Harga asi goreng di Malioboro Jogja bikin tercengang
Sebagai antisipasi harga mahal khas kawasan wisata, Jazeela memesan nasi goreng biasa. Sementara teman-temannya lebih variatif: ada yang nasi goreng telur, ada yang seafood.
“Waktu bayar, tercenganglah aku. Nasi goreng biasaku harganya Rp30 ribu. Sama es teh Rp5 ribu. Padahal rasanya jauh lebih enak nasgor Rp10 ribuan di Semarang. Yang temen-temenku jelas lebih mahal. Tapi aku lupa harga persisnya,” sambungnya.
Tak pelak, keluar dari warung lesehan di Malioboro, Jogja itu, hanya kekesalan dan penyesalan yang keluar dari mulut masing-masing.
Peristiwa itu membuat Jazeela tak pernah mau lagi ke Malioboro. Kalau sedang ke Jogja, dia akan menyisir wisata-wsiata lain. Tapi tetap, urusan makan, dia tak mau makan di kawasan wisata. Lebih memilih makan-makan di pinggir jalan umum.
Pada tahun 2017, sempat viral juga di media sosial keluhan-keluhan warganet. Ada yang mengaku harus membayar Rp88 ribu untuk tiga nasi goreng dan tiga minuman. Ada juga yang mengaku membayar Rp40 ribu untuk seporsi nasi goreng.
Bahkan ada juga yang membayar Rp120 ribu untuk untuk empat porsi ayam goreng. Itu belum termasuk nasi. Nasinya sendiri dibanderol dengan harga Rp8 ribu.
Itupun masih berlanjut di tahun-tahun setelahnya. Misalnya 2021 lalu. Ada warganet mengaku kesal karena makan pecel lele dengan harga Rp37 ribu per porsi.
Tragedi di warung mie ayam sepi
Cerita kedua dituturkan oleh Zikrul (24), asal Rembang, Jawa Tengah.
Setelah menjalani masa perkuliahan daring akibat pandemi Covid-19, pada 2022 Zikrul akhirnya bisa merasakan perkuliahan secara tatap muka di Jogja. Meski sifatnya masih hybrid.
Pada awal kedatangannya ke Jogja, Zikrul mengajak teman sekampungnya untuk ikut: sekadar jalan-jalan. Mengingat, Zikrul masih belum akrab dengan teman sekelasnya, kendati sudah lebih dulu berinteraksi melalui grup WhatsApp atau Zoom.
Pada malam pertama di Jogja, Zikrul mengajak temannya muter-muter di daerah Depok, Sleman.
“Aku nawari temenku mau makan apa, bilangnya manut aku aja. Karena aku lagi pengin mie ayam dan kebetulan aku lihat ada warung mie ayam sepi, ya udah aku mampir,” beber Zikrul.
“Kasihan juga warungnya sepi. Jadi niatnya sambil dilarisi,” imbuhnya.
Dia lantas memesan dua porsi mie ayam ceker dan dua gelas Nutrisasi. Zikrul merasa cocok dengan cita rasa dari mie ayam di warung tersebut. Dia makan begitu lahap hingga lekas tandas.
“Habis makan, nyebat sebatang sambil ngobrol-ngobrol. Ya rasan-rasan juga kalau mie ayamnya oke. Nah, setelah bayar, baru kami berdua kayak orang linglung,” jelas Zikrul.
Ada harga ada rupa, tapi ya nggak segitunya
Belakangan, sempat viral prank orang makan di warung mie ayam dengan lahap. Warungnya tampak sederhana.
Lalu ada orang iseng-iseng tanya, “Seporsinya berapa, Bang?”. “Oh, Rp75 ribu aja, Bang,” jawab si penjual mie ayam. Sontak, beberapa pembeli yang tengah melahap mie ayamnya langsung terbelalak. Merasa terjebak.
Begitulah kira-kira gambaran situasi saat Zikrul dan temannya membayar mie ayam di sebuah warung di Depok itu.
“Aku bayar Rp120 ribu. Serius. Aku kan akhirnya bertanya-tanya, Mie ayamnya Rp50 ribu seporsi sama Nutrisarinya Rp10 ribu atau gimana rinciannya?” Tutur Zikrul.
Sepulang dari warung mie ayam itu, keduanya hanya misuh-misuh di sepanjang jalan. Nyesel dan kesel bukan main.
“Enak sih memang enak rasanya. Tapi masa semahal itu. Apa kami jadi korban nuthuk harga karena kami kelihatan betul kalau pendatang, aku juga nggak paham,” imbuhnya.
Setiba di kos, keduanya hanya terdiam lemas. Tak ikhlas uang Rp120 ribu habis cuma buat dua porsi mie ayam dan dua gelas minuman kemasan. Sampai sekarang, kalau ingat itu, keduanya masih begitu kesal.
Korban nuthuk harga harus lapor ke mana?
Dalam konteks Kota Jogja, Pemkot Jogja menyediakan nomor aduan bagi wisatawan atau pendatang yang jadi korban nuthuk harga di Kota Jogja.
Para korban nuthuk harga Bisa mengirim aduan melalui SMS ke nomor 08122780001 Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK). Bisa juga dengan menandai atau mengirim pesan di Instagram resmi Pemkot Jogja.
Sementara untuk konteks daerah lain di Jogja, bisa melapor ke Dinas Pariwisata atau Pemkab terkait.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Pahitnya Jadi Cowok Penyuka Seblak: Dipandang Aneh dan Dipertanyakan Kejantanannya, Bingung Salahnya di Mana? atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












