Kos Rp75 Ribu di Kudus Saksi Kegigihan Bapak-Anak di Audisi Umum PB Djarum 2025, Kalah tapi Memikat Hati Tim Pencari Bakat

Ilustrasi - Kos Rp75 ribu di Kudus saksi kegigihan bapak-anak di Audisi Umum PB Djarum 2025. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Sebuah kos seharga Rp75 ribu di Kudus menjadi saksi kegigihan seorang bapak dalam seminggu Audisi Umum PB Djarum 2025. Kos tersebut menjadi pembelajaran bagi sang anak—sebagai peserta audisi—bahwa untuk mencapai sukses, orang harus melewati kesulitan dan hal-hal tak menyenangkan lebih dulu.

***

Pada Kamis pagi, (11/9/2025), Yosep Heri Trismanto berjalan gamang menyisir pintu masuk GOR Jati Kudus. Hari itu adalah hari keempat Audisi Umum PB Djarum 2025.

Sang anak, Baron Baswara Putra, sudah melenggang hingga babak 16 besar. Dengan kata lain, hari itu menjadi hari pertaruhan bagi bapak-anak itu.

Jika lolos ke babak 8 besar KU11, setidaknya masih ada asa untuk tembus karantina. Namun, jika kalah, maka Yosep dan Baron harus pulang ke Jogja untuk memupuk harapan baru lagi di edisi tahun depan.

“Tahun lalu (2024) sudah ikut. Tapi terhenti di babak 16 besar. Makanya tahun ini targetnya bisa ke babak berikutnya. Jadi sedikit demi sedikit hasilnya lebih baik,” ungkap Yosep saat kru Mojok menemani langkahnya menuju arena audisi bulu tangkis tersebut.

Hari itu Yosep sebenarnya pasrah saja misalnya langkah Baron terhenti. Karena melihat calon lawan dengan latar belakang klub besar.

“Sementara kami kan audisi mandiri, nggak atas nama klub. Jadi kalau peserta lain didampingi pelatih, saya sendiri yang damping Baron,” katanya. Syukurnya, Baron bisa lolos ke babak 8 besar. Masih ada asa yang bisa dikejar.

Kos Rp75 ribu di Kudus jadi penyelamat

Okupansi hotel memang meningkat drastis selama perhelatan Audisi Umum PB Djarum 2025. Hotel dengan beragam bintang penuh selama seminggu perhelat.

Namun, sejak awal Yosep memang tidak sedang mencari hotel. Melalui aplikasi pesan penginapan, Yosep menemukan sebuah kos “hidden gem” di tengah-tengah Kota Kudus. Harganya Rp75 ribu permalam.

Selepas audisi pada pukul 16.00 WIB, saya mengikuti Yosep dan Baron. Sekadar mampir untuk duduk menikmati sore di kos tempat mereka menginap.

Kos tersebut terletak di area belakang Toko Edi Peni. Untuk ukuran harga Rp75 ribu permalam, kondisi kosnya sebenarnya tak buruk-buruk amat: deretan kos berlantai dua, fasilitas kamarnya satu kasur (+bantal dan guling), dan satu buah lemari. Sementara untuk kamar mandinya ada di bagian luar. Yosep dan Baron menempati kamar di lantai dua, di sebuah kamar yang ruangnya cukup untuk dua orang.

Kos Rp75 ribu di Kudus saksi kegigihan peserta Audisi Umum PB Djarum 2025 MOJOK.CO
Kos Rp75 ribu di Kudus saksi kegigihan peserta Audisi Umum PB Djarum 2025. (Aly Reza/Mojok.co)

“Minusnya nggak ada kipas. Jadi saya beli kipas akhirnya, Rp90 ribu,” ujar Yosep dengan derai tawa.

“Tapi untung, Mas, nemu kos ini. Bisa berhemat. Karena kan kita stay lama di Kudus. Sementara harga rata-rata kos itu Rp200 ribu permalam. Belum nanti kalau cari makan atau jajan anak,” sambung pria asal Jogja tersebut.

Finansial sedang tak baik, tapi tetap upayakan demi masa depan anak

Yosep memang gigih untuk mendukung anak di bulu tangkis.

Keakraban Baron dengan bulu tangkis sebenarnya bermula tanpa sengaja. Yosep sendiri bahkan mengaku awalnya tidak begitu mengikuti olahraga tepuk bulu itu.

Kala pandemi Covid-19, karena aktivitas anak lebih banyak melalui daring, Yosep lantas berpikir mengikutkan anak ke sebuah klub bulu tangkis di Jogja. Dari situ, sang anak menunjukkan kemahiran yang eman kalau tidak diteruskan.

Yosep dan Baron, bapak-anak peserta Audisi Umum PB Djarum 2025 yang menginap di kos seharga Rp75 ribu di Kudus. (Aly Reza/Mojok.co)

“Bedanya, pas ikut audisi tahun lalu kan kondisi finansial masih bagus. Jadi nggak ada kendala,” kata Yosep.

“Kalau sekarang jujur saja sedang nggak bagus. Tapi dicari-carikan. Demi anak pokoknya diupayakan,” sambung pria yang sehari-hari berprofesi sebagai wiraswasta itu.

Kos Rp75 ribu di Kudus, latih anak terbiasa dengan situasi tak enak

Demi mengejar impian untuk tembus karantina PB Djarum, latihan keras menjadi menu sehari-hari bagi Baron.

Kata Yosep, setiap pagi sebelum berangkat sekolah di Jogja, Baron sudah harus berlatih bulu tangkis di klubnya. Lalu sore harinya akan berlatih lagi. Relatif hanya bisa bersantai di akhir pekan.

“Ya ada momen-momen tertentu yang saya ajak keluar. Entah makan atau refreshing. Biar nggak jenuh. Bagaimanapun Baron masih anak-anak,” ucap Yosep.

“Kalau di lingkungan rumah gitu ya tetap harus main-main sama anak-anak sekitar. Biar sosialnya juga punya,” sambungnya.

Tapi setidaknya, latihan keras itu menjadi pembelajaran bagi Baron bahwa untuk mencapai kesuksesan memang harus “berdarah-darah” terlebih dulu. Dan memang begitu yang Yosep tanamkan pada Baron.

Alhasil, ketika mereka terpaksa harus menginap di sebuah kos di Kudus dengan harga Rp75 ribu permalam dengan fasilitas yang jauh dari mewah, Baron tak rewel sama sekali. Karena memang perlu melewati situasi tak enak dulu. Hidup tidak mulus melulu.

“Saya sendiri bukan tipikal yang pilih-pilih. Sejak dulu saya itu bisa dalam kondisi apapun,” ungkap Yosep. “Di kos murah (di Kudus) ini, kasurnya kan cukup satu orang. Jadi Baron yang di kasur, saya di lantai, ya nggak masalah.”

Obrolan kami disudahi azan Magrib. Kami lantas berjanji untuk kembali bertemu di GOR Jati Kudus esok harinya, hari ketika Baron akan habis-habisan demi lolos dari babak 8 besar.

Gentar tapi gigih

Esok harinya, Jumat (12/9/2025), Yosep tak memungkiri kalau ia sendiri agak gentar. Pertama, lawan Baron adalah peserta dari klub besar. Kedua, lawan Baron senantiasa didampingi pelatih profesional.

“Saya kan modal tekad. Saya bukan pelatih e,” kelakar Yosep.

Yosep, seperti disinggung sebelumnya, awalnya memang tak tertarik dengan bulu tangkis. Baru setelah sang anak menekuni olahraga tersebut ia mulai mencoba belajar.

Hanya saja, Yosep mengakui kalau pengetahuannya terbatas pada aspek teoretis. Tak sepadat pengetahuan dan tekninal yang dimiliki oleh “pelatih sungguhan”. Tapi Yosep dan Baron tetap gigih untuk tembus karantina PB Djarum.

Langkah terhenti dan senyum lebar di tengah hari

Jumat pagi Yosep dan Baron harus keluar arena bulu tangkis dengan wajah lesu. Awalnya. Pasalnya, langkah Baron terhenti, tidak tembus babak 8 besar.

Mereka tentu saja bersiap pulang ke Jogja. Namun, tengah hari ketika audisi dinyatakan selesai, kabar baik tanpa dinyana menghampiri Baron.

Sebagai informasi, ada dua kategori peserta yang dinyatakan lolos audisi. Pertama, peserta yang sudah memastikan lolos ke 4 besar (semi final). Kedua, peserta pilihan—atau yang dianggap potensial—oleh Tim Pencari Bakat dari PB Djarum.

Masalahnya, penentuan peserta pilihan tersebut harus dilalui dengan momen mendebarkan. Seluruh peserta yang telah gugur di babak 8 besar—putra-putri, KU11-KU12—dikumpulkan dalam satu arena.

Mereka lalu menerima amplop. Isi amplop itulah yang menentukan jalan mereka selanjutnya.

Momen para peserta Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus deg-degan menanti hasil Tim Pencari Bakat. (Aly Reza/Mojok.co)

Saat para peserta sama-sama membuka amplop tersebut, suasana dalam GOR Jati Kudus campur aduk. Ada yang menangis karena tak lolos. Di sisi lain ada yang menangis haru karena lolos. Sisanya, langsung mengembangkan senyum lega, salah satunya Baron. Bocah mungil itu ternyata dinilai punya potensi oleh Tim Pencari Bakat, sehingga layak mendapat Super Tiket: tiket untuk karantian.

Di sudut lain, Yosep tak bisa menyembunyikan rasa bungahnya. Meski tak menyangka juga.

Baron Baswara Putra jadi salah satu wakil Jogja yang lolos Audisi Umum PB Djarum 2025. (Aly Reza/Mojok.co)

“Karena tadi sudah kalah, pikir saya ya sudah. Eh ternyata malah lolos Super Tiket,” tutur Yosep dengan senyum.

“Baron ini anak tunggal. Ya ada beratnya kalau nanti berpisah karena dia karantina. Tapi ini adalah yang terbaik untuk masa depannya,” sambung Yosep.

Sinar-sinar wakil Jogja

Sebagai informasi, dari 1.720 peserta audisi, hanya 50 peserta dari beragam daerah yang mendapat kesempatan karantina di PB Djarum. Mereka terdiri dari 18 peserta yang menang di babak kompetisi atau turnamen, dan 32 atlet muda pilihan Tim Pencari Bakat.

Baron menjadi salah satu dari enam peserta asal Jogja yang berhasil merebut hati Tim Pencari Bakat. Selain Baron, nama-anam lain dari Jogja antara lain: Syauqia Aisya Inara (KU-12 Putri), Syarifah Adshilla Nugroho (KU11 Putri), Lungita Gelda Krisyuani (KU-11 Putri), Kendrick Danzell Otnayira (KU11 Putra), dan Kevin Maitimu (KU12 Putra).

Dari enam peserta tersebut, hanya Kevin yang meraih tiket lewat jalur kompetisi. Sementara lima lainnya, termasuk Baron, adalah pilihan Tim Pencari Bakat.

Aspek teknikal memang bukan satu-satunya indikator dalam pemilihan peserta yang lolos karantina. Ada hal-hal “tak kasatmata” lain yang turut berpengaruh. Perihal ini, selengkapnya bisa dibaca dalam tulisan, “Mencari yang Tak Kasatmata di Audisi Umum PB Djarum 2025”.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Guru SD Bali Menabung-Seberangi Laut demi Anak Kejar Mimpi Bulu Tangkis di Kudus, Kebal Sorakan yang Menjatuhkan Mental atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

Exit mobile version