Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Hal-hal Bernilai Cuan yang Bisa Dikerjakan Lulusan S2 daripada Ngeluh Susah Cari Kerja, Turuti Gengsi hanya Bikin Nganggur

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
19 Mei 2025
A A
Hal-hal yang bisa dikerjakan lulusan S2 biar nggak nganggur dari lulusan S2 UGM MOJOK.CO

Ilustrasi - Hal-hal yang bisa dikerjakan lulusan S2 biar nggak nganggur dari lulusan S2 UGM. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Lulusan S2 Universitas Gadjah Mada (UGM) memilih jualan bakso. Beberapa orang yang mendengarnya memiliki kesan mendiskreditkan. Misalnya: Ngapain kuliah sampai S2 kalau ujung-ujungnya jualan bakso?

Tapi tidak demikian cara pikir Dika Widia Putra (27), seorang lulusan S2 UGM—dengan IPK tinggi dan publikasi internasional—terhadap gelar pendidikan tinggi yang dia sandang.

Baginya, tidak ada value yang jatuh dari seorang lulusan S2 yang memilih jualan bakso. Cerita lengkapnya bisa dibaca di Lulusan S2 UGM dengan IPK Tinggi Jualan Bakso di Jogja Kala Mimpi Jadi Dosen Tertunda.

Dika, saapan akrabnya, mencoba berbagi cara pandang pada orang-orang di luar sana: lulusan S1 atu S2 yang merasa susah cari kerja. Bagi Dika, sedianya ada hal-hal yang tetap bisa dikerjakan, tapi sering dianggap tidak selevel dengan tingginya gelar akademik.

Peningkatan pengangguran dari pendidikan tinggi

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (5/5/2025), per Februari 2025 tercatat ada 7,28 juta orang. Meningkat dari Februari 2024 yang berada di angka 7,2 juta.

Jika dirinci penyumbang pengangguran dari jenjang pendidikan, ada peningkatan untuk penyumbang dari D4, S1, S2, dan S3. Pada Februari 2024 angkanya 5,25%. Sementara pada Fabruari 2025 di angka 6,23%.

Sementara untuk lulusan SMA dan SMK mengalami penurunan. Untuk lulusan SMK pada Februari 2024 di angka 9,01%. Lalu kini turun menjadi 8,00%. Sedangkan lulusan SMA ada turun menjadi 6,23% pada Februari 2024 dari yang sebelumnya 7,05%.

Bagaimanapun, jumlah pengangguran untuk lulusan perguruan tinggi pada akhirnya menjadi sorotan tersendiri. Seperti disinggung sebelumnya, persepsi orang akhirnya menganggap bahwa gelar akademik dari perguruan tinggi tidak ada gunanya.

Lulusan S2 atau S1 jangan mempersempit pikiran

“Semakin tinggi pendidikan seseorang, harusnya semakin luas cara pandangnya,” begitu kata Dika saat saya temu di warung baksonya—di parkiran barat Taman Monjali, Sleman, Jogja—pada Sabtu (27/4/2025) siang WIB.

Bagi Dika, persoalan kenapa lulusan S2 atau S1 terkesan susah cari kerja bisa jadi berakar dari problem diri yang mencoba mempersempit pikiran.

Pasalnya, banyak lulusan S2 yang karena gangsi akademik membatasi diri bahwa pekerjaan yang cocok adalah sebagai dosen, PNS, atau bekerja di perusahan-perusahaan besar.

Sementara realitasnya, dunia sering kali tidak berjalan seideal yang dibayangkan. Apalagi ditambah problem efisiensi di tahun pertama kepemimpinan, Presiden Prabowo Subianto.

Dika tidak mau terjebak dalam pembatasan itu. Dika memang bercita-cita menjadi dosen. Dia pun sempat mengikuti seleksi CPNS pada 2024 lalu. Tapi belum berhasil lolos.

