Jadi produk ekspor
Beberapa tahun lalu saya sempat bertemu dengan seorang teman. Ia menanyakan apakah saya punya kenalan dengan petani yang menanam cabai puyang atau cabai jawa.
Ia saat itu melakukan ekspor rempah ini ke Timur Tengah maupun Eropa. Katanya orang-orang di sana banyak yang menjadikan layaknya seperti camilan karena memakannya langsung. Saat itu saya hampir nggak percaya dengan omongannya.
Namun, ternyata dari banyak berita, cabai jawa memang jadi produk ekspor. Misalnya saja, mayoritas penduduk di Kampung Wonosari, Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah kini menjadi petani sekaligus eksportir tanaman ini. Hasil pertanian ini diekspor dalam bentuk kering ke ke Asia Timur dan Timur Tengah.
Sejarawan kuliner Fadly Rahman mengatakan tanaman ini punya sebutan cabai jawa karena memang di masa kuno tanaman ini banyak tumbuh di Jawa. Tanam ini punya nama latin, Piper retrofractum vahl.
Masyarakat sudah menggunakan rempah ini untuk berbagai keperluan. Ada juga yang menggunakan sebagai bahan pengobatan untuk berbagai penyakit seperti flu, demam, dan masuk angin. Di daerah Madura, menjadi ramuan penghangat badan dengan mencampurnya bersama kopi, teh, dan susu.
Umumnya, masyarakat di Indonesia menggunakan tanaman ini sebagai obat seperti beri-beri dan rematik. Ada juga yang mempercayai khasiat cabai Jawa untuk mengobati tekanan darah rendah, influenza, sesak nafas, sakit kepala, kolera, bronkitis menahun hingga lemah syahwat maupun kencing manis atau DM.
Jadi harta karun tanaman obat Indonesia
Nah, dengan segudang khasiat atau manfaatnya, cabai jawa punya julukan sebagai harta karun tanaman obat Indonesia. Di industri jamu, tanaman ini menjadi bahan campuran ramuan jamu. Berdasarkan catatan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, cara pemanfaatan rempah ini bisa dengan mengkonsumsi buahnya secara langsung. Namun, bisa juga melalui proses pengeringan hingga bisa juga berbentuk seduhan.
Cabai Jawa juga dinyatakan sebagai simplisia yang cukup aman dan tidak berbahaya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan cabai Jawa bisa sebagai simplisia atau bahan alami untuk obat yang belum mengalami perubahan proses apa pun.
Eri dari Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) UGM berharap risetnya tentang khasiat cabai jawa tidak berhenti di sini.
“Besar harapan kita, pengetahuan ini dapat lanjut ke fase uji klinis. Hingga suatu saat kelak, penelitian ini dapat secara aktif memberikan proteksi bagi penderita diabetes dengan risiko komplikasi alzheimer,” kata Eri.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Jamu Cekok Kerkop, Melegenda Sejak 1875 karena Mengandung Kesabaran
Cek berita dan artikel lainnya di Google News