Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kuliner

Bangku Panjang Warteg Tak Sekadar Tempat Duduk: Tempat Merenung Terbaik, Adu Nasib dan Saling Menguatkan

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
28 Agustus 2025
A A
Bangku panjang warteg, tempat melamun nyaman yang jarang disadari MOJOK.CO

Ilustrasi - Bangku panjang warteg, tempat melamun nyaman yang jarang disadari. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bangku kayu panjang menjadi ciri khas dari warung tegal (warteg). Selama ini, saya selalu memfungsikannya tidak lebih dari tempat duduk untuk menikmati makanan. Namun, belakangan saya baru menyadari, bangku panjang tersebut punya fungsi lain yang amat kontemplatif.

Selama ini orang tahunya kursi besi Indomaret

Usai pandemi Covid-19, entah bagaimana mulanya kursi besi Indomaret jadi sudut kontemplatif bagi banyak orang. Banyak orang—dari beragam kalangan—menggunakannya untuk duduk melamun dan merenung.

Bahkan sampai muncul anekdot, “Cukup modal Rp3 ribu, sudah dapat konseling gratis dari kursi besi Indomaret.” Rp3 ribu itu merujuk harga kopi Golda. Sebab, sering kali orang yang melamun di Indomaret ditemani kopi tersebut.

Mojok cukup banyak mendengar pengakuan orang-orang yang menjalani “terapi mental” tersebut? Duduk melamun di kursi besi Indomaret sembari ditemani kopi Golda.

Memang, duduk di kursi Indomaret, sekalipun berjam-jam, tidak lantas membuat masalah rampung. Akan tetapi, dengan melamun dan menepi, paling tidak sedikit demi sedikit carut-marut di kepala bisa terurai. Lalu pulang dengan kepala jernih untuk menghadapi masalah-masalah yang antre untuk dihadapi.

Saya sendiri sesekali juga duduk melamun di kursi besi Indomaret. Menghisap berbatang-batang rokok untuk mencerna perkara-perkara yang berjejalan di kepala.

Kadang kala, kelegaan tidak datang lantaran saya sudah menemukan solusi dari ritual tersebut. Tapi dari orang-orang yang sama-sama duduk di sana: karena menghadapi masalah yang lebih berat, tapi tetap bisa tenang dan tegar.

Bangku panjang warteg: tempat berpikir keras usai mengisi energi

Minggu (17/8/2025) siang, saya yang sedang ingin makan kikil mampir ke warteg di Jalan Besi Jangkang. Tidak jauh dari kantor Mojok.

Setelah satu piring berisi nasi-kikil-telur-sayur kangung tandas, saya mengambil sebatang rokok. Lalu menghisapnya penuh penghayatan.

Habis sebatang, ambil lagi sebatang. Benar-benar hanya merokok dan melamun. Ponsel saya tergolek tak tersentuh.

Baru saya sadar kemudian, ternyata kebiasaan seperti itu tidak hanya sekali itu saja saya lakukan. Sejak mulai suka makan di warteg semasa kuliah di Surabaya 2017 silam, kalau saya ingat-ingat, ternyata saya sudah suka begitu: habis makan, lalu duduk agak lama untuk menghisap rokok.

Dalam setiap hisapan dan hembusan asap rokok itu, pikiran saya berputar keras. Ada banyak hal berderet di kepala saya dan harus diurai satu-persatu. Kadang lamunan saya hanya berisi rutukan, kadang juga bercampur rasa syukur dan berserah atas apa yang sudah dan belum terjadi dalam hidup.

Di titik itulah saya menyadari, bangku panjang warteg ternyata bisa jadi sangat kontemplatif. Sama fungsinya dengan kursi besi Indomaret.

Bedanya, kalau di bangku panjang warteg, paling tidak saya bisa berpikir keras setelah energi saya terisi dari satu piring nasi-lauk yang saya pesan.

Iklan

Bangku panjang warteg jadi tempat adu nasib dan saling menguatkan

Saya mencoba mengonfirmasi ke pelanggan warteg lain: Gandika (24) dan Febri (26). Setelah mereka pikir-pikir, ternyata iya juga, bahwa bangku panjang warteg punya fungsi sangat kontemplatif. Hanya memang kerap tak disadari.

Gandika dan Febri sendiri mengaku baru menyadarinya usai berbincang dengan saya baru-baru ini.

Gandika malah punya sisi emosional terhadap warteg. Sebab, melalui warteg, dia bisa menebus kemalangan masa kecilnya. Selengkapnya bisa dibaca di tulisan, “Pengalaman Pertama Kali Makan di Warteg Glagahsari Jogja: Jadi Kalap dan Menyesal karena Dompet Merana Miskinnya Terasa”.

“Tapi memang, sih, baik sendiri atau sama teman kerja, sehabis makan itu sering duduk lama sekali di bangku panjang warteg,” ujar Gandika.

“Kalau sendiri ya melamun saja. Menikmati pikiran yang berkecamuk. Merenungi peranku sebagai anak pertama yang harus ikut banting tulang demi bantu keuangan keluarga,” sambungnya.

Jika duduk berdua dengan temannya, biasanya momen selepas makan menjadi momen mereka bertukar cerita. Entah adu nasib atau saling menguatkan satu sama lain.

Tak jarang pula keduanya hanya saling diam. Tenggelam delam kecamuk kepalanya sendiri-sendiri.

Tangan sibuk main hp, tapi kepala sibuk mengembara

Dulu saat masih di Surabaya, Febri pun kurang lebih sama dengan Gandika. Jika makan dengan temannya, di momen setelah makan, Febri akan bertukar banyak cerita dengan temannya. Dari cerita lucu hingga haru.

“Sejak di Jogja, karena selera teman-temanku bukan warteg, jadi aku sering makan di warteg sendirian. Setelah makan, aku biasanya duduk lama,” ungkap Febri.

Tangan Febri memang sibuk scrolling layar ponsel. Melihat konten-konten Instagram yang berseliweran atau membaca artikel-artikel menarik yang tanpa sengaja ia temukan. Namun, isi kepalanya bisa lain: melamunkan masa depan.

“Aku jauh-jauh S2. Kadang overthinking, nanti kalau susah kerja gimana,” ujar Febri. “Apalagi kabar buruk setiap hari selalu dikirim negara. Jadi kalau lagi duduk di bangku panjang warteg, kadang agak capek dan kesel kenapa harus lahir sebagai WNI.”

Namun, dia biasa apa. Setelahnya, dia hanya bisa memasrahkan apapun yang dia lakukan kepada Tuhan. Sebagai manusia, dia hanya bisa ikhtiar.

Warteg: 24 jam layani lamunan

Terlepas dari urusan isi hati dan kepalanya, ada satu hal yang Febri garisbawahi dari momen merenung atau melamun di bangku panjang warteg. Yakni, pemiliknya tak akan menegur atau mengusir halus.

Biasanya ada tipikal pemilik warung yang mengusir halus dengan cara mengambil piring di meja pembeli. Tapi di warteg, piring bekas makan baru akan diambil setelah Febri benar-benar ingin pergi.

Karena memang warteg buka 24 jam. Jadi berjam-jam duduk di bangku panjangnya sepertinya tidak menjadi soal, karena si pemilik tidak keburu menutup warung.

“Selain itu, merenung jadi enak karena suasana warteg itu nggak ramai-ramai banget. Kebanyakan orang memilih membungkus. Hanya satu-dua yang makan di tempat. Itu memberi suasana hening yang pas untuk melamun,” beber Febri.

Fungsi bangku panjang warteg sebagai sudut kontemplatif memang tidak seeksis kursi besi Indomaret. Tapi pembaca bisa mencobanya sendiri untuk mengonfirmasi apa yang saya, Gandika, dan Febri rasakan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Pengalaman Pertama Kali Makan di Warteg Glagahsari Jogