Sedihnya saat ada konflik yang melibatkan PSHT
Selain Faris, Mojok juga berbincang dengan Aufa Nada (24) yang juga atlet PSHT. Menjadi bagian dari keluarga PSHT sudah menjadi jalan yang Aufa dan Faris pilih. Meski mereka tahu di luar sana banyak warga yang terlibat pertikaian. Baik antar perguruan beladiri hingga dengan kelompok massa tertentu.
Kabar-kabar semacam itu sudah Aufa dengar beberapa kali selama aktif di persaudaraan ini. Di Jawa Timur, PSHT punya konflik panjang dengan perguruan Setia Hati Winongo. Pernah juga bertikai dengan IKSPI Kera Sakti dan Pagar Nusa.
“Pasti selalu didasari kesalahpahaman,” ujarnya.
Menurutnya tak pernah ada ajaran untuk saling bentrok di PSHT. Namun sebagai organisasi besar, jika ada yang mengusik, pasti banyak yang anggota yang ikut tersulut.
Faris juga berpendapat serupa. Baginya, sulit untuk menyatukan ribuan kepala dengan beragam latarbelakang di tubuh perguruan. Satu hal yang jelas, ia mengaku tidak pernah mendapat ajakan untuk turun ke jalan jika ada anggota yang tersakiti.
Sebagaimana saat konflik di Jogja, keduanya memilih menghindar. Momen itu merupakan pertama kalinya, mereka menyaksikan pertikaian besar yang membawa persaudaraannya terjadi di Jogja.
Aufa mengaku hal yang paling membuatnya terpukul adalah proses latihan calon warga PSHT yang harus berhenti sampai waktu yang belum ia ketahui. Hal itu lantaran tempat yang biasa mereka gunakan, untuk sementara melarang kegiatan perguruan.
“Latihannya di semacam gedung serbaguna. Ada larangan jadi sementara latihan kami off dulu. Entah sampai kapan,” ungkapnya.
Mereka berharap, konflik-konflik yang terjadi bisa diminimalisir. Sehingga, para anak muda yang ingin serius belajar beladiri lewat PSHT tidak terhalang.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Aly Reza
BACA JUGA 5 Penyebab Konflik Berkepanjangan PSHT dan PSHW di Madiun
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News