Meski sudah lewat beberapa hari, tapi bentakan berbunyi, “Aku iki wong pelayaran, ngerti disiplin ora? (Aku ini orang pelayaran, tahu disiplin nggak?)” dari seorang pria asal Godean, Jogja terhadap driver Shopee Food dan pacarnya masih terngiang-ngiang.
Melihat banyak video yang beredar di X maupun Instagram, dua perempuan narasumber Mojok mengaku salut dengan pacar si driver Shopee Food di Jogja tersebut..
Ketika cekcok terjadi, si mbak-mbak pacar driver tampak tanpa ragu memberi argumen tegas pada “Mas-mas pelayaran”. Sebab, telat lima menit itu terjadi bukan sesederhana disiplin atau tidak disiplin. Tapi karena banyak hambatan yang ditemui di jalan dalam mengantar pesanan.
Memang, kata dua narasumber Mojok, sepengalaman mereka ikut pacar atau suami menjadi driver Shopee Food, beragam watak manusia mereka temui. Dari yang arogan hingga yang sangat bermurah hati.
Driver Shopee Food, gambaran kerja keras laki-laki
Menjalin hubungan sejak semester 2, Shanti (22) tahu belaka bagaimana sang pacar mencoba survive di perantauan tanpa bergantung pada orangtua.
Di sela-sela waktu kuliah, dia biasanya mengambil pesanan Shopee Food yang masuk. Terutama di jam-jam makan siang. Sementara malam harinya, jika tidak ada tenggat tugas untuk esok hari, maka pacar Shanti akan menghabiskan waktu hingga larut malam: mengantar pesanan dari satu kos ke kos, dari rumah ke rumah di Semarang.
“Kalau libur, dia bisa dari pagi sampai malam online. Sebagai mahasiswa tanpa saku orangtua, dia mencoba memaksimalkan hasil dari jadi driver Shopee Food. Eman kalau libur nggak narik, karena hidup terus berjalan, semuanya harus mengandalkan uang. Jadi harus terus ada pemasukan,” kata Shanti, Senin (7/7/2025) malam WIB. Itu pula yang membuatnya jatuh hati betul pada sang pacar, karena tipikal pekerja keras.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Fahima (28), asal Sidoarjo, Jawa Timur. Suaminya adalah pekerja pabrik. Pulang menjelang Magrib, sang suami biasanya akan tiba di rumah menjelang Isya karena harus berjibaku dengan kemacetan jalan.
“Jam 8 malam dia berangkat lagi, ganti kostum jadi driver Shopee Food,” tutur Fahima.
Hal itu dilakukan demi mendapat pemasukan tambahan. Sebab, kebutuhan rumah tangga makin banyak, sehingga perlu tambahan uang dari jalur lain.
“Bisa pulang jam 1-an dini hari. Itu sudah capek banget dia. Terus tidur, terus jam setengah 8 pagi harus berangkat ke pabrik lagi,” sambung Fahima.
Ikut jadi driver Shopee Food untuk ringankan beban pasangan
Jika tidak sedang ada tugas kuliah yang harus lekas dirampungkan, atau jika tidak ada kegiatan lain, Shanti sesekali ikut sang pacar si driver Shopee Food untuk mengantar pesanan.
Awalnya, Shanti ingat betul, sang pacar sempat tidak mau Shanti ikut. Momen haru tersaji saat itu.
“Janji nggak bakal bikin repot,” kata Shanti.
“Bukan soal repot nggak repot. Jadi driver Shopee Food itu berat. Yang berat-berat biar aku saja yang menjalani, kamu jangan terlibat,” jawab sang pacar. Namun akhirnya, sang pacar membolehkan dan malah keterusan hingga sekarang.
Shanti mengaku, biasanya dia mencoba membantu membawakan pesanan di jok tengah jika memang jumlahnya banyak. Apalagi jika pesanannya dobel.
Begitu juga Fahima. Awalnya sang suami bertanya-tanya, “Ngapain ikut?”. Tapi setelah membujuk, akhirnya Fahima dibolehkan untuk ikut menemani suami menjadi driver Shopee Food.
Sama seperti Shanti, Fahima kerap membantu membawa pesanan jika jumlahnya banyak. Di sela-sela perjalanan, Fahima juga kerap mengajak suaminya bercanda-canda untuk mengusir lelahnya.
“Iseng biasanya pundak dan punggungnya kupijit dari belakang. Ya sambil jalan itu. Aku tahu lah, dia pasti capek sekali kerja siang-malam,” tutur Fahima.
Kepanikan jika pesanan lama dan hadapi kemacetan di jalan
Shanti memahami betul kenapa mbak-mbak dalam video viral “Mas-mas pelayaran”, sampai berani mengeraskan suara untuk menjelaskan situasi di jalan yang menyebabkan pesanan telat terkirim.
Pasalnya, proses mengambil dan mengantar pesanan ke lokasi pemesan tidak melulu lancar-lancar saja. Sering kali ada saja hambatannya.
“Kadang harus nunggu lama di restoran. Itupun antreannya panjang. Nggak cuma pengunjung resto yang antre, driver-driver juga banyak yang antre,” ucap Shanti.
Jika sudah begitu, Shanti kerap kali harus mendengar pacarnya berdecak beberapa kali. Bahkan ngedumel sendiri. Panik jika pesanannya bakal terlambat.
Sama halnya dengan Fahima. Musuh terbesarnya di jalanan Sidoarjo—terutama malam hari—adalah kemacetan. Macet di Sidoarjo bisa sangat rapat.
Kata Fahima, selama dia menemani suaminya, terlampau sering sang suami harus membunyikan klakson berkali-kali demi mendapat jalan. Semua dilakukan agar pesanan bisa lekas diantar ke tujuan tepat waktu.
Menyesali dan mensyukuri order fiktif
Sejauh yang Fahima tahu, suaminya tiga kali mendapat order fiktif. Dua kali saat Fahima tidak ikut menemani. Satu kali saat menemani.
Kata Fahima, sebenarnya deteksi paling mudah untuk mengetahu order fiktif atau tidak adalah dengan mengecek sistem pembayaran: tunai atau melalui dompet digital. Selain itu juga bisa dilihat dari angka pesanan: besar atau tidak?
“Cuma pikiran suami kan husnuzon dulu. Siapa tahu memang rezeki, jadi diambil-ambil aja,” kata Fahima.
Setelah diambil, eh tahunya ternyata order fiktif. Dulu, jika sudah kepalang kena order fiktif, suami Fahima akan membawa order fiktif itu pulang, lalu dimakan bareng Fahima.
“Marah pasti marah dia. Kok ada orang seiseng itu. Nyesel juga. Karena malah keluar uang buat bayarin,” ujar Fahima.
Tapi, mau nyesel seperti apapun, toh sudah terlanjur terjadi. Alhasil, Fahima dan suami bersepakat memilih mensyukuri saja: Nggak apa-apa sesekali makan enak. Mengingat, tiga kali order fiktif yang suami Fahima terima adalah makanan-makanan enak dan mahal untuk ukuran mereka.
Diperlakukan bak pesuruh hingga menerima belas kasihan
Orang iseng bukan satu-satunya jenis watak manusia yang driver Shopee Food temui. Shanti mengaku, beberapa kali menemani sang pacar, dia mendapati pemesan yang memerlakukan driver Shopee Food tak lebih dari pesuruh.
“Jangan salah, pacarku sering juga telat. Karena ya tadi, banyak hambatan di jalan. Paling kena sinis, misalnya si pemesan bilang, ‘Kok lama banget, Mas.’ Gitu-gitu lah,” jelas Shanti.
Kadang juga sudah sampai di lokasi, tapi si pemesan tidak kunjung merespons saat dihubungi. Pilihannya antara menunggu sampai si pemesan keluar rumah atau menyantolkan pesanan di pintu. Sialnya, apapun pilihannya, tetap saja berujung bintang satu dengan catatan “Driver tidak tepat waktu.”
Tak jarang pula Shanti dan sang pacar bertemu dengan orang baik. Mungkin karena berbelas kasih pada pacar Shanti yang tampak sudah kuyu dan lelah, si pemesan memberi tip.
“Kalau tip di Sidoarjo, ada yang kasih Rp5 ribu, Rp10 ribu. Itu umumnya. Tapi waktu di perumahan elite, pernah kami nemu pemesan orang baik banget. Ngasih tip Rp50 ribu. Mungkin karena kasihan lihat kami sepasang suami istri,” sementara begitulah pengakuan Fahima.
“Karena sebelumnya kan ditanya, ‘Kalian pacaran atau suami istri?’. Pas kujawab suami istri, ya itulah langsung dikasih tip Rp50 ribu,” sambungnya.
Solidaritas di jalanan
Di sela-sela menanti pesanan masuk, suami Fahima biasanya menepi secara asal di jalan. Kadang, karena mungkin membawa Fahima, sang suami memilih menepi di warung-warung kopi girasan. Jadi dia mengaku tidak mengalami yang dialami oleh Shanti.
Karena pertimbangan menghemat, pacar Shanti amat jarang menepi di warung kopi atau angkringan di Semarang. Melainkan menepi di pinggir-pinggir jalan atau titik tertentu yang dekat restoran bersama para driver lain: Grab, Gojek, dan Shopee Food.
Pengalaman itu membuka lebar mata Shanti, betapa para driver punya solidaritas yang sangat kuat. Alhasil, tidak heran ketika seorang driver Shopee Food di Jogja dapat perlakuan tidak enak dari “Mas-mas pelayaran”, rumah “Mas-mas pelayaran” langsung digeruduk ratusan driver.
“Kulihat, entah kenal atau nggak, pacarku dan driver-driver itu bisa sangat akrab. Tak segan berbagi rokok, bahkan berbagi bekal,” kata Shanti.
Beberapa kali saat ikut menemani sang pacar, Shanti sengaja membawa bekal jajanan untuk berbagi dengan sesama driver. Mereka sangat antusias ketika ditawari, walaupun beberapa ada yang malu-malu mau.
Shanti akhirnya tahu belaka, kendati sehari-hari mereka mengantar pesanan makanan, tapi banyak dari mereka bahkan rela menahan lapar di jalanan, agar pemasukan hari-malam itu bisa mereka bawa pulang.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Sombong Kerja Pelayaran di Kapal Feri, Sok Gagah dan Pamer Gaji Besar ke Tetangga Malah Jadi Menderita atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan