Di Film Horor Indonesia Kiwari, Puncak Kengerian Hantu adalah Ketika Sudah Jalan Kayang

Ilustrasi - Mencari jawaban kenapa film horor Indonesia suka hadirkan hantu-hantu kayang. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Dalam beberapa tahun terakhir, hantu kayang kerap muncul dalam berbagai judul film horor, khususnya di Indonesia. Kenyataan itu membuat saya penasaran, kenapa–selain membawa simbol agama dan perempuan–banyak filmmaker tanah air yang suka memunculkan karakter hantu tersebut?

Pertanyaan itu sebenarnya sudah menganggu saya sejak menonton film horor Sebelum Iblis Menjemput (2018) garapan Timo Tjahjanto.

Salah satu adegan yang dianggap mengerikan dalam film tersebut adalah ketika Laksmi (Karina Suwandhi) diseret oleh sosok iblis yang berdiam dalam sebuah ruangan. Sekeluarnya dari ruangan itu, Laksmi berubah menjadi sosok menyeramkan. Wajah pucat, area mata menghitam, rambut berantakan, dan berdarah-darah.

Puncak menyeramkannya adalah ketika tubuh Laksmi tiba-tiba terbalik: dia berjalan dengan cara kayang. Gampangnya, Laksmi menjadi hantu kayang.

Kenapa hantu film horor mesti kayang?

Perubahan Laksmi menjadi hantu kayang hanya satu film saja yang detilnya berhasil saya ingat dengan baik. Sisanya, saya sebenarnya menonton banyak film horor. Hanya saja saya banyak lupa judulnya. Tapi samar dalam ingatan saya, beberapa film horor tersebut juga menyajikan sosok hantu kayang.

Terbaru, saat Netflix tengah digempur film-film horor Indonesia, saya menemukan sosok hantu kayang itu lagi dalam film Possession: Kerasukan (2024) garapan Razka Robby Ertanto.

Jujur, sampai tulisan ini digarap, saya belum menyempatkan diri untuk menonton film tersebut. Namun, beberapa waktu lalu saya menemukan ulasan sekaligus cuplikan di media sosial.

Penggalan cuplikan menunjukkan ketika seorang perempuan mengalami kerasukan hingga akhirnya berjalan dengan cara kayang alias berubah menjadi hantu kayang. Pertanyaan lama saya pun terpantik keluar lagi: kenapa mesti kayang?

Membongkar Alasan Film Horor Indonesia Suka Munculkan Hantu Kayang MOJOK.CO
Adegan hantu kayang dalam film Possession: Kerasukan. (Netflix)

Pertanyaan yang ternyata juga diutarakan oleh beberapa warganet yang mengomentari ulasan tersebut. Mereka menanyakan hal yang sama: apa kelebihan dari hantu kayang? Kenapa setan-setan yang merasuki tubuh manusia di film horor Indonesia belakangan ini digambarkan seolah suka membuat inangnya jadi seperti itu?

Referensi dari film horor barat

Rasa penasaran itu lantas membawa saya berbincang dengan IGAK Satrya Wibawa, dosen Kajian Sinema di Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya.

IGAK mengaku belum bisa memastikan, dari mana referensi hantu kayang yang belakangan kerap dimunculkan di film-film horor tanah air. Hanya saja, bisa jadi memang merujuk beberapa film horor Barat dengan sajian serupa.

Sepengalaman saya menonton beberapa film horor Barat, khususnya yang bertema eksorsisme, baik lama maupun baru, saya pun kerap menemui momen ketika orang kerasukan kemudian berubah menjadi hantu kayang.

“Fenomena ini kalau dilihat di film horor lain, misalnya ya film-film zombie. Dulu zombie digambarkan berjalan pelan. Sekarang, terutama sejak munculnya film Train to Busan (2016) karya Yeon Sang-ho atau World War Z (2012) karya Marc Forster, itu menampilkan zombie yang bisa berlari,” beber IGAK saat saya ajak berbincang, Selasa (5/11/2024) malam WIB.

“Level kengeriannya dibangkitkan, ditambah dosisnya. Karena zombie jalan lamban aja mengerikan, apalagi kalau bisa lari,” imbuhnya.

Begitu juga dalam konteks hantu kayang. Hantu dengan postur dan cara gerak “normal” saja sudah sangat mengerikan. Apalagi jika kayang dan bisa mengejar dengan langkah cepat pula. Level ngerinya, bagi IGAK, pasti akan meningkat bagi psikis penonton.

Kengerian dari hal-hal tak terbayangkan

Setidaknya, IGAK cukup bisa membaca pola dari munculnya hantu-hantu kayang di jagat film horor Indonesia. Yakni memunculkan kengerian dari hal-hal tak biasa dan tak terbayangkan di benak penonton.

“Seperti kayang, orang nggak bisa kan kayang sambil jalan. Itu kan nggak umum,” ucap IGAK.

“Jadi hal-hal yang kalau kita bayangkan kita nggak bisa melakukan, nggak umum, nah itu jadi sumber kengerian baru. Seperti kasus hantu kayang. Karena ngeri saja ternyata ada jenis hantu yang jalannya kayang,” sambungnya.

IGAK lantas memberi beberapa contoh film-film horor dengan pola serupa. Misalnya, hantu Sadako. Film tersebut memberi kesan trautamis karena menggamnbarkan sosok hantu yang bisa keluar dari televisi penonton.

Orang tak membayangkan bahwa hantu di dalam film itu bisa keluar lewat layar televisi. Alhasil, itu menjadi kengerian tersendiri bagi penonton.

Kengerian dari situasi di luar keumuman

“Atau ada juga film The Eye (2008) karya David Moreau dan Xavier Palud. Umumnya hantu itu kan muncul malam hari dan di tempat angker. Tapi di film itu, hantu bisa ada bahkan di lift (tempat umum) dan di siang bolong,” papar IGAK.

Selama ini banyak orang cenderung mengamini hantu bakal muncul malam hari. Bahkan lewat tengah malam. Namun, gara-gara The Eye, siang hari pun akhirnya memicu ketakutan.

Nah, menurut IGAK, pola-pola seperti itu lah yang menjadi formulasi munculnya hantu-hantu kayang: orang tak kebayang ada orang bisa kayang sambil jalan, maka sekali ada yang bisa melakukannya, apalagi sosok hantu, maka kadar ngerinya makin bertambah.

Saya mencoba mencari jawaban lain perihal kenapa belakangan film horor, khususnya produksi Indonesia, suka menampilkan hantu kayang. Tapi saya masih belum menemukan apa pun.

Bahkan, dalam khazanah perdemitan Indonesia, sejauh yang saya telusuri, saya masih belum berhasil menemukan keberadaan jenis hantu satu ini dalam daftar. Saya masih akan mencari. Biar bisa tidur nyenyak.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Jogja Jadi Kota Sinema, Upaya Mendidik Selera Penonton di Tengah Gempuran Film Horor dan Perselingkuhan yang Kosong Nilai

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

 

 

 

 

Exit mobile version