Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Saat Anak Wisuda dan Bangga Jadi Sarjana, Ortu Berpura-pura Ikut Bahagia padahal Hatinya Tersiksa karena “Buang-Buang Uang”

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
7 Agustus 2025
A A
Wisuda.MOJOK.CO

Ilustrasi - Wisuda (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di penghujung masa kuliah, ada satu hari yang paling dikenang. Bukan saat penerimaan ijazah, melainkan momen perayaan wisuda. 

Momen tersebut, dianggap sebagai puncak dari sebuah perjalanan panjang penuh perjuangan. Di mana tawa, tangis, dan keringat bersatu menjadi senyum bangga. Wisuda bukan sekadar upacara, melainkan seperti perayaan sekali seumur hidup yang menandai akhir dari satu babak, sekaligus awal dari petualangan baru. 

Kebahagiaan yang terpancar dari setiap wajah wisudawan menjadi bukti nyata bahwa setiap pengorbanan akhirnya terbayar lunas.

Sayangnya, di balik momen penuh kebahagiaan itu, ada orang yang hanya bisa berpura-pura gembira. Penyebabnya, ada banyak hal yang rela dikorbankan demi wisuda.

Fitria (26), bukan nama sebenarnya, dengan senang hati membagikan keresahannya kepada Mojok pada Rabu (6/8/2025). Kata dia, tujuannya bercerita agar kelak banyak mahasiswa tak menyesal seperti dirinya.

Wisuda, momennya hitungan menit tapi buang-buang duit

Fitria, anak kedua dari tiga bersaudara, merupakan sarjana pertama di keluarganya. Kakaknya sudah menikah, dan adiknya masih duduk di bangku sekolah dasar. Sebagai anak tengah, ia mengaku memikul harapan seluruh keluarga di pundaknya. 

Ayahnya adalah satu-satunya tulang punggung keluarga. Ia bekerja serabutan di kampung halamannya di Cianjur, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Dengan penghasilan orang tuanya yang pas-pasan, Fitria mengaku sangat beruntung karena masih bisa kuliah di PTN dengan beasiswa KIP Kuliah.

Pendek cerita, setelah melewati empat tahun masa kuliah di PTN Jogja, pada akhir 2024 lalu ia menjalani wisuda. Salah satu momen paling membahagiakan dalam hidupnya.

Sayangnya, di balik rasa bangga dan gembira, ada beban berat yang mengganjal di dadanya. Ia tak bisa memungkiri bahwa persiapan wisuda begitu ribet dan mahal.

“Kalau saya coba hitung, untuk kebutuhan pribadi saja nyaris menyentuh angka Rp2 juta, Kak,” ujarnya.

Uang itu habis untuk membayar jasa make up, sewa kebaya, selempang, toga, hingga jasa fotografer. Sisa-sisa uang saku dari beasiswa yang ia kumpulkan, untungnya cukup untuk meng-cover biaya wisuda.

Rp2 juta tadi bukan satu-satunya pengeluaran Fitria

Itu belum seberapa. “Kejutan” terberat justru datang setelah acara wisuda selesai. Fitria tahu kalau orang tuanya akan datang. Namun, yang bikin kaget, ayah dan ibunya memilih menyewa mobil dan seorang sopir alih-alih menggunakan bus seperti biasanya.

Orang tua bersama adiknya juga memutuskan menginap di Jogja selama tiga hari.

“Kata bapak, ‘nggak apa-apa, biar fleksibel kalau mau jalan-jalan di Jogja’, padahal aku udah bilang kalau di sini banyak taksi online,” ungkapnya.

Iklan

Selama ini, Fitria hanya memperkirakan total biaya wisuda sekitar Rp2 juta dari pengeluaran pribadinya. Ia tidak pernah tahu bahwa untuk “menjemputnya” saja, orang tuanya harus merogoh kocek hingga jutaan. 

Ketika ia mencoba bertanya kepada orang tuanya tentang biaya yang sebenarnya, mereka hanya tersenyum dan menggeleng. 

“Sudah, tidak usah dipikirkan. Yang penting kamu sudah sarjana, itu kebanggaan kami,” ujar Fitria, mengingat kata-kata ayahnya dulu.

