Coffee shop “skena” di Seturan Raya
Apa yang Andre rasakan saat nongkrong di kawasan SCBD Jogja, khususnya Seturan, sebenarnya sudah kerap jadi buah bibir di media sosial. Julukan “coffee shop skena” kerap melekat ke sejumlah tempat di sekitar sana. Bahkan, fenomena itu juga jadi bahan penelitian.
Salah satunya dalam penelitian karya Wanda Alifa Ramadhani berjudul Kontruksi Identitas Teritorial Pada Coffee Shop Wilayah Seturan . Beberapa coffee shop yang mendapat label “skena” di antaranya Jokopi hingga UD Mitra. Coffee shop kedua, adalah salah satu objek dalam penelitian tersebut.
Pada penelitian tersebut, pemilik UD Mitra, Yudha, menerangkan bahwa sebenarnya awal mula coffee shop ini tidak terencana untuk membentuk segmen pelanggan tertentu. Ia hanya berangkat dari keinginan membuat tempat yang nyaman dengan latarbelakangnya yang dekat dengan komunitas fesyen hingga sepeda.
Pada akhirnya, pelanggan perlahan datang meramaikan karena merasa cocok dengan kedainya. Kebanyakan memang punya corak gaya hidup dan fesyen yang beririsan dengan latarbelakang pemiliknya.
“Yudha mengakui bahwa coffee shop yang dimilikinya berbasis komunitas dan berdiri berkat bantuan teman-teman dari komunitasnya, terutama pada awal pendirian sehingga dapat dikenal luas oleh banyak orang hingga saat ini. Yudha memang tidak secara langsung bergabung dengan komunitas skena, namun komunitasnya seperti komunitas desain, fotografi, dan sepeda merupakan basis-basis komunitas yang dekat dengan gaya hidup hipster a la skena,” tulis Wanda pada penelitian itu.
Kendati begitu, peneliti menyimpulkan bahwa keberadaan coffee shop “skena” ini tidak serta merta membuat semua kedai di Seturan dan sekitarnya memiliki corak serupa. Namun, temuan menunjukkan bahwa di beberapa lokasi, ada karakter gaya berpakaian yang khas pada para pelanggan yang datang.
Selain soal gaya saat nongkrong, salah satu yang identik dengan kawasan SCBD Jogja adalah kos bebas dan eksklusif. Untuk kategori yang sangat bebas, orang menyebutnya dengan istilah kos LV.
SCBD Jogja tempat menjamurnya kos bebas dan eksklusif
Kampus Kost Management, sebuah usaha pengelolaan kos di Jogja yang bermarkas di Jalan Perumnas, Sleman. Usaha ini mengelola sekitar 100 kos yang tersebar di berbagai wilayah DIY.
Pihak Kampus Kost yang saya jumpai, Nova Kartika, mengaku 50 persen dari kos yang mereka kelola saat ini tergolong kos eksklusif. Mayoritas tersebar di sekitar sejumlah perguruan tinggi seperti UGM, UNY, Atma Jaya, UPN, hingga Sanatha Dharma. Kampus-kampus tersebut, semuanya terletak di Kecamatan Depok. Dua di antaranya, yakni UPN dan Atma Jaya lebih spesifik lagi berada di Seturan dan Babarsari.
“Jadi kami punya unit kos juga. Tapi kebanyakan kita mengelola dari pemilik yang nggak punya waktu untuk mengurus,” paparnya.
Nova menjelaskan, secara definisi, sebuah kos disebut eksklusif jika memiliki fasilitas yang lengkap. Mulai dari kasur, lemari, ac, water heater, dan fasilitas kamar mandi dalam. Untuk aturan, menurut Nova, sebenarnya kos eksklusif tidak selalu bebas layaknya kos lv.
Beberapa aturan umum kos di Jogja di antaranya; sopan yakni ada jam malam dan lawan jenis tidak boleh masuk ke kamar; bebas sopan yakni tanpa jam malam namun kunjungan lawan jenis ke kamar dibatasi hingga waktu tertentu; hingga kos dengan predikat lv.
“Tapi semakin tinggi harga, memang keleluasaan penyewa tambah tinggi. Kos bebas banyak di harga segitu,” paparnya.
Nova menjelaskan kalau kos eksklusif biasanya terpisah dengan induk semang. Keberadaan penjaga juga fokus untuk mengurusi keamanan saja. “Peraturan mungkin ada. Tapi ya praktiknya bebas. Pemilik nggak bisa memantau langsung. Kebanyakan juga dari luar kota pemiliknya,” jelasnya.
Meski berbeda dengan SCBD sesungguhnya di Jakarta, nyatanya, kawasan di Jogja tidak kalah gemerlap. Dengan cara yang berbeda.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News