Gaji Cuma Rp2 Juta Ludes di Awal Bulan demi Sewa LC, Judi Slot, dan Modif Motor. Biarkan Orang Tua Merana

Gaji Rp2 jutaan pekerja pabrik Rembang ludes di awal bulan demi sewa LC, judi slot, hingga modif motor MOJOK.CO

Ilustrasi - Gaji Rp2 jutaan pekerja pabrik Rembang ludes di awal bulan demi sewa LC, judi slot, hingga modif motor. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Gaji hanya sebesar UMR Rembang (di angka Rp2 jutaan). Tapi bisa ludes tak lama setelah gajian demi sewa LC, judi slot, hingga modif motor. Sialnya, itu menjadi lingkaran setan yang menjerat beberapa anak muda—pekerja pabrik—di kota kecil di pesisir Pantura tersebut.

***

Setiap masuk tanggal belasan ke atas, sering kali Badrun (27), bukan nama asli, mulai kelabakan mencari hutangan. Sebab, uang gajinya sebagai seorang pekerja pabrik di Rembang sudah ludes. Hanya sisa lembar-lembar bernilai kecil yang hanya cukup untuk membeli segelas kopi dan rokok ketengan.

Badrun bukannya tak sadar kalau ada yang keliru dengan caranya mengelola uang. Namun, ia mengakui, amat sukar lepas dari lingkaran setan yang sudah kadung ia masuki dan cecap.

Sewa LC, godaan awal bulan pekerja pabrik Rembang

Saya bertemu dengan Badrun pada Rabu, (4/12/2025) di sebuah warung kopi kecil. Ia berkali-kali mengeluhkan gajinya yang hanya lewat.

“Perasaan baru tanggal 30 terima gaji. Tapi kok sudah tinggal sisa-sisa,” ujarnya dengan tawa getir.

Gaji Badrun sebagai pekerja pabrik di Rembang di angka Rp2 jutaan. Memang angka yang terbilang kecil untuk kebutuhan manusia dewasa yang makin banyak.

Akan tetapi, Badrun menyadari kalau gaji itu seharusnya masih bisa dicukupkan dalam sebulan—sebelum gajian berikutnya. Toh ia bekerja untuk diri sendiri. Tidak menanggung orang tua, tidak juga menafkahi anak-istri.

“Ini goblok, tapi aku itu susah sekali nggak tergoda ajakan ngerum (nge-room: karaoke sambil sewa LC),” akunya.

Ada momen-momen tertentu yang membuatnya sadar. Ia pun sebenarnya punya tekad untuk menghentikan kebiasaannya tersebut. Namun, tiap tiba awal bulan dan ajakan untuk sewa LC itu datang, ia mendadak lupa dengan tekadnya. Langsung gas-gas saja.

Sewa LC: upaya pekerja pabrik Rembang mencari kelegaan

Di dalam sebuah ruangan berlampu remang, duduk di kursi lusuh bersama wanita pemandu karaoke, Badrun mengaku langsung lupa daratan. Makin lupa daratan lagi setelah teman-temannya mengompori untuk terus-menerus menenggak anggur merah murahan.

“Kalau sudah begitu, Rp1 juta bisa ludes dalam semalam,” katanya.

“Teman-temanku itu bermacam-macam. Ada teman pabrik, yang nganggur juga ada, anak orang kaya juga ada. Aku berteman dengan mereka sudah sejak SMP. Susah-senang bareng mereka, jadi secara otomatis susah buat nggak ikut mereka,” sambung Badrun.

Momen sewa LC itu, bagi Badrun dan teman-temannya, menjadi upaya untuk mencari kelegaan. Badrun misalnya. Sewa LC sambil mabuk bisa membuatnya sedikit plong usai melewati hari-hari dengan cacian mandor di pabrik.

Menyewa para wanita pemandu karaoke juga membuat temannya punya kepuasan tersendiri: Bahwa kalau mau cari wanita, gampang saja, tinggal bayar. Sebagai bentuk frustrasinya karena percintaannya yang berkali-kali gagal. “Sempat gagal nikah juga. Itu bikin temanku stres,” jelas Badrun.

Berharap jackpot dari judi slot

Bukannya mengelola sisa uang Rp1 juta dari sewa LC itu dengan sebaik-baiknya atau mencoba mencari sumber pendapatan lain, Badrun berpikir memakai cara instan untuk menggandakan uang: judi slot.

Ia mulai ketagihan judi slot sejak pandemi Covid-19 lalu. Hingga saat ini, ia sebenarnya hanya tiga kali merasakan jackpot. Itu pun di masa-masa awal mencobanya. Selebihnya tekor terus.

“Tapi ya nggak kapok. Di pikiranku, kalau uang kepakai Rp500 ribu buat pasang, siapa tahu berlipat, nggak jadi kehabisan uang,” ucapnya.