Overthinking, sebab ortunya menghabiskan lebih dari Rp5 juta untuk wisuda dia

Jelas, jawaban itu tidak melegakannya. Justru, hal itu semakin overthinking. Fitria pun mulai menghitung-hitung secara kasar: biaya sewa mobil dan sopir, belum ditambah bensin, penginapan tiga malam, dan uang makan selama di Jogja.

“Perhitungan saya, kira-kira jatuh ya sekitar 5 juta, Kak. Itu itungan kasar ya, bisa lebih besar mungkin.”

Angka tersebut bagi ayahnya yang hanya bekerja serabutan, jelas menjadi beban yang luar biasa. Alhasil, pikiran Fitria pun melayang tak menentu: Dari mana ayahnya dapat uang? Apakah hasil utang?

Tiap kali bertanya, Fitria tak pernah mendapatkan jawaban. Namun, yang jelas, di tengah kebahagiaannya itu, ia tahu bahwa orang tuanya amat nelangsa. Cuma demi seremonial sementara, uang jutaan yang harusnya bisa untuk mencukupi kebutuhan lain, habis secara sia-sia.

Penyesalan memang datang di akhir

Momen wisuda itu akhirnya berlalu. Fitria pulang ke Cianjur dengan membawa selembar ijazah dan beban yang terasa semakin berat. Ia menyadari, gelar sarjana bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, melainkan awal dari sebuah tanggung jawab yang jauh lebih berat. 

Ia mengaku, setiap melihat ijazah miliknya, bukannya melihat kebanggaan, melainkan bayangan wajah bapaknya yang menua. Di sana, ia melihat kerutan lelah di dahi bapaknya dan senyum kaku yang bapaknya berikan di hari wisuda.

Di tengah penyesalannya itu, ia sempat mendengar cerita dari teman-temannya yang datang dari luar pulau Jawa. Fitria menyadari, ternyata dirinya masih lebih beruntung. 

Ada teman-temannya yang harus mengeluarkan biaya belasan juta, hanya untuk tiket pesawat yang mahal dan penginapan. Angka itu jauh lebih besar dari yang orang tuanya keluarkan. 

Perbandingan ini bukannya melegakan, tapi justru menambah lapisan penderitaan baru. Ia menyadari, masalah ini tidak hanya miliknya, melainkan cerminan dari budaya wisuda yang memang isinya cuma buang-buang duit.

“Mungkin benar apa kata orang-orang kalau wisuda itu momen bahagia. Tapi bagi saya, dan mungkin orang tua saya juga, terlihat seperti buang-buang uang,” ujarnya.

“Itu jadi penyesalan terbesar saya hingga saat ini.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kisah “Mahasiswa Abadi” di UNY Nyaris Kena DO hingga Beasiswa Dicabut, Kini Buktikan Bisa Lolos CPNS usai Wisuda atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 7 Agustus 2025 oleh

Tags: biaya wisudaperayaan wisudaPTNwisudawisuda ptn
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Adik rela berkorban memupus mimpi kuliah dan jadi sarjana PTN gara-gara kakak sendiri MOJOK.CO
Ragam

Wong Liyo Ngerti Opo: Adik Korbankan Mimpi Kuliah PTN, Biar Kakak Saja yang Jadi Sarjana sementara Adik Urus Orang Tua

25 November 2025
Sisi Gelap PTN yang Bikin Dosen Menderita. MOJOK.CO
Mendalam

Sisi Gelap PTN yang Bikin Dosen Menderita, Sibuk Mengejar Akreditasi tapi Kesejahteraan Dosen Jauh Panggang dari Api

21 November 2025
Wisudawati jual harta berharga untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), sempat ditolak di PTN. MOJOK.CO
Kampus

Uang Habis untuk Biaya Pengobatan Ibu sampai Jual Harta Berharga agar Bisa Kuliah, Kini Jadi Wisudawati dengan Segudang Prestasi

27 Oktober 2025
PTN, PTS.MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa PTS Pindah dari Kampus Impian demi Gengsi Kuliah di PTN Top, Berujung Sesal karena Tak Sesuai Ekspektasi

15 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.