Alih-alih berhenti dan merutuki “gelar S2 yang susah cari kerja”, Dika justru mencoba membeku peluang sendiri dengan membuka warung bakso. Bisnis yang memang ditekuni oleh keluarganya di Sukoharjo dan Jepara, Jawa Tengah.

Iklan

“Untuk temen-temen lulusan S2 atau yang berpendidikan tinggi di kampus ternama, yang pertama, turunkan gengsi. Sekarang kalau pegang gengsi, kita nggak makan. Yakin.  Apalagi kondisi ekonomi sekarang seperti ini,” tutur lulusan S2 UGM tersebut.

Tekuni passion

“Kedua, setelah lulus, tingkatkan atau latih passion-mu,” sambung Dika.

Ada persoalan seperti ini: mahasiswa S2 terlalu terlena dengan gelar akademik dan kemampuan akademik (kerja pikiran). Situasi itu membuat mahasiswa tidak mengasah dan mendalami passion masing-masing.

Alhasil, ketika lulus, merasa agak kesulitan mencari pekerjaan karena secara basic skill tidak mumpuni.

“Misalnya, ada yang jago desain. Kalau nggak kerja di kantor, bikin usaha jasa desain. Suka traveling, bikin jasa biro travel atau sekadar tour guide,” beber Dika. Tapi basic skill itu harus bener-bener diasah sejak sebelum lulus.

“Bahkan misalnya kamu jualan krupuk, dawet, tapi kalau kamu ahli di situ, melek teknologi dan ilmu marketing, kamu akan dapat menghasilkan produk yang dicari orang banyak,” sambung lulusan S2 UGM tersebut.

Ide bisnis untuk lulusan S2 dan S1, nggak cuma kuliner

Dika punya motif khusus kenapa mengambil bisnis kuliner (bakso). Bakso adalah bisnis yang digeluti oleh orangtuanya. Dari bakso pula orangtua Dika bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang tinggi.

Dika menyadari, jika ada kata “bisnis”, kebanyakan orang—termasuk lulusan perguruan tinggi—cenderung mengasosiasikannya dengan kuliner/F&B. Namun, lulusan S2 UGM itu menekankan, ada banyak lini bisnis yang bisa dieksplorasi oleh lulusan S2 dan S1.

“Bisnis paling bisa dijalankan anak muda sekarang ya dari skala kecil dulu. Misal, olahraga kan jadi tren baru. Ada lari, ada badminton. Bisa itu bikin konveksi baju. Nggak usah beli alat-alat dulu. Main skala kecil dulu dengan dompleng ke konveksi lain,” kata Dika.

Tidak sekadar mendompleng, tapi juga menimba ilmu sebanyak-banyaknya, sehingga nanti lebih siap untuk membangun usaha sendiri.

Ada juga potensi sewa alat hiking. Menimbang, hiking menjadi hobi olahraga yang tidak pernah mati.

Mulainya juga jangan terburu-buru membeli banyak alat dan sewa outlet. Tapi mulai dari barang-barang milik sendiri dan teman. Operasi persewaannya juga bisa dimulai dari kos atau kontrakan.

“Misalnya lagi pengin jualan kopi. Kalau budget pas-pasan, bikin street coffee dulu di jalan. Buka lapak. Cari pelanggan. Itu kalau takut rugi misalnya langsung sewa tempat. Karena tipikal anak muda kan budget kecil. Jadi apapun usahamu mulai dari skala kecil,” beber Dika.

Sekali lagi, Dika menegaskan, di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit ini, seseorang memang harus bisa berpikir kreatif dan berani membuka peluang. Jangan hanya mengandalkan pekerjaan dari instansi atau berharap langsung kerja enak dari gelar akademik. Intinya jangan gengsi.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Ironi di Balik Perkantoran Mewah Slipi Jakarta Barat: Ijazah S2 Dianggap Tak Berguna, Pekerjanya Sengsara atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 19 Mei 2025 oleh

Tags: ide bisnis untuk s2loker s2lulusan s2pilihan redaksis2s2 ugm
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO
Kampus

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.