Aditiya Suharyanto (38) sudah 16 tahun menjalani kariernya sebagai sopir bus. Gajinya pun lumayan, jika dirata-rata bisa di atas UMR Magelang. Cukup tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, pemuda asal Magelang itu menjalani pekerjaannya dengan bahagia meski menemui banyak tantangan.
***
Adit berkali-kali menengok kaca spion busnya. Tangannya sibuk memutar-mutar roda kemudi. Sesekali, tangan kirinya berpindah ke tuas transmisi. Kali ini, ia harus ekstra fokus, sebab keselamatan para kru Mojok ada ditangannya.
Bagaimana tidak, saat bus rombongan Mojok melaju di tikungan tajam area Jalan Raya Bedugul, Bali menuju Jalan Raya Baturiti, sebuah bus yang tak kalah besar datang dari arah berlawanan. Kedua bus yang sama-sama punya body Scania K 310 Ib akhirnya saling berimpit-impitan di tikungan. Jaraknya nyaris tak sampai sejengkal. Salah kendali sedikit saja, bus rombongan kami bisa terguling ke samping dan jatuh dari atas tebing.
Itulah kenapa saya dan kru Mojok lainnya menjadi tegang, apalagi Adit. Dari kaca spion dalam, saya bisa melihat raut wajahnya tampak serius, tapi berusaha tetap tenang. Berkali-kali ia membanting setir.
Meski tidak terlihat, tapi saya tahu kedua kakinya sibuk menginjak pedal kopling dan pedal gas. Sebab saat itu, saya sering terkesiap saat bus mengerem secara mendadak. Saya hanya komat-kamit dan berdoa dalam hati.

Beruntung, berkat kelihaian Adit menyetir bus saya dan rombongan Mojok bisa selamat. Ketegangan selama 15 menit tadi akhirnya mereda secara perlahan. Suara tepuk tangan saling bersahutan, mengapresiasi aksi heroik Adit.
“Menyala Pak Sopir!” teriak salah satu tim Mojok dari arah belakang, sebab berkat dia kami bisa pulang dengan selamat setelah menikmati libur panjang natal dan tahun baru.
Dari Magelang bisa keliling Indonesia
Adit sudah 16 tahun ini menjadi sopir bus. Sejak remaja ia memang sudah berniat menjadi sopir, karena termotivasi oleh ayahnya yang juga seorang sopir bus. Bagi dia, pekerjaan itu penuh tantangan tapi menyenangkan.
“Sukanya ya bisa kerja sambil piknik gratis, meskipun jadi jarang di rumah dan kurang tidur,” ucap Adit, Selasa (11/2/2025).
Lebih dari itu, seorang sopir bus, kata dia, butuh keahlian khusus. Jadi, tak serta-merta mengantar penumpang berdasarkan rute saja, sebab sopir bertanggungjawab menjaga keselamatan penumpang serta mengantarkannya tepat waktu.
Tahun 2009, Adit melamar menjadi sopir bus di suatu perusahaan travel setelah mempelajari cara mengemudi dan mendapatkan SIM B. Tentu keahlian itu tak cukup dipelajari secara teori. Adit menyelanginya dengan memperbanyak pengalaman.
Sejauh ini, pemuda asal Magelang itu sudah berkeliling Indonesia. Mulai dari Pulau Lombok arah timur, Nusa Tenggara Barat hingga ke barat sampai Jambi, Sumatera.
Maka tak heran, jika ia sudah memiliki keahlian yang mumpuni. Terbukti dari aksinya di Bali kemarin. Berkat pengalaman itu dia jadi punya kesabaran ekstra.
“Saya juga harus punya perhitungan matang dalam berlalu lintas,” ujarnya.
Perjalanan paling menantang
Perjalanan di Bali cukup menantang
Adit mengaku perjalanannya ke Bali, tepatnya di Desa Munduk, Buleleng bersama tim Mojok pada 2024 lalu, menjadi salah satu pengalaman berharga. Sebab, selain mendebarkan dan memicu adrenalin, intuisinya pun jadi terlatih.
Dari situ, Adit juga makin paham kondisi jalan di Bali. Siapa tahu, dia akan menyopiri penumpang ke sana lagi. Apalagi, Bali menjadi destinasi wisata terpopuler dunia. Posisinya berada di peringkat 2 pada tahun 2023.
Adit juga sudah punya bekal cara melewati jalanan curam seperti Jalan Raya Bedugul, Bali. Pasalnya, kecelakaan lalu lintas di daerah sana memang sering terjadi. Berdasarkan berita yang berseliweran di Internet, lokasi itu memang rawan kecelakaan.
“Saya baru pertama kali mengendari bus sampai Bali, jadi makin paham kondisi jalan yang dilewati kemarin,” ujar pemuda asal Magelang itu.
Pantas saja, ketika bus baru memasuki Kota Denpasar menuju Pantai Kuta, bus kami sempat berputar-putar. Saya baru sadar ketika bus mengelilingi Pasar Badung. Kami pun sedikit terlambat sampai penginapan. Adit juga mengakuinya.
“Dari trip Bali, saya langsung tolak ke Bali lagi. Saya nggak tidur dua hari dua malam,” kata dia.
Gaji sopir di atas UMR Magelang
Pekerjaan menjadi sopir bus memang tak mudah. Adit bisa mendapatkan gaji kurang lebih Rp4 juta per bulan, meski jam kerjanya tak menentu. Apalagi, jika harus menyopir sendirian dalam sekali perjalanan tanpa sopir cadangan. Untuk menyiasati kantuk atau rasa bosannya, Adit biasanya mengajak ngobrol penumpang yang ada di dekatnya. Itu pun tidak sering. Oleh karena itu, ia pakai cara lain.
“Kalau sudah nggak ngatasi ngantuknya, saya terpaksa cari rest area terdekat dan tidur di sana selama satu jam,” ujarnya.
Idealnya, pengendara bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) harus punya sopir cadangan untuk mengurangi risiko kecelakaan bus akibat sopir kelelahan. Namun, ada saja perusahaan yang abai.
Pemerintah memang belum secara gamblang membuat aturan tersebut. Namun, sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) setiap perusahaan angkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan ketentuan mengenai waktu kerja, waktu istirahat, dan pergantian pengemudi.
Pada pasal 90 tertera bahwa waktu kerja bagi pengemudi paling lama adalah 8 jam sehari. Dalam hal tertentu pengemudi dapat dipekerjakan paling lama 12 jam sehari termasuk waktu istirahat selama satu jam.
“Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum setelah mengemudikan Kendaraan selama 4 (empat) jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam,” dikutip dari UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ, pasal 90 ayat 3.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Resign Kerja Kantoran di Jakarta, Milenial Ini Putuskan Side Hustle di Klaten yang Hasilkan Ratusan Juta per Bulan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.