Indomaret Selamatkan Lulusan SMK SMA yang Diremehkan karena Tak Kuliah, Kasih Kerjaan dengan Gaji Besar yang Bikin Sarjana Nganggur Gigit Jari Meratapi Nasib

Indomaret Selamatkan Lulusan SMK SMA yang Diremehkan karena Tak Kuliah MOJOK.CO

Ilustrasi - Indomaret selamatkan lulusan SMA SMK yang diremehkan karena tak kuliah. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagi beberapa lulusan SMK, jadi karyawna Indomaret bukanlah pekerjaan sepele. Indomaret memberi kesempatan bagi lulusan SMK (sederajat) untuk merasakan kerja dengan gaji besar. Gaji yang bisa digunakan untuk membantu keuangan orang tua. Hal Itu menjadi kebanggaan tersendiri ketimbang kuliah dan terus-menerus menyusahkan orang tua.

Saya berbincang dengan lulusan SMK yang saat ini bekerja sebagai karyawan Indomaret di Subang dan Surabaya. Keduanya kompak menyebut bahwa Indomaret menyelamatkan nasib mereka di tengah banyaknya perusahaan yang mensyaratkan ijazah S1 bagi para pelamar kerja. Itupun dengan gaji yang sering kali tidak sesuai ekspektasi.

Sementara para karyawan Indomaret, meski hanya lulusan SMK tapi berkesempatan menikmati gaji besar.

Indomaret beri lulusan SMK gaji UMR

Menjelang lulus SMK di Subang, Jawa Barat pada 2020, Deni (22) memang menghapus bayangan untuk kuliah. Tak mengikuti ambisi besar teman-temannya yang lain untuk menjadi sarjana.

Deni sudah memantapkan niat untuk lanjut bekerja. Meskipun di satu sisi sebenarnya orangtuanya sempat mendorong Deni untuk kuliah.

Saat SMK di Subang tersebut, Deni sebenarnya sangat menggemari sastra. Bahkan ia mengaku sudah mulai menyukai sastra—terutama jenis puisi—sejak di bangku kelas 2 SMP.

Minatnya pada sastra tersebut bermula dari sebuah tontonan di TV, yakni sinetron Roman Picisan. Sinetron dengan bintang utama Arbani Yasiz itu membuat Deni menjadi sering menulis puisi hingga saat ini.

“Saya tidak berniat untuk kuliah jurusan sastra, meski ada yang bilang saya cocok di sana. Saya menjadikan puisi hanya sebagai media berekspresi,” ujar pemuda asal Subang tersebut kepada Mojok, Selasa (4/6/2024) siang WIB.

Di saat banyak temannya mulai sibuk bersiap untuk kuliah di kampus tujuan masing-masing, Deni dengan tanpa ciut sedikitpun mencari-cari lowongan kerja. Hingga akhirnya lamaran yang ia masukkan di sebuah Indomaret di Cisaem Girang, Subang, tembus.

“Alhamdulillah dapat rezekinya di Indomaret. Tapi saya sudah sangat senang,” ungkap lulusan SMK jurusan Elektronika Industri tersebut.

Kebanggan kerja di Indomaret

Deni tak memungkiri bahwa tentu ada saja orang-orang di sekitarnya yang memandang remeh pekerjaan Deni sebagai karyawan Indomaret. Mengingat, selain teman-temannya yang kebanyakan kuliah, ada juga beberapa teman yang setelah lulus dari SMK di Subang itu langsung mendapat pekerjaan yang berhubungan dengan jurusan Elektronika Industri.

Namun, Deni tak pernah gengsi barang sedikit pun. Selama menjadi karyawan di Indomaret Subang tersebut ia justru merasa bangga. Sebab, gaji yang ia dapat bisa ia gunakan untuk membantu keuangan orangtua.

“Gajinya UMR Subang. Di angka Rp3 juta lebih sekian. Nggak nyentuh Rp4 juta, tapi gajinya tetap bisa saya bagi untuk saya sendiri dan untuk orangtua,” tutur Deni.

Hal tersebut bagi Deni sudah memberikan kebanggaan tersendiri. Karena ia merasa menjadi anak laki-laki yang berguna bagi keluarga. Tak seperti kebanyakan mahasiswa yang masih meminta uang kiriman dari orangtua. Sehingga orangtua di rumah harus bekerja makin keras.

Deni beruntung karena tak termasuk dalam golongan anak-anak yang menjadi beban dan menyusahkan.

Mungkin ada saja yang menyebut kalau gaji Rp3 juta itu pun sebenarnya kekecilan. Namun, untuk hidup di Subang, uang segitu sudah lebih dari cukup. Lebih baik juga di tengah banyaknya sarjana yang kerja cuma dapat gaji Rp2 jutaan bahkan nganggur.

Baca halaman selanjutnya…

Gaji karyawan Indomaret bikin sarjana terhina 

Berebut loker dengan sarjana

Pada awal 2024 lalu, sebelum berangkat untuk pindah ke Jogja, saya sempat ngopi dengan Syahril (25), teman dari teman kuliah saya. Ia adalah karyawan di salah satu Indomaret di Surabaya. Syahril bekerja di Indomaret cukup lama, yakni sejak lulus SMA pada 2017.

“Belakangan aku tahu kalau ternyata yang berebut kerja di Indomaret nggak cuma lulusan SMA atau SMK, tapi juga sarjana,” ujar Syahril kala itu.

Saya—begitu juga Syahril—memang sering mendapati sarjana-sarjana putus asa di Surabaya yang pada akhirnya memasukkan lamaran kerja ke Indomaret. Sebagian banyak tentu tertolak karena melampirkan ijazah S1.

Asumsinya, ijazah S1 dianggap terlalu overrated untuk ukuran karyawan Indomaret. Itulah kenapa ada juga sarjana di Surabaya—terkhusus teman-teman Syahril—yang pakai siasat tak malampirkan ijazah S1 saat melamar di Indomaret. Tapi cukup menyertakan ijazah SMA/SMK/sederajat.

Bikin iri sarjana nganggur

Sama sepeerti Deni, sejak sebelum kelulusan Syahril memang sudah mantap untuk kerja, alih-alih kuliah sebagaimana teman-temannya yang lain. Tak butuh waktu lama bagi Syahril untuk kemudian mendapat pekerjaan di sebuah Indomaret di Surabaya Barat.

“Gaji UMR Surabaya. Kalau sekarang ya di angka Rp4 jutaan,” ungkap Syahril.

Di momen ngopi tersebut, teman saya mengaku sempat merasa iri terhadap Syahril. Sebab, ia sempat nganggur cukup lama setelah resmi jadi sarjana.

Butuh waktu hingga berbulan-bulan sejak lulus kuliah sebelum akhirnya teman saya mendapat pekerjaan. Itu pun dapat pekerjaan yang gajinya masih di bawah gaji Syahril sebagai karyawan Indomaret.

Dari gaji sebagai karyawan Indomaret itu pula, Syahril bisa menabung untuk menikah dan menyicil motor.

“Pekerjaan sebagai karyawan Indomaret mungkin tak seterusnya. Tapi setidaknya ngasih kesempatan lulusan SMK atau SMA buat dapat kerja dengan gaji tinggi,” tutur Syahril.

Dengan begitu setidaknya ada dua bekal penting untuk kehidupan selanjutnya misal tak jadi karyawan Indomaret lagi: modal pengalaman dan modal tabungan (asal pintar-pintar menyisihkan gaji dari Indomaret).

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Warung Pak Ndut Pinus Berjuang Perbaiki Ekonomi Keluarga, Malah Nelangsa karena Sering Dicolong Mahasiswa UIN Jogja yang Tak Punya Malu

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

 

 

Exit mobile version