tangga Kukuh terancam berantakan karena masalah-masalah yang menghantam silih berganti.
Sehingga, pihak keluarga calon istri Kukuh sempat meminta agar pernikahan dibatalkan saja.
“Ya nggak mau lah. Wong kita sudah sejauh ini. Istriku juga tetap mau nikah. Karena ia sendiri saat itu mengaku sudah nggak peduli weton. Sudah cinta mati e,” jelas Kukuh. Intinya, kalau kata calon istri Kukuh waktu itu, asal niatnya baik, maka yakin hasilnya pun baik.
Akhirnya pernikahan pun tetap terjadi. Akan tetapi, setahu Kukuh, jelang-jelang pernikahan pihak keluarga calon istri Kukuh memang sempat melakukan semacam ruwat agar rumah tangga Kukuh dan istrinya kelak terhindar dari segala jenis bala.
Sempat takut karena tak kunjung hamil
Di tahun pertama pernikahannya, Kukuh lalui bersama istri dengan normal-normal saja.
Kalau toh ada percekcokan, bagi Kukuh itu tidak lebih dari percekcokan kecil yang lazim terjadi dalam sebuah rumah tangga.
Akan tetapi, ada satu masalah yang sempat membuat istri Kukuh overthinking. Yakni kenapa ia tak kunjung hamil.
“Tolok ukur istriku kan teman-teman yang nikah dan waktunya berdekatan dengan kami itu kok pada cepet (hamil). Jadi pas istriku masih belum ada tanda-tanda kehamilan, ia jadi kepikiran soal weton,” ungkap Kukuh.
Menurut Kukuh, istrinya waktu itu sempat berpikir, apa jangan-jangan ini termasuk hal buruk karena weton tak cocok.
Namun, Kukuh selalu meyakinkan istrinya bahwa hamil dan punya anak itu bukan perkara cepat-cepatan. Kukuh yakin, kalau sudah dirasa siap menjadi orang tua, Tuhan pasti ngasih kok.
Dan benar. Pada awal 2023, di tahun kedua pernikahan, istri Kukuh hamil dan baru saja melahirkan di jelang penghujung 2023 lalu. Seorang anak perempuan.
“Tapi untuk persoalan weton, jika memang masih yakin, ya ikuti. Jangan jadikan rumah tangga orang lain sebagai ukuran. Beda,” pesan Kukuh menutup obrolan kami.
Kukuh sendiri selalu berdoa kepada Tuhan agar keluarganya senantiasa dalam lindungan Tuhan YME.
Tidak ada weton dalam Islam
Dari pacar saya, saya kemudian mengulik cerita dari saudara jauhnya, Dini (29), bukan nama sebenarnya.
Dini menikah di usia 25 tahun. Dengan begitu, artinya sekarang rumah tangganya sudah berjalan lima tahun.
“Berdasarkan hitungan orang-orang tua, sebenarnya weton saya dan suami nggak cocok,” ungkapnya.
Saat mengetahui wetonnya dan calon suami tak cocok, keluarga sempat menyarankan secara halus agar Dini tidak jadi saja menikah dengan calon suami.
Namun, Dini pun mencoba memberi penjelasan bahwa jika nikah diniatkan ibadah, maka pasti akan berujung baik. Lebih-lebih jika calon suami Dini pun juga merupakan orang baik. Lelaki saleh kalau kata Dni.
“Sebenarnya ibu, bapak nggak mempersoalkan weton. Cuma mbah-mbah yang masih kuat kepercayaannya (pada weton),” jelas Dini.
Dini mengaku, saat masih nyantri, ia mendapat penjelasan bahwa jika mau nikah tidak harus bergantung pada cocok atau tidaknya weton.
Pokoknya jika sama-sama cocok dan pertimbangan dalam aspek religiusitas bagus, maka tidak ada alasan untuk tidak menikah.
“Aku juga pernah dengar ceramah Buya Yahya. Rumus hitungan weton untuk menikah itu sebenarnya nggak ada dalam Islam. Kalau orang Islam hitung-hitungannya pakai istikharah,” beber Dini.
“Meskipun weton nggak cocok tapi kalau hasil istikharah mantep, maka menikahlah. Begitu kurang lebih kata Buya (Yahya),” sambungnya.
Demikian juga perihal penentuan hari baik untuk menikah.
Di masyarakat Jawa, masih kental dengan hitungan hari baik dan hari buruk sebelum menyelenggarakan hajat seperti pernikahan.
Menurut Buya, semua hari adalah hari baik jika diisi oleh hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah. Termasuk menikah pun secara otomatis akan menjadi hari baik jika niatnya adalah untuk menyempurnakan ibadah pada Allah Swt.
Sementara hari buruk adalah hari yang berisi kemaksitan-kemaksiatan. Itulah kepercayaan yang Dini pegang.
Setelah memberi penjelasan pelan-pelan kepada pihak keluarganya, akhirnya berlangsunglah pernikahan perempuan asal Kediri, Jawa Timur itu dengan suami.
“Alhamdulillah keluarga selalu sehat, ayem, rezeki cukup. Semoga selalu begitu until jannah (sampai surga),” tutur ibu satu anak itu.
Tak luput Dini menekankan bahwa soal weton adalah soal keyakinan. Ia tak menyebut jika percaya pada weton adalah salah. Semua kembali ke keyakinan masing-masing.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News