Realitanya, ia boncos terus. Uangnya terkuras hingga tak bersisa. Kalau sudah begitu, pilihannya hanya tinggal hutang ke teman atau mengajukan pinjaman online (pinjol).

“Aku numpuk utang di mana-mana. Gali lubang-tutup lubang. Dulu tiap ngutang alasanku buat kebutuhan penting. Tapi makin ke sini, nggak ada yang percaya karena memang kupakai judi slot. Larinya ke pinjol,” tutur Badrun setengah lesu.

Kini tiap kali menghubungi teman untuk berhutang, jawabannya sudah dipastikan ada dua kemungkinan. Satu, “Aku lagi nggak pegang uang juga.” Dua, “Kalau buat judi slot atau sewa LC aku nggak mau kasih pinjam.”

Teman-temannya pun hafal belaka. Misalnya Badrun menjanjikan akan membayar dalam kurun berapa waktu, maka tidak ada dari mereka yang percaya. Karena yang sudah-sudah, pekerja pabrik di Rembang itu akan sulit ditagih dengan alasan tidak pegang uang sama sekali.

“Rampok” harta orang tua demi Zeus

Pemuda Rembang lain, panggil saja Barjo (26), juga mengaku sulit melepaskan diri dari lingkaran setan. Ia memang tidak suka sewa LC, tapi ia sudah sangat ketergantungan dengan judi slot.

“Aku pernah dikeluarkan dari tempat kerjaku dulu karena ketahuan pakai uang tempat kerja buat slot,” katanya.

Kopinya sudah dingin, tak kunjung ia seruput. Wajahnya pucat dan lesu. Tak ada gairah dari caranya berbicara atau bergerak saat berbincang dengan saya pada suatu malam yang gerah di tepian Pantura.

Barjo mengaku menyimpan rasa bersalah. Sebab, akibat judi slot, ia kehilangan banyak hal.

“Aku baru menikah setahun lalu dan sekarang rumah tangga sudah hampir berantakan. Gara-garanya aku susah cari kerja, nggak ada uang, tapi masih suka judi slot,” katanya.

Sementara orang tuanya pun tak bisa menyembunyikan rasa kecewa mendalam pada Barjo. Bagaimana tidak, Barjo dulu dikenal sebagai santri saleh. Namun, label itu luruh berganti menjadi label “penjudi”.

Awal mula Barjo kepincut judi slot adalah karena mendapati gaji kecilnya sebagai pekerja Rembang. Ia merasa itu tak cukup kalau untuk memenuhi gaya hidup. Oleh karena itu, ia melihat slot sebagai cara gampang untuk menambah cuan.

Akan tetapi, alih-alih mendapat hujan uang, ia malah mengeruk habis-habisan harta orang tuanya. Sebab, ia sempat menjual satu ekor sapi milik orang tuanya untuk slot (padahal izinnya adalah untuk kebutuhan).

“Satu ekor lagi buat nambal hutang, dan jual sawah juga buat bayar hutang-hutangku yang sudah kelewat menumpuk,” sesalnya.

Modif motor, hobi tak berharga yang terus dipelihara demi gaya

Kalau Boneng (23), juga pemuda Rembang, lain lagi. Sejak kelas 1 SMK ia hobi modif motor. Itu lantaran ia sekolah di jurusan otomotif. Kebanyakan temannya memodif motor masing-masing dan memiliki komunitas yang sering kopdar di malam Minggu.

Kuping Boneng sebetulnya sudah penuh sesak dengan omelan orang tua dan tetangganya sejak ia mulai menyukai hobi tersebut.

Pasalnya, awalnya ia merengek minta motor bagus agar bisa ia gunakan sekolah. Namun, motor tersebut makin ke sini malah makin tak berbentuk. Sudah tak berfungsi secara semestinya.

Bannya dibuat kecil, sementara jalanan desanya tak rata. Knalpotnya brong. Bodinya diceper sehingga kalau melewati jalan tak rata pasti akan remuk bagian bawahnya.

“Setelah lulus SMK sekarang kerja di pabrik. Nyicil motor lagi, ya kumodif lagi. Hobi aja otak-atik motor. Tapi lama-lama memang menghabiskan duit,” jelasnya.

Tak jarang Boneng mendapat teguran dari tetangga. Orang tua Boneng sudah makin tua. Sementara Boneng, ketimbang menyisihkan uang untuk sedikit-sedikit membantu mereka, malah sibuk “merusak” motornya.

***

Badrun, Barjo, dan Boneng, sejujurnya merasa nelangsa dan menyesal. Sialnya, perasaan itu muncul hanya ketika mereka sedang tak pegang uang (belum gajian). Setelah gajian, gaji mereka yang hanya berkisar Rp2 jutaan itu tetap saja bisa ludes di awal bulan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Exit mobile version