Para penyandang disabilitas di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Jogja belajar menganyam bambu. Selama lima hari ke depan, mereka belajar soal pemilihan dan pengolahan bambu, teknis menganyam secara manual, hingga pengembangan desain produk yang memiliki nilai jual tinggi.
Jumlah komiditi kerajinan bambu di Bantul sudah ratusan
Sulistyo (34) tampak fokus mengirat bambu yang sudah terpotong dengan tangannya. Ia adalah satu dari anggota Lembaga Kesejahteraan Sosial Sahabat Pemerhati Difabel (LKS SAPADIFA) di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Jogja.
Sebelum menggelar acara pelatihan intensif bersama InJourney Destination Management (IDM), Sulistyo mengaku telah berunding dengan anggotanya soal pelatihan apa yang mereka butuhkan. Setelah mendengar beragam pendapat, anggota LKS SAPADIFA pun sepakat untuk menggelar pelatihan bambu.
“Usulan program ini kami kumpulkan dari teman-teman disabilitas. Mereka ingin belajar teknik menganyam, karena bahan baku mudah ditemukan. Sementara pesanan besek masih terus ada karena pasarnya besar,” jelas Sulistyo melalui keterangan tertulis, Kamis (30/10/2025).

“Maka kami harap, pelatihan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan pembuatan, juga bagaimana cara pemasaran agar produk bisa terserap ke konsumen secara langsung,” lanjutnya.
Senada dengan Sulistyo, Sustainability Division Head IDM, Ismiyati berujar jumlah bambu di Bantul cukup melimpah, sehingga bisa menjadi peluang besar untuk teman-teman SAPADIFA. Berdasarkan Sistem Informasi Data Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Industri (SiDAKUI), volume eskpor komoditi kerajinan bambu sekitar 862.563 pada tahun 2025.
“Kami juga membantu penyediaan alat operasional dan dukungan pemasaran agar proses produksinya berkelanjutan,” jelas Ismiyati, Jumat (31/10/2025).
Kolaborasi penyandang disabilitas dengan InJourney
Kolaborasi InJourney Destination Management dengan LKS SAPADIFA bukanlah hal baru. IDM mendukung hal tersebut dengan menyalurkan sejumlah bantuan alat kerja kepada disabilitas pelaku UMKM. Melalui program tersebut, para peserta difabel mendapatkan ruang lebih luas untuk berjejaring, belajar, dan mengembangkan potensi diri.
Salah satunya lewat acara InJourney Creativity House Pemberdayaan Keterampilan Khusus Penyandang Disabilitas di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Jogja. Acara tersebut berlangsung selama lima hari, mulai dari Rabu (29/10/2025) hingga Senin (3/11/2025).
Selama lima hari pelatihan, mereka diajak memahami teknik dasar menganyam bambu. Mulai dari pemilihan dan pengolahan bambu, teknis menganyam secara manual, hingga pengembangan desain produk yang memiliki nilai jual tinggi. Peserta juga dijelaskan mengenai potensi pasar yang masih terbuka lebar, terutama Bali, Kalimantan hingga Malaysia.
“Lima hari ini bukan hanya pelatihan, tapi momentum perubahan. Lebih dari sekadar pelatihan keterampilan, kegiatan ini menjadi ruang untuk menumbuhkan kemandirian, membangun kepercayaan diri, dan mempererat kolaborasi antar anggota komunitas. Kami berkomitmen mendampingi teman-teman difabel untuk terus berkembang dan menjadi mandiri,” jelas Ismiyati.
Ruang pembelajaran bagi masyarakat Bantul
Ismiyati menegaskan InJourney Destination Management berupaya menciptakan ruang-ruang pembelajaran yang memberdayakan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata. Inisiatif ini menjadi bagian dari strategi keberlanjutan perusahaan untuk memastikan setiap elemen masyarakat, termasuk penyandang disabilitas, dapat tumbuh dan berpartisipasi aktif dalam ekosistem pariwisata nasional.
Dengan pelatihan anyaman bambu, Ismiyati berharap para peserta dapat meningkatkan keterampilan tangan mereka, mengembangkan kreativitas, serta kemandirian ekonomi. Kegiatan ini juga menjadi ruang aktualisasi diri bagi penyandang disabilitas agar dapat terus berkarya dan berdaya di lingkungannya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Pensiun dari Guru, Raup Puluhan Juta dengan Menganyam Bambu di Minggir Jogja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan