Makan di angkringan ternyata tak selalu membawa kesan menyenangkan. Di gerobak sederhana dan merakyat itu, ada yang mengalami pengalaman traumatis karena beberapa hal.
Gerobak angkringan jadi hal yang mudah dijumpai di sudut-sudut jalan Jogja. Menjadi tempat tujuan bukan hanya bagi warga lokal, melainkan juga wisatawan.
Bagi para pendatang di Jogja, menu-menu kuliner di gerobak tersebut juga memantik rasa penasaran. Nasi kucing, salah satu menu ikoniknya, bagi sebagian orang luar Jawa adalah hal yang asing di telinga.
Begitulah yang ada di pikiran Andini (23) saat pertama kali tiba di Jogja. Sebelum merantau untuk kuliah, belum sekalipun ia makan di angkringan. Ia merupakan perempuan kelahiran Pulau Sumatra.
“Di kampus ada temanku yang bilang ngomongin soal nasi kucing. Kayak apa si sebenernya bentuknya itu aku penasaran banget,” ujarnya mengenang pengalaman pada masa awal tiba di Jogja 2019 silam.
Setelah diajak temannya makan di sebuah gerobak sederhana yang terletak di Condongcatur, Sleman, barulah ia mengetahui bentuk nasi dengan bungkusan kecil itu. Ia mulai terbiasa makan dengan lauk orek tempe atau sambal teri.
“Ditambah gorengan. Dah, biasanya paketannya ambil dua nasi, dua gorengan, sama satu sate-satean,” kelakarnya.
Bahaya yang tersimpan di remang-remang angkringan
Setelah pertama merasakan langsung, ia jadi sering ke angkringan. Terutama, jika sedang ingin makan dengan porsi tidak terlalu berat dan uang di bawah Rp10 ribu.
“Sampai-sampai temanku yang jadi bosan karena aku ngajaknya makan di angkringan terus,” kata dia.
Sampai suatu ketika, ia mulai merasakan pengalaman tak mengenakkan saat mampir di sebuah angkringan lain yang masih di sekitar sana. Di tengah remangnya penerangan gerobak saat malam, samar-samar ia mengaku melihat bercak putih di sela telur puyuh. Bercak yang terdiri dari beberapa titik yang seperti sudah agak mengembang.
“Aku ragu kan buat ambil. Sampai akhirnya aku dikasih tahu temanku kalau sate-satean itu memang agak rawan. Terutama yang baceman. Kadang kalau nggak dirawat betul ada telur lalatnya,” keluhnya.
Sejak saat itu, ia mengaku jadi teliti setiap makan di tempat serupa. Terutama saat sudah malam hari lantaran tidak bisa melihat secara jeli kondisi makanan yang tersaji.
Baca halaman selanjutnya…
Trauma mau ambil baceman malah nemu kecoak yang nempel di makanan