Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
2 Desember 2025
A A
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

ilustrasi - bencana banjir di Sumatera. MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sarah (26) masih ingat betul pemandangan indah lewat jendela rumahnya di dataran tinggi Gayo Lues, Aceh. Begitu asri. Lebat dengan pepohonan, kebun, dan lanskap perbukitan. 

Beruntung, beberapa hari sebelum tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004, ia dan kedua orang tuanya memutuskan pindah ke Batam, Kepulauan Riau. Sehingga mereka berhasil selamat dari gempa dahsyat itu.

Namun, beberapa saudara Sarah tetap memilih tinggal di Sumatra. Mereka tersebar di Bener Meriah, Aceh Besar, Banda Aceh, dan Gayo Lues. Meski tsunami tak menghantam Gayo Lues secara langsung, tapi dampaknya tetap terasa bagi keluarga Sarah. 

Bencana banjir di Gayo Lues, Aceh, Sumatra. MOJOK.CO
Banjir bandang dan tanah longsor mengisolasi warga Gayo Lues. (Sumber: Laman resmi Kabupaten Gayo Lues)

Mulai dari terputusnya hubungan logistik, meningkatnya jumlah pengungsi, kendala ekonomi, hingga trauma yang masih terbawa hingga saat ini. Oleh karena itu, saat mendengar bencana banjir dan longsor yang terjadi di Sumatra sejak Senin (24/11/2025) kemarin, Sarah tak bisa berhenti khawatir memikirkan saudara-saudaranya.

Menanti kabar dari keluarga

Di hari pertama Sarah mendengar berita banjir dan longsor lewat media sosial, ia langsung menghubungi kakak kandungnya yang kedua. Kakaknya yang saat itu sedang sakit berujar hujan turun seperti biasa di Gayo Lues.

“Awalnya kami masih positif thinking karena daerah Gayo itu, kata Bapakku, belum pernah dapat bencana sebesar ini. Kalaupun ada, biasa disebut banjir biasa tiap lima tahun sekali,” kata Sarah saat dihubungi Mojok, Senin (1/12/2025).

Warga di Aceh. MOJOK.CO
Seorang ibu menangis saat bencana banjir dan longsor. (Sumber: Laman resmi Kabupaten Gayo Lues)

Tanpa mereka sangka, banjir dan longsor yang terjadi di Sumatra bukan fenomena alam biasa lagi. Direktur Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) Rocky Pasaribu menyebut bencana yang terjadi di Sumatra pada November 2025 menjadi tragedi ekologis terburuk dalam 35 tahun terakhir.

“Dalam tiga dekade terakhir, inilah bencana dengan dampak terluas dan jumlah kejadian terbanyak dalam satu waktu,” ucapnya dikutip dari Tempo, Selasa (2/12/2025).

Bak terbangun dari mimpi indah

Melansir dari laman resmi Kabupaten Gayo Lues, kerusakan parah terjadi pada sejumlah ruas jalan di Gayo Lues. Ribuan rumah bahkan rusak dan hanyut. Akibatnya, bantuan logistik tidak bisa segera menjangkau masyarakat yang terisolasi.

Bahkan, jaringan komunikasi pun terputus. Begitu pun Sarah yang kehilangan kontak kakaknya selama 6 hari.

“Sejak hari kedua, kakakku tidak bisa dihubungi. Dari situ kami mulai khawatir karena melihat berbagai berita di media sosial,” ujar Sarah.

Sepanjang hari, Sarah tak bisa berhenti melihat video-video yang dibagikan oleh warga net khususnya yang menunjukkan kondisi Gayo Lues. Setidaknya, ia berharap bisa mengetahui kondisi kakaknya dari sebuah potongan video. Alih-alih mendapati sosok kakaknya, Sarah hanya bisa menelan ludah.

“Bapakku yang usianya sudah 67 tahun bahkan sampai bilang begini ‘Bapak belum pernah lihat Gayo seporak-poranda ini’,” ujar Sarah.

Jembatan terputus. MOJOK.CO
Jembatan terputus akibat banjir. (Sumber: Laman resmi Kabupaten Gayo Lues)

Bagi Sarah dan keluarganya, Gayo Lues adalah tempat yang indah. Sesuai arti namanya, ia berarti gunung yang luas. Terletak di gugusan bukit burisan, hasil pemekeran dari Aceh Tengah. Luasnya sekitar 5.719 kilometer persegi. 

Iklan

Saking eksotisnya, Gayo Lues sering disambangi oleh wisatawan maupun pendaki. Misalnya, Taman Nasional Gunung Leuser, kampung wisata Agusen, Air Terjun Rerebe, Danau Blangtasik, Danau Laut Tawar, dan masih banyak lagi.

Masyarakat di sana kebanyakan bekerja sebagai petani. Salah satunya petani kopi dan tembakau. Bahkan, Kopi Gayo terkenal dengan kualitasnya yang mendunia dan menjadi salah satu kopi terbaik di Asia.

Gayo Lues butuh memulihkan diri

Kini, Gayo Lues butuh waktu memulihkan diri. Tak hanya warganya, tapi tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di dalamnya. Hal itu pun bisa terwujud apabila perusakan hutan dan alih fungsi lahan segera dihentikan.

Peneliti Hidrologi Hutan dan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dari UGM, Hatma Suryatmojo berujar bencana banjir bandar di Sumatra pada akhir November 2025 sejatinya bukan peristiwa yang berdiri sendiri.

Korban bencana. MOJOK.CO
Seorang nenek dievakuasi. (Sumber: Laman resmi Kabupaten Gayo Lues)

Bahkan para ahli menilai fenomena ini merupakan bagian dari pola berulang, di mana bencana hidrometeorologi kian meningkat dalam dua dekade terakhir. Kombinasi faktor alam dan ulah manusia pun berperan di baliknya. 

“Curah hujan memang sangat tinggi kala itu,” ujar Hatma dilansir dari laman resmi UGM, Selasa (2/12/2025).

“Namun, cuaca ekstrem hanyalah pemicu awal. Dampak merusak banjir bandang tersebut sesungguhnya diperparah oleh rapuhnya benteng alam di kawasan hulu,” lanjutnya.

Lebih dari itu, Hatma menegaskan perlu adanya kesinambungan hubungan antara manusia dan alam. Misalnya dengan melindungi hutan, menata ruang berbasis mitigasi, dan meningkatkan kesadaran ekologis.

“Rehabilitasi lahan kritis dan reforestasi di area tangkapan air strategis juga mendesak dilakukan untuk memulihkan fungsi hutan sebagai pengendali daur air. Selain itu, meningkatkan edukasi dan partisipasi masyarakat lokal dalam menjaga hutan akan memperkuat upaya perlindungan lingkungan jangka panjang,” tuturnya.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 3 Desember 2025 oleh

Tags: Acehbanjir bandangbencanagayogayo luesSumatra
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co
Ragam

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO
Aktual

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.