Seorang pemilik coffe shop di Jogja, Ika Kurniati mendirikan komunitas Berbagi Bites Jogja (BBJ) yang menyalurkan makanan berlebih kepada orang-orang yang membutuhkan. BBJ menjadi komunitas pertama yang berfokus menyelamatkan sampah dan food bank di wilayah Jogja.
***
Setiap coffe shop tentu menghasilkan sampah makanan, baik basah maupun kering. Tak terkecuali coffe shop milik Ika. Ia tak menampik jika kedainya juga menyumbang banyak sampah cup. Belum lagi, sampah dari para pelanggan yang tidak menghabiskan sisa makanannya.
Padahal, Ika ingin sekali ikut serta mengurangi sampah. Ia miris ketika Indonesia dinobatkan sebagai negara penyumbang sampah pangan terbesar ke-2 di dunia. Sementara, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di tahun 2021 pernah mencatat, ada 23 hingga 48 juta ton makanan yang terbuang sia-sia tiap tahun.
Sebagai orang yang tertarik dengan isu lingkungan, Ika akhirnya berangkat ke Jakarta untuk menjadi volunteer di suatu komunitas food rescue dan food bank tahun 2023. Ia ingin mengelola sampah jadi sesuatu yang bermanfaat.
Dari situlah, Ika diajak untuk mendirikan suatu komunitas yang sama, khususnya di wilayah Jogja. Mengingat, sisa makanan menjadi penyumpang sampah terbanyak di Jogja. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup DLHK DIY Sjamsu Agung Widjaja menyebutkan dari 9 jenis sampah, sisa makanan mendominasi di angka 53,21 persen.
“Sementara saya melihat banyak sekali orang-orang yang kelebihan makananan. Jadi menurut saya, ada beberapa hal yang kemudian membuat saya bertekad untuk akhirnya menjadi pegiat dan lahirlah BBJ ini,” ucap Ika, Minggu (19/1/2025).
Banyak hotel di Jogja yang tak aware
Bagi Ika, proses mengenalkan komunitas Berbagi Bites Jogja tidaklah mudah. Apalagi, hotel-hotel di Jogja–mitra BBJ menyuplai ‘makanan berlebih’, belum tentu aware dengan gerakan menyelamatkan makanan.
“Kalau di Jakarta dan Bali, food rescue dan food bank itu sudah sangat dikenal karena memang itu adalah proyek dari luar negeri yang akhirnya berhasil mengurangi sampah makanan,” ucap Ika.
Sementara di Jogja, istilah itu masih belum populer. Hotel-hotel yang belum terbiasa dengan gerakan tersebut justru takut citranya menjadi buruk. Padahal, kata Ika, konsep makanan berlebih berbeda dengan makanan sisa yang cenderung berkonotasi negatif.
“Kalau makanan sisa lebih tepatnya bukan untuk kita: manusia, tapi misalnya untuk makanan ayam, bebek, kucing dan lain sebagainya,” jelas Ika.
Persepsi itu juga yang membuat Ika lebih ketat dalam memilih pendonor atau mitra. Sejauh ini, BBJ sudah bekerjasama dengan Holland Bakery, ArtHotel Yogyakarta, Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa, serta salah satu perusahaan frozen food di Boyolali.
Selalu cek dan ricek makanan berlebih
Setiap Kamis sore, Jumat pagi, atau Minggu, anggota Berbagi Bites Jogja akan mengambil makanan berlebih kepada para donatur. Sebelum itu, mereka sudah menyiapkan kotak food grade yang ramah lingkungan.
Di lokasi, pihak hotel akan mengecek makanan yang akan didistribusikan sesuai dengan prosedur mereka. Misalnya, membersihkan ulang kotak makan dan memanaskan makanan sesuai dengan standar.
“Mereka juga memberi informasi, kalau makanan harus dikonsumsi tidak boleh lebih dari 3 jam. Jadi tidak boleh disimpan atau dipanaskan sendiri, karena khawatir menimbulkan bakteri lain,” ucap Ika.
Setelah melakukan pick up, BBJ masih melakukan pengecekan secara mandiri dari segi bentuk, aroma, rasa, dan tekstur. Jika dirasa sudah dilayak, mereka baru mendistribusikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Namun, sejauh ini BBJ mengutamakan penyaluran makanan berlebih ke mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya pernah membahas topik ini di artikel berikut: Kedermawanan Penjual Kopi di Jogja, Menyelamatkan Mahasiswa UGM yang Kelaparan dan Terancam Putus Kuliah.
Selain menargetkan bantuan kepada mahasiswa UGM, BBJ juga menyalurkan makanan berlebih ke banyak yayasan. Misalnya, Yayasan Hamba di Pakem, Yayasan Madania, Yayasan Sayang Ibu, panti jompo di bawah naungan Dinas Sosial, serta kepada orang tua uang yang sedang menunggu anaknya di bangsal Rumah Sakit Khusus Kanker.
“Setidaknya hingga saat ini kami sudah menyelamatkan sekitar 470 kilogram makanan berlebih,” ucapnya.
Berbagi Bites Jogja ‘bukan’ penyalur makanan gratis
Hingga saat ini, Berbagi Bites Jogja terus berusaha mengembangkan gerakan menyelamatkan makanan. Barangkali, saat ini BBJ tidak bisa menyalurkan makanan berlebih setiap hari, tapi ia berharap akan ada banyak pendonor yang mau bekerjasama.
Tak hanya dari hotel, toko roti, atau perusahaan frozen food, tapi usaha seperti katering misalnya. Belakangan, kata Ika, memang ada usaha katering yang mengajak kerjasama dan ia pun tak menutup kemungkinan tersebut.
“Kemarin, ada juga bisnis katering yang meminta kami me-rescue makanan berlebih dari wedding dan itu banyak sekali,” ucap Ika.
“Kakak kebayang nggak, kemarin itu kami dapat 75 kilogram makanan berlebih. Kalau misalnya makanan itu terbuang, apa jadinya sampah di Jogja?” lanjutnya.
Bagi Ika, BBJ tak hanya menjalankan misi kemanusiaan yakni membagikan makanan gratis atau makanan berlebih kepada orang-orang yang membutuhkan. Lebih dari itu, BBJ ingin menyelamatkan makanan agar tidak terbuang sia-sia.
“Jadi memang program kami core-nya adalah food rescue supaya tidak ada food waste, kalau program makanan gratis dari pemerintah itu beda lagi ya, di luar wewenang kami,” ujarnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Yang Diuntungkan dan Yang Terpinggirkan Akibat Program Makan Bergizi Gratis di Jogja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.