Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Kisah Mahasiswa UNY Bertahan Hidup di Jogja Bermodalkan Rp250 Ribu per Bulan

Tim Liputan oleh Tim Liputan
27 September 2023
A A
Kisah Mahasiswa UNY Bertahan Hidup di Jogja Bermodalkan Rp250 Ribu per Bulan MOJOK.CO

Ilustrasi Kisah Mahasiswa UNY Bertahan Hidup di Jogja Bermodalkan Rp250 Ribu per Bulan. (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bagaimana mahasiswa UNY ini mengelola Rp250 ribu untuk hidup

Haris sebenarnya tidak mendapat jatah makan dari masjid. Paling mentok, ada bahan mentah untuk ia masak.  Namun, ada saja rezeki yang membuatnya bisa menghemat pengeluaran.

“Jadi selama jadi marbot, khusus untuk makan biasanya aku hanya keluar Rp150 ribu per bulan,” ujarnya.

Angka itu membuat saya cukup terhenyak. Bagaimana bisa ia hanya merogoh kocek Rp5 ribu per hari untuk biaya makan. Modal Rp5 ribu biasanya ia gunakan untuk membeli lauk dan sayur di warmindo atau warung rames terdekat untuk pelengkap makan sehari.

“Sehari biasanya aku makan dua kali,” terangnya.

mahasiswa uny.MOJOK.CO
Kamar sederhana tempat tidur Haris di Masjid Al-Muttaqin (Salim Zaki Aflah/Mojok.co)

Beruntungnya, ia kerap mendapat sumbangan dari warga berupa beras, mie instan, dan telur. Bahan pokok inilah yang kemudian kerap ia manfaatkan untuk penunjang makan. Bahkan ia mengaku pernah tiga hari tidak membeli makanan apa pun di luar dan hanya memasak nasi, mie, dan telur pemberian dari warga.

Haris mengajak saya mengunjungi dapur masjid. Memang, di sana tampak stok beras, telur, dan mie instan yang cukup melimpah.

Selain itu, salah satu menu makanan andalan Haris adalah nasi bungkus dari hajatan warga. Haris dan teman-teman marbotnya juga akan memperoleh makanan dan konsumsi melalui partisipasi dalam kegiatan seperti tahlilan. Dengan demikian, keterlibatan Haris dalam kegiatan seperti tahlilan memungkinkannya untuk mengurangi pengeluarannya dalam hal konsumsi.

Selain untuk biaya konsumsi sehari-hari, pengeluaran terbanyak hari berasal dari keperluan organisasi. Contohnya untuk pembayaran uang kas, menabung untuk membeli Pakaian Dinas Lapangan (PDL) organisasi, serta biaya rapat organisasi.

Untuk peralatan mandi, mahasiswa UNY ini perlu mengeluarkan uang sebesar 30 ribu rupiah perbulan untuk peralatan mandinya. Hal ini mencakup pembelian sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi, dan barang-barang mandi lainnya yang dibutuhkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pribadinya.

Biaya di luar perkiraan

Uang yang terbatas juga membuatnya harus tahan-tahan tidak ikut nongkrong bersama teman-teman. Beruntung, ia punya kegiatan di masjid sehingga bisa mengalihkan diri dari ajakan nongkrong yang menguras dompet.

Tentu, ada kebutuhan lain yang kerap muncul di luar perkiraan. Misalnya kebutuhan berobat saat sakit dan hal mendadak lainnya. Untuk ini, Haris mengaku mengandalkan tabungannya. Ia juga tidak menampik, ia meminta bantuan orang tua untuk kebutuhan mendesak semacam itu.

“Biasanya kalau mendesak ya aku minta. Pernah dikasih Rp200 ribu. Tapi itu sisa juga dan aku tabung,” terangnya.

Selain pengeluaran tak terduga, mahasiswa UNY ini juga punya beberapa instrumen pemasukan yang tidak terencana. Misalnya mendapat sadaqah dari warga atau mendapat uang saku tambahan dari saudara saat Idulfitri. Namun, ia mengaku mengalokasikan uang itu sebagai tabungan ketika ada kebutuhan mendesak.

Haris menjalani cara hidup dengan pengeluaran yang minim ini berkat aktivitasnya sebagai marbot masjid. Sesuatu yang mungkin tidak bisa setiap orang jalani.

Iklan

Seorang teman Haris di UNY, Anugrah (20) mengakui bahwa kawannya ini terkenal dengan gaya hidup hemat. Haris jarang ikut ajak nongkrong dari teman-temannya. Bahkan untuk sekadar makan di warung.

“Dia tuh hemat parah, dia jajan paling buat beli nasi sama sayur,” terang Anugrah saat saya konfirmasi.

Normalnya biaya hidup di Jogja bagi mahasiswa

Selain Haris, saya juga sempat berbincang dengan mahasiswa lain yang punya gaya hidup cukup hemat. Zaky (19), mahasiswa asal Sragen, Jawa Tengah mengaku pengeluarannya per bulan selama di Jogja hanya Rp1 juta.

“Setengah untuk bayar kos dan sisanya untuk hidup,” ujarnya.

Ia mengalokasikan Rp300 ribu untuk makan. Sedangkan sisanya, sesekali ia gunakan untuk jajan atau nongkrong bersma teman saat akhir pekan.

Biaya hidup mahasiswa di Jogja sebenarnya beragam. Beberapa waktu sebelumnya Mojok juga menjumpai mahasiswa yang untuk kebutuhan makan, jajan, dan nongkrong saja pengeluarannya melebihi UMP DIY per bulan.

Mojok sempat berbincang dengan seorang mahasiswi UII bernama Tari (22). Ia mengaku mendapat jatah uang saku bulanan sebesar Rp2-2,5 juta. Belum termasuk biaya sewa kamar kos.

Buat Tari, pengeluaran terbesarnya adalah saat ingin membeli makanan yang sedikit mewah. Ia mengaku setidaknya sebulan sekali sampai dua kali menyantap daging di restoran all you can eat. Harganya bisa sekitar Rp100 ribu sekali makan. Belum lagi, untuk kebutuhan penunjang gaya hidup.

Sementara itu, menurut data BPS 2021 untuk survei biaya pendidikan, mahasiswa di DIY all in menghabiskan dana rata-rata Rp21 juta per tahun atau Rp1,7 juta per bulan. Mahasiswa, di Jogja, memang jadi sumber perputaran uang. Namun, di antara itu ada cerita mahasiswa yang mencoba bertahan di tengah keterbatasan.

Penulis : Salim Zaky Aflah, Hammam Izzuddin
Editor   : Hammam Izzuddin

BACA JUGA Nestapa, tapi Rela: Tinggal di Kos Murah Rp125 Ribu per Bulan di Jogja

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 28 September 2023 oleh

Tags: hidup di jogjaKampusMahasiswaMahasiswa Jogjauang sakuuny
Tim Liputan

Tim Liputan

Artikel Terkait

Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO
Kampus

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO
Esai

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Aktual

Perantau Aceh di Jogja Hidup Penuh Ketidakpastian, tapi Merasa Tertolong Berkat ‘Warga Bantu Warga’

10 Desember 2025
UNY Bikin Liar, Ketulusan Dosen UAD Bikin Saya Jadi Tertib MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Kuliah di 2 Kampus Terbaik Jogja: Menjadi Liar di UNY, Menikmati Kasih Sayang Dosen dan Menjadi Mahasiswa Tertib di UAD

8 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.