Sudah beberapa hari berlalu, tapi potongan video Calon Bupati Nganjuk, Ita Triwibawati, yang menyebut punya inovasi mengubah padi menjadi beras masih terus berkelindan di media sosial.
Potongan video Ita juga terselip di berbagai akun yang mengumpulkan “video-video lucu” dari berbagai calon bupati di daerah lain dengan tajuk “Pilkada Core”.
Inovasi padi menjadi beras
Belum lama ini, Rabu (23/10/2024), berlangsung debat perdana Calon Bupati Nganjuk yang diikuti oleh tiga calon, yakni Muhammad Muhibbin (nomor urut 1), Ita Triwibawati (nomor urut 2), dan Marhaen Djumadi (nomor urut 3).
Ketika memaparkan perihal inovasi untuk Kabupaten Nganjuk, tercetus lah pernyataan dari Ita Triwibawati yang kemudian viral di media sosial.
“Saya akan membuat produk baru, seperti brambang (bawang merah) kita buat e…brambang goreng dan sebagainya. Kemudian beras akan kita buat menjadi… padi menjadi beras,” ujar Ita dengan agak gugup, seperti terdokumentasi dalam siaran YouTube JTV Rek.
Tak ayal jika pernyataan Ita viral dan digoreng di media sosial. Pasalnya, bagi masyarakat umum, padi memang seyogianya menjadi beras agar bisa dikonsumsi. Jadi hal itu bukan merupakan inovasi seperti yang Ita Triwibawati sebut.
Husnuzon pada Calon Bupati Nganjuk
Tawa terbahak. Begitu lah respons Hasbul (25) saat awal-awal melihat video Calon Bupati Nganjuk, Ita Triwibawati beredar. Menurutnya, diulang-ulang ternyata tetap lucu.
Namun, setelah coba dia renungkan dengan pikiran jernih, Hasbul mencoba husnuzon dengan Ita perihal inovasi-inovasi yang Ita maksud.
“Aku kan akhirnya searching di Google, sebenarnya brambang itu bisa diolah jadi apa saja. Ternyata ada banyak loh,” ucap pemuda asli Nganjuk itu saat saya mintai pendapat pada Selasa (28/10/2024) siang WIB.
Saya sempat meresponsnya dengan tawa. Tapi Hasbul memotong. Dia menekankan bahwa pendapatnya soal Ita yang menawarkan brambang jadi produk lain seperti brambang goreng dan sebagainya itu dia sampaikan secara serius.
“Coba aja cari di Google. Ada olahan produk pasta bawang (brambang), minyak bawang (brambang), ada krupuk bawang (brambang). Jadi brambang itu nggak cuma dijual sebagai brambang segar saja. Tapi bisa diolah dengan nilai jual lebih tinggi,” sambung Hasbul.
Mengingat, harga brambang segar memang kerap naik turun. Sehingga, jika menjual brambang dalam bentuk olahan, ada kemungkinan nilai jualnya stabil. Ini lah yang dimaksud dengan hilirisasi.
Skeptis pada Calon Bupati Nganjuk
Sementara respons berbeda diberikan oleh Adri (21). Seorang guru silat muda di Nganjuk itu saat ini sudah di tahap menganggap Pilkada Nganjuk tidak lebih dari lelucon belaka. Sebab, dia sebenarnya sudah skeptis dengan orang-orang yang mencalonkan diri sebagai Bupati Nganjuk.
Keraguannya itu tidak lepas dari rekam jejak dua Bupati Nganjuk sebelumnya (Taufiqurrohman (2008-2018) dan Novi Rahman Hidayat (2018-2021)) yang sma-sama terjerat kasus korupsi.
“Pidato Bu Ita di debat itu jadi bukti sih menurutku, ya sebegitu itu lah kapasitas calon-calon pemimpin Nganjuk,” ungkap Adri.
Adri tak berniat meresponsnya secara satire seperti Hasbul atau orang-orang di media sosial. Pasalnya, apa yang Ita Triwibawati sampaikan di momen debat itu justru memalukan warga Nganjuk. Karena pada akhirnya potongan video yang masuk dalam “Pilkada Core” ditonton oleh orang-orang dari berbagai daerah.
Menjaga stabilitas pangan
Ketua DPC Hanura Nganjuk, Aditya Haria Yangga, kepada banyak awak media menyebut bahwa Ita Triwibawati tengah demam panggung alias grogi saat momen itu terjadi. Sehingga, apa yang Ita maksud terkait inovasinya tidak tersampaikan dengan baik.
Pada Kamis (24/10/2024), Ita pun memberi klarifikasi melalui akun Facebook pribadinya, Ita Triwibawati.
Ita menjelaskan, sebenarnya dia hendak menyampaikan perihal strategi untuk menjaga stabilitas harga pangan agar tidak memberatkan petani. Di samping itu juga untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga yang tidak wajar, yang salah satu penyebabnya adalah karena ulah tengkulak nakal.
“Selama ini masyarakat kita terbiasa menjual padi dalam bentuk gabah, yang kemudian diproses di luar daerah untuk menjadi beras. Namun, kita memiliki peluang besar dengan memaksimalkan produksi padi lokal menjadi produk beras unggulan daerah,” papar Calon Bupati Nganjuk nomor urut 2 itu.
Dengan inovasi tersebut, kata Ita, petani akan mendapatkan harga yang lebih baik karena produk yang dijual memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan gabah.
“Kedua, dengan menjaga produksi dan distribusi beras di wilayah sendiri, kita bisa mencapai swasembada pangan yang menjadi salah satu indikator ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi suatu daerah,” sambung Ita.
Agar jerih payah petani dihargai
Ita menegaskan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk akan hadir secara nyata untuk mengakomodir pembentukan dan memfasilitasi Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) di setiap desa di Nganjuk.
GAPOKTAN ini nantinya akan menjadi wadah bagi para petani untuk menghimpun padi, yang kemudian diolah menjadi beras berkualitas tinggi.
“Langkah ini bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga sebagai upaya mencegah praktik tengkulak nakal dan mafia beras yang sering merugikan petani maupun konsumen,” tutur Ita.
Dengan adanya GAPOKTAN memproduksi beras lokal, Ita memastikan hasil jerih payah petani dihargai dengan layak. Konsumen pun akan mendapatkan beras berkualitas dengan harga wajar.
Lebih lanjut, Ita menyebut bahwa banyak daerah lain sudah membuktikan keberhasilan mereka dalam mengolah padi menjadi beras siap konsumsi. Oleh karena itu, Nganjuk bisa belajar dari pengalaman daerah-daerah tersebut.
“Dengan mengolah padi langsung menjadi beras di wilayah kita sendiri, kita tidak hanya menambah nilai ekonomi hasil pertanian, tetapi juga menciptakan rantai ekonomi baru. Semua pihak akan ikut terlibat, termasuk para tukang selep yang berperan penting dalam proses pengolahan,” tegas Ita.
Hanya saja, klarifikasi Ita tersebut memang tak seramai potongan videonya yang sudah terlanjur beredar dan jadi bahan lelucon di mana-mana.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Aib di Rumah Dinas Bupati Sleman, Bangun Kolam Mewah ketika Warga Ngeluh Hidup Susah
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News