Salah satu alasan Eka Puji (24) lebih memilih naik bus dari Terminal Bungurasih, ketimbang kereta api adalah tiket kereta sudah habis saat ia ingin pergi liburan dari Surabaya ke Jogja. Sebetulnya, ia sudah pesan tiket jauh-jauh hari lewat Access by KAI tapi entah kenapa aplikasi di gawainya selalu ngadat.
Biasanya, Eka lebih memilih menggunakan kereta api karena estimasi waktu perjalanannya dapat lebih cepat. Sekitar 5 jam lebih sedikit untuk perjalanan dari Surabaya ke Jogja. Eka pun sempat meminta tolong temannya untuk memesankan tiket kereta dari akun lain yang bukan miliknya, tapi tiket keberangkatan kereta Sri Tanjung sudah habis.
“H-seminggu tiket kereta api itu sudah banyak yang habis karena mungkin waktu itu long weekend juga kan,” ujar Eka
Ia sendiri tak mau membeli tiket kereta lain, sebab kereta Sri Tanjung memang lebih murah jika dibandingkan dengan kereta Logawa misalnya. Alhasil, Eka mencari alternatif transportasi lain yakni bus antar kota.
Namun, kurang dari seminggu sebelum keberangkatannya, Eka gelagapan mencari informasi seputar bus lantaran itu adalah pengalaman pertamanya. Ia pun mulai mengorek-ngorek informasi di internet hingga bertanya kepada teman-temannya yang kemungkinan pernah naik bus.
Ndilalah, banyak temannya yang jarang menggunakan bus dari Surabaya ke Jogja, apalagi untuk liburan sendiri. Kalau pun berangkat dengan bus, biasanya mereka pergi rombongan. Akhirnya, ia mencari informasi lewat mesin pencari seputar harga bus dan jenisnya di Terminal Bungurasih.
Tetap waspada dan menaruh curiga
“Kalau dilihat dari informasi yang ada di internet aku merasa harga bus di Terminal Bungurasih masih terjangkau. Sesuai dengan budget liburanku dari Surabaya ke Jogja,” kata Eka.
Setelah mengetahui kisaran harga dan jenis bus yang akan dipakai, kebingungan Eka masih berlanjut. Bagaimana cara ia membeli tiket bus tersebut? Beberapa temannya juga tak tahu cara membeli tiket bus secara online, mereka justru menyarankan agar datang langsung ke loket Terminal Bungurasih.
“Akhirnya, aku diantar temanku ke sana, bahkan sampai masuk Terminal Bungurasih,” ujar Eka.
Mulanya, Eka sedikit bingung kenapa temannya ini mau menemaninya sampai masuk ke Terminal Bungurasih. Rupanya, ia khawatir kalau Eka kena tipu.
Temannya mengingatkan agar selalu waspada saat membeli tiket langsung di Terminal Bungurasih. Sebab, berdasarkan cerita yang beredar, banyak calo yang mangkal di sana. Mereka pun menawarkan harga dua kali lipat dari biasanya.
“Jadi salah satu saudara temanku itu pernah beli tiket bus dari Surabaya ke Malang. Dia kena harga calo sampai harganya Rp100 ribu ke atas padahal harga aslinya nggak sampai segitu,” ujar Eka.
Terminal Bungurasih selalu ramai di momen libur
Sesampainya di Terminal Bungurasih, sekitar pukul 07.00 WIB, Eka sudah melihat orang-orang berlalu-lalang. Suasananya sudah ramai, apalagi di hari-hari long wekeend. Menurut penelusuran Mojok di media sosial TikTok, sejumlah akun memposting sebuah video yang menunjukkan ramainya warga Surabaya memadati Terminal Bungurasih pada musim libur Iduladha.
Eka juga pernah merasakannya saat libur kenaikan Isa Almasih pada Kamis (29/5/2025) lalu. Meski tak sebanyak penumpang yang ditunjukkan pada video di atas, Eka masih melihat pengunjung maupun bapak-bapak yang sudah berjejer di lorong Terminal Bungurasih sejak pagi.
@efyepe95 sg gak bagian bis tunggu sampe pagi🤣 #bungurasih #terminalbungurasih #sidoarjo #sidoarjo24jam #surabaya #surabaya24jam ♬ suara asli – Efyp
“Sekitar pukul 07.00 WIB aku sudah tiba di Terminal Bungurasih dan ternyata emang bener kata temanku, aku nggak tau ya mereka ini calo, kernet, atau apa tapi aku merasa risih saja karena terkesan sering ditodong dan ditarik buat ikut mereka,” tutur Eka.
Kejadian itu tak hanya dialami Eka, malahan, Nur Falaah yang juga pengguna bus di Terminal Bungurasih berujar pernah ketipu harga makanan di sekitar sana. Jadi, bentuk penipuan yang ia alami tak sebatas melihat realita banyaknya calo di sekitar Terminal Bungurasih. Melainkan, harga makanan yang dijual tak seperti harga normal biasanya.
Saat itu, keluarganya hendak membeli rawon di sebuah warung sekitaran Terminal Bungurasih. Ayah dan ibu Nur Falaah memesan rawon, sedangkan dia sendiri memesan pecel. Mulanya, Nur Falaah tak kaget karena harga pecelnya masih standar yakni Rp20 ribu, tapi yang menjadi masalah adalah harga rawonnya.
“Pecelku harganya masih terhitung masuk akal, Rp20 ribu satu porsi. Sedangkan, rawon ini harganya dibanderol Rp50 ribu per porsi. Masalahnya, daging rawonnya ini cuman 3 slice kecil plus tipis, nggak berasa rempahnya. Alhasil, nyokap waktu itu pas pulang bete banget,” tutur Nur Falaah.
Untung ada petugas Terminal Bungurasih
Untungnya, Eka tak apes seperti Nur Falaah. Ia dan temannya yang mengantarkan ke terminal sudah waswas dari awal masuk Terminal Bungurasih. Terlebih, temannya ini punya kemampuan menghindar. Jadi, saat mereka ditanya bapak-bapak yang berjejer tadi, mereka hanya menjawab “tidak” sambil lewat, meski ada saja perasaan gusar karena Eka merasa tak sopan.
Sebelum datang ke Terminal Bungurasih, Eka juga sudah melihat referensi harga di internet. Jadi saat tiba di Terminal Bungurasih, ia langsung datang ke lobi untuk bertanya soal informasi tiket. Petugas terminal pun cukup responsif dan memberitahu caranya membeli tiket. Ia pun diarahkan ke petugas customer service.
“Nah ternyata aku bisa langsung memilih jenis bus dan memesan tiket di sana. Aku juga diarahkan nanti naiknya di lorong mana,” ujar Eka.
“Petugasnya juga bilang, nanti kalau dimintai lagi di dalam bus nggak usah bayar,” lanjutnya.
Dari arahan tersebut, Eka merasa selamat. Setidaknya dia tidak tertipu calo pada pengalaman pertamanya naik bus di Terminal Bungurasih.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Bukan Calo, Tukang Gendam Adalah Ancaman Paling Mengerikan di Terminal Bungurasih Surabaya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












