Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Di Balik Status Warisan Dunia: Mereka yang Tergusur karena Sumbu Filosofi

Pilu di balik status warisan budaya dunia UNESCO

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
20 September 2023
A A
Kami Baru Tahu Arti Sumbu Filosofi Yogyakarta Saat Hendak Digusur MOJOK.CO

Ilustrasi Kami Baru Tahu Arti Sumbu Filosofi Yogyakarta Saat Hendak Digusur. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Baru tahu arti Sumbu Filosofi saat ada rencana penggusuran

Rencana penggusuran, secara lebih lanjut diceritakan oleh Sudiyem (60) dan Dwi (40). Ibu dan anak yang mengelola Gudeg Yu Yem yang letaknya persis di depan lapak milik Sadinah.

Sudiyem juga warga asli Jogoyudan, Jogja. Ia berjualan di tempat itu sejak tahun 80-an. Meneruskan dagangan mertuanya.

Saat ini ia mengaku hanya bisa pasrah. Pada April lalu ia mendapat kabar bahwa lapaknya akan mengalami pembongkaran. Sudah harus kosong maksimal pada Desember 2023 mendatang.

Pada awal pandemi lalu, ia baru saja mengeluarkan ongkos besar untuk membangun ulang kiosnya. Saat itu, terjadi pembangunan Gapura Kebondalem yang mengharuskan lapak pedagang masuk beberapa meter ke dalam gang.

“Habis sepi-sepinya pandemi, saya keluar uang hampir Rp20 juta buat bangun ulang warung. Sekarang malah mau kena gusuran lagi,” keluhnya.

“Semuanya mendadak. Kami dipanggil dan tahu-tahu sudah ada desainnya,” imbuhnya.

Rencananya, mereka akan pindah masuk sekitar 100 meter ke dalam gang. Namun, belum jelas nanti gambaran lokasi ini nantinya akan menjadi seperti apa.

“Katanya mau untuk parkiran wisata atau untuk taman. Masih simpang siur,” sahut Dwi tentang rencana pembangunan di Kebondalem.

Dwi menatap saya dengan tatapan nanar. Menceritakan bagaimana keluarganya mengandalkan lapak ini sebagai sumber penghidupan puluhan tahun.

Baginya, setelah pembongkaran beberapa tahun lalu omzet dagangan belum pulih sepenuhnya. Mundur beberapa meter saja berdampak banyak bagi penjualan.

“Ini sekarang pelanggan banyak yang mengiranya kami sudah nggak jualan. Agak ndelik (tersembunyi) di belakang gapura,” tutur Dwi.

Puluhan tahun tinggal dan mencari nafkah di kawasan ini, keduanya mengaku tidak tahu konsepsi Sumbu Filosofi. Sudiyem mengaku, baru tahu setelah April lalu mendapatkan sosialisasi terkait penggusuran.

“Baru tahu ya pas sosialisasi itu. Katanya Tugu Jogja mau ditata rapi sampai Panggung Krapyak karena itu bagian Sumbu Filosofi,” tuturnya.

pedagang di sumbu filosofi jogja.MOJOK.CO
Sudiyem sudah berjualan sejak tahun 80-an di dekat Tugu Jogja (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Tanpa sertifikat tanah hanya bisa pasrah

Namun, Sudiyem mengaku hanya bisa pasrah. Kendati ia sudah menempati lapak itu selama puluhan tahun, tetap saja ia tak punya sertifikat tanah sebagai landasan klaim.

Iklan

“Orang kecil yang hanya bisa pasrah sama yang kuasa dan punya tanah,” cetusnya.

Ia hanya berharap, apabila nantinya mengalami relokasi jauh ke dalam gang, ada mekanisme supaya arus wisatawan tetap bisa masuk. Setidaknya dengan plang penanda untuk mengarahkan pelancong yang melintas untuk masuk. Walaupun pedagangnya tidak berjumlah banyak.

Ia mencontohkan relokasi PKL ke Teras Malioboro Jogja yang mengalami penataan sedemikian rupa supaya pedagangnya tetap hidup. Meski begitu, Sudiyem juga mengetahui bahwa perjuangan pedagang di Teras Malioboro hingga kini juga tergolong berat.

“Ya dengar kabar juga pedagang di Teras Malioboro masih kesulitan dan mau direlokasi lagi,” tuturnya.

Sebelumnya, saya juga sempat mewawancarai sejumlah pedagang di Teras Malioboro 2 yang juga berada di kawasan Sumbu Filosofi. Seorang pedagang, Afifudin (43) sejak pindah ia mengaku mengalami penurunan omzet drastis. Terutama di fase-fase awal relokasi.

Kisah serupa di sudut lain Sumbu Filosofi Jogja

Beruntung, menurutnya beberapa bulan belakangan sirkulasi pembeli perlahan mulai mengalami peningkatan meski belum stabil. Namun, saat perlahan dagangan di lapak seluas 120 x 120 centimeter miliknya mulai berkembang, ia harus kembali bersiap untuk relokasi kedua.

“Saat ini kami ini ibaratnya baru mulai menata kembali. Pelan-pelan baru mulai hidup kembali dan bernapas,” kata Afif.

Sejauh ini Pemda DIY telah menyiapkan dua lokasi relokasi pedagang Teras Malioboro 2. Keduanya terletak di Ketandan dengan luas sekitar 3.000 meter persegi dan samping Teras Malioboro 1 seluas 2.000 meter persegi.

Pembangunan tempat relokasi rencananya bakal mulai 2024 dan maksimal mulai menempatinya pada awal 2025. Namun, Afif khawatir karena calon tempat relokasi tergolong tersembunyi. Tidak terlihat dari ruas Jalan Malioboro.

“Lokasinya semakin ndelik. Di sini saja sekarang sudah kerasa pengurangannya,” ujarnya.

Afif, sebagaimana para penjual gudeg di Kebondalem, hanya bisa pasrah. Deretan proyek yang berjalan beberapa tahun belakangan di kawasan Sumbu Filosofi Jogja membuat mereka tersingkir dari tempat mencari nafkah.

Mengenai polemik di sekitar Sumbu Filosofi Yogyakarta, Antropolog UGM, Ignasius Kendal berpendapat bahwa peresmian status warisan budaya dari UNESCO harus disusul perhatian kepada masyarakat sekitar. Sebab, Sumbu Filosofi bukan hanya tentang revitalisasi bangunan.

“Selain itu seremonial, tugasnya selanjutnya bagaimana secara holistik mampu memajukan pembangunan manusia dan budaya Jawa di sekitar. Ini PR berat dan belum pernah ada program kegiatan teknis yang bercita-cita seperti itu,” paparnya.

Sementara, sejauh ini, Kendal mengaku belum melihat ada implikasi bagi warga dari suatu acara yang bersifat seremonial seperti peneguhan status warisan budaya ini. Kendal bersama Laboraturium Antropologi (Laura) UGM berupaya rutin melakukan riset etnografi di kawasan Sumbu Filosofi.

“Kami melakukan riset etnografi sederhana setahun sekali atau dua tahun sekali, untuk kemudian diolah menjadi semacam kisah merengkuh yang marjinal dan sekaligus mengingatkan yang berkuasa,” pungkasnya.

BACA JUGA Nestapa Tukang Becak di Sumbu Filosofi Jogja, Bertahan Hidup Tanpa Penumpang Berhari-hari

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 21 September 2023 oleh

Tags: Jogjamalioborosumbu filosofitugu JogjaUNESCO
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.