Cerita Ibu Tunggal Jadi Driver Ojol di Jakarta hingga Bisa Antar Anak Jadi Sarjana

ilustrasi ibu tunggal menjadi driver ojol di Jakarta hingga bisa antar anak jadi sarjana. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Kuliah membutuhkan biaya mahal. Sebagian orang memupuk mimpinya karena kondisi keluarga yang sulit. Namun, bagi Suparti (56) menyerah bukan pilihan dan ngojol jadi caranya untuk mengejar mimpi itu. Keberuntungan Suparti berbuah hasil ketika aplikasi ojol, dimana dia bernaung, menyediakan beasiswa bagi anak mitra driver, sehingga Suparti bisa menguliahkan anaknya di Jakarta.

***

Suparti adalah seorang ibu rumah tangga tunggal. Dia memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari pekerjaan menjadi driver ojol di Jakarta. 

Tanpa dia nyana sebelumnya, dari ngojol ini Suparti pun berhasil menguliahkan sang anak. Alhasil, Suparti yang hanya lulusan SMP bisa melihat anaknya yang berkebutuhan khusus mendapat gelar sarjana. 

Mencicipi berbagai pekerjaan hingga merantau ke Ibu Kota

Suparti memutuskan merantau ke Jakarta saat usianya belum genap 20 tahun. Dia pindah ke Depok tahun 1983, tepat setelah lulus SMP. Perempuan asal Jawa Timur itu memilih bekerja dibanding melanjutkan sekolah, karena kondisi ekonominya yang sulit.

Sejak remaja, Suparti telah mencoba berbagai pekerjaan untuk bertahan hidup. Dia pernah bekerja di bidang catering. Pekerjaan itu sempat lama dia jalani, sampai akhirnya pindah ke usaha salon.

Setelah menikah (juga di Jakarta) Suparti memutuskan untuk berdagang sembako di rumahnya. Dia menghidupi ketiga anaknya dari sana. Namun, bisnisnya itu tak berjalan mulus sebab kalah saing.

“Sebelum ada minimarket, Depok memang hebat. Konsumen saya banyak. Tapi saya kayak digusur, konsumen saya cuma satu lingkungan. Jadi omset saya menurun,” ucap Suparti kepada Mojok pada Senin (21/10/2024).

Belum lagi, dia harus dihadapakan kenyataan pahit: rumah tangganya dengan sang suami berakhir. Namun, dia tak ingin terlalu menceritakan kehidupan keluarganya, khususnya saat berpisah dengan sang suami. Yang pasti, dia seorang single mom saat ini.

Memilih jadi driver ojol di Jakarta karena fleksibel

Suparti sudah lama menjadi customer aplikasi ojol. Dia akhirnya memilih menjadi driver aplikasi hijau itu sejak 2017 karena kondisi ekonomi keluarganya yang makin sulit. Di sisi lain, pekerjaan menjadi driver ojol memiliki waktu yang fleksibel, sehingga dia bisa sesekali menengok rumah. 

“Sebetulnya banyak juga yang nawarin pekerjaan lain, cuma kan nggak fleksibel. Sementara, saya punya dua anak berkebutuhan khusus. Saya merawat anak sendirian. Jadi, saya harus mantau rumah sambil cari uang,” ucap Suparti.

Suparti driver ojol di Jakarta mengendarai sepeda motornya untuk bekerja. MOJOK.CO
Suparti, driver ojol di Jakarta mengendarai sepeda motornya untuk bekerja. Dok. Suparti

Pekerjaannya dimulai dari pukul 04.00 WIB, setelah salat Subuh. Suparti lalu kembali ke rumah sekitar pukul 09.00 WIB untuk mengecek anak-anaknya. Dia sengaja mengambil pesanan di sekitar rumah saat pagi dan menjelang malam. Dengan begitu, dia bisa memberikan obat untuk anak-anaknya tepat waktu.

Saat siang sampai sore, Suparti baru berani mengambil pesanan yang jauh-jauh. Dia tak pilih-pilih, mengantar penumpang, mengirim barang, mengirim makanan, semuanya dia lakukan. Yang penting, dia tahu jalan, tekun, dan rajin, sehingga performanya bagus.

“Kalau ingin bertahan di Jakarta, kita harus survive sendiri lah, bagaimanapun caranya,” ujar Suparti.

Namun, dia mengaku santai menjalani aktivitas sebagai driver ojol. Dia merasa menjadi driver adalah pekerjaan yang menyenangkan karena bisa jalan-jalan. Berkendara dengan motor BeAT Street miliknya menjadi salah satu penghilang stres bagi Suparti. 

Beasiswa yang tak terduga untuk mitra driver ojol

Jassinta Roid Triniti, anak ketiga Suparti memiliki keinginan untuk kuliah demi mengangkat derajat ibunya. Suparti sendiri tak ingin menghambat keinginan anak bungsunya itu hanya karena masalah biaya. 

Dia justru bangga dengan semangat Jassinta. Oleh karena itu, Suparti mencari-cari info soal beasiswa di internet. 

“Saya suka browsing, eh ada beasiswa, gitu. Terus di aplikasi ojol saya juga, ternyata ada, di pesan chat waktu itu,” ucap Suparti.

Supari merupakan mitra driver untuk aplikasi Gojek. Aplikasi tersebut memang punya program beasiswa untuk puluhan anak mitra driver mereka. Perusahaan itu menggandeng delapan politeknik negeri unggulan di Indonesia. 

Rangkaian proses seleksinya cukup ketat. Beruntung, anak Suparti memenuhi syarat-syarat tersebut sehingga dia berhak menerima beasiswa itu.

Suparti lalu menginformasikan hal tersebut ke anaknya. Jassinta sendiri punya keinginan mendaftar ke Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) jurusan Penerbitan atau Jurnalistik.

Jassinta mengantarkan Suparti pergi bekerja sebagai driver ojol di Jakarta. Dok. Suparti

Suparti tak terlalu paham persyaratan berkas yang harus dikumpulkan untuk beasiswa. Yang jelas, kata Jassinta, dia sudah memenuhi syarat. Misalnya, bersekolah di negeri, berprestasi atau memiliki nilai yang bagus, mendapat ranking 10 besar di sekolahnya, memiliki motivasi, serta lolos seleksi kemampuan akademis dari politeknik.

Driver ojol di Jakarta mengantar sang anak wisuda

Jassinta lolos mendapatkan beasiswa dari aplikasi ojol itu. Dia diterima di PNJ untuk D3 Jurnalistik, sesuai minatnya. 

Suparti sempat menjual motornya untuk membeli laptop guna kebutuhan kuliah Jassinta. Dia kemudian membeli motor secara kredit untuk ngojol. Perjuangan itu akhirnya terbayarkan ketika Jassinta berhasil menyelesaikan kuliahnya selama tiga tahun dan mendapatkan gelar ahli madya (D3). 

Ibu Jassinta itu bercerita, suasana gedung wisuda dipenuhi ribuan manusia. Padahal dia dan anaknya sudah berangkat sejak subuh dengan kereta. Keduanya memutuskan langsung pulang setelah Jassinta menerima ijazah. 

Suparti khawatir Jassinta kelelahan, walaupun dia juga sedih karena tak sempat berfoto bersama. Namun, bagi Suparti kebahagian itu bisa diperoleh dengan cara yang sederhana.

“Dia (Jassinta) cuma minta ke saya belikan kopi, minum bareng di rumah sambil ngobrol. Anak saya itu anaknya memang tidak neko-neko. Dia paham kondisi keluarga,” kata Suparti.

Dalam obrolan itu, Suparti berpesan kepada Jassinta maupun anak-anaknya agar selalu membantu sesama. Khususnya bagi anak-anak yang kurang mampu. Dia juga berharap Jassinta bisa memanfaatkan ilmunya di kemudian hari. Di sisi lain, Yasmin masih ingin melanjutkan pendidikan di jenjang strata (S1). Apa pun pilihanya, semoga selalu diberi kemudahan.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Mochamad Aly Reza

BACA JUGA: Jogja Terasa Aman berkat Ojol, Klitih Macam-macam Langsung Dilumpuhkan

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version