Kerja di Cikarang Tak Seindah Bayangan Orang Lain, Ada Kebusukan Kantor yang Jarang Diketahui

cikarang.MOJOK.CO

Ilustrasi - Kerja di Cikarang Tak Seindah Bayangan Orang Lain, Ada Kebusukan Kantor yang Jarang Diketahui (Ega Fansuri/Mojok.co)

Konon, Cikarang adalah tempat terbaik untuk mengais rezeki. UMR yang tinggi menjadi alasan mengapa banyak orang bermimpi bisa bekerja di kota ini. 

“Apalagi kalau lihat tetangga yang baru setahun dua tahun kerja di Cikarang udah bisa bangun rumah buat orang tua,” ujar Arya (24), saat berbincang dengan Mojok, Selasa (28/1/2025) lalu.

Per 2025, UMR Cikarang menyentuh angka Rp5,5 juta. Saat Arya pertama datang ke kota ini, sekitar enam bulan yang lalu, angkanya tak berbeda jauh. Hal inilah yang membuatnya ngebet kerja di Cikarang.

“Bayanganku bisa sukses instan. Ibaratnya punya gaji 5 jutaan serasa bakal bisa beli apa aja,” ungkapnya.

Apalagi, Arya kerap menyaksikan influencer di TikTok yang bercerita tentang asyiknya kerja di Cikarang. Ia mendeskripsikan: pagi berangkat kerja, siang istirahat, sore pulang, malam menikmati kota, akhir pekan party. Sebuah kehidupan yang menyenangkan, pikirnya.

“Tapi namanya hidup. Nggak seindah konten TikTok. Hahaha,” tawanya, seolah menyesali keputusannya.

Tidak semua buruh di Cikarang dapat gaji 5 jutaan

Selain jangan mudah percaya konten TikTok, hal kedua yang lelaki asal Jogja ini pelajari adalah: tak selamanya Google valid. Setidaknya ini yang ia rasakan ketika diterima kerja di Cikarang.

Memang, ketika ia mengecek angka, Google menyebut kalau UMR Cikarang saat itu (pertengahan 2024) adalah Rp5,2 juta. Saat ditanya gaji yang diminta dalam wawancara bersama HRD pun, dengan entengnya Arya menjawab: Rp5,2 juta.

“Itu angka pertama yang terbayang ketika aku diterima interview,” jelasnya.

Arya diterima kerja di salah satu perusahaan bonafide. Ketika ia menyebut nama kantornya, tak bisa dimungkiri kalau ini memang bukan perusahaan sembarangan.

Sialnya, gaji yang ia terima jauh dari UMR. Yakni cuma Rp3,5 juta. 

“Kalau 3,5 juta, nggak perlu ke Cikarang. Di Jogja pun ada perusahaan yang menggaji karyawannya segitu. Hahaha.”

Awalnya, Arya mengira angka itu adalah upah untuk masa probation. Nilainya bakal berubah menyesuikan dengan status ketenagakerjaannya. Nyatanya, sekali lagi dia salah. Perusahaan ini tak mengenal sistem probation.

Artinya, sejak pertama tanda tanda tangan kontrak, saat itu juga ia resmi diangkat sebagai pekerja kontrak. Durasinya sembilan bulan dengan opsi perpanjangan.

“Salahku juga nggak teliti baca kontrak. Masih ada waktu tiga bulan lagi sisa kontrakku. Belum kepikiran mau gimana selanjutnya,” ungkapnya.

Sering terjadi

Mojok pun menanyakan keresahan yang Arya alami kepada Serikat Merdeka Sejahtera (SEMESTA), federasi yang concern mengadvokasi isu-isu ketenagakerjaan.

Menurut Ketua Umum SEMESTA Faisal Makruf, menggaji pekerja dengan upah di bawah UMR adalah tindakan ilegal. Bahkan, pemberi kerja bisa terjerat pidana. Sayangnya, banyak pekerja, termasuk di Cikarang, tak berani untuk melaporkannya.

“Ada relasi kuasa yang sangat timpang. Jadi kesulitan buat melaporkan kasus-kasus seperti ini,” ungkapnya saat Mojok hubungi, Selasa (4/2/2025).

Selain itu, Faisal juga turut mengomentari soal status pekerja kontrak yang dialami oleh buruh Cikarang tersebut. Menurut Faisal, sejak disahkannya UU Ombinus Law Cipta Kerja, pemberian status kontrak Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) memang lebih leluasa.

“Jadi mungkin perusahaan lebih memilih itu (status pekerja kontrak) karena ketika sudah tak terpakai jasanya, bisa tak diperpanjang kontraknya tanpa perlu pesangon.”

Baca halaman selanjutnya…

Cikarang punya sisi gelap lain. Pekerja yang kecanduan judol dan open BO, sampai bos biadab yang melakukan eksploitasi seksual.

Banyak sisi gelap kerja di Cikarang

Mojok juga beberapa kali mengangkat tulisan yang berisi keluhan pekerja-pekerja di Cikarang. Misalnya, dalam liputan “Kegoblokan saat Merantau di Cikarang”, reporter Mojok mewawancarai eks pekerja Cikarang yang bahkan cuma digaji Rp2,3 juta pada 2019 (saat itu UMR Rp4 juta).

Tak cuma underpaid, ia juga harus berjuang di perantauan. Terutama karena gajinya habis buat “menghidupi” para preman.

Lain lagi dalam tulisan “Sisi Gelap Pekerja Cikarang, Gaji Sebulan Habis dalam Semalam”. Di sini, Mojok mewawancarai pengalaman beberapa pekerja di Cikarang yang gajinya habis dalam semalam untuk foya-foya: party, judol, dan open BO.

Liputan terbaru berjudul “Kos-Kosan 1.000 Pintu Menjadi Las Vegas-nya Cikarang” juga memotret bahwa di Cikarang ada kompleks kos-kosan yang terkenal dengan nama “kosan 1.000 pintu”. Lokasinya ada di kawasan Cikarang Utara. Kosan ini memotret dinamika pekerja di Cikarang, yang ternyata nggak melulu soal enak-enaknya saja.

Eksploitasi tenaga kerja

Karena gaji yang jauh di bawah ekspektasinya, Arya pun mengaku kesulitan untuk mengatur finansialnya. Apalagi, bagi sandwich generation sepertinya, gaji bulanan tak semua bisa ia nikmati. Beberapa di antaranya harus ditransfer ke orang tua.

“Paling yang bener-bener duitku cuma 2 juta. harus bisa buat hidup sebulan di Cikarang yang mahal,” kata dia.

Apa yang dirasakan Arya, hanyalah fenomena gunung es. Kalau menilik kesaksiannya, banyak teman-temannya sesama pekerja Cikarang yang mengalami hal serupa. Bahkan, mungkin ada yang lebih parah.

Selain isu pekerja underpaid, Cikarang juga pernah dihebohkan dengan pemberitaan seputar “staycation bareng bos”. Kompas.id pernah memberitakan, eksploitasi seksual ini kerap menimpa pekerja perempuan dengan iming-iming perpanjangan kontrak.

Ketika saya menanyakan hal ini kepada Arya, ia cuma tersenyum; menghela nafas sebentar, dan mengangguk.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kos-Kosan 1.000 Pintu Menjadi “Las Vegas-nya Cikarang” yang Memotret Sisi Gelap Para Pekerja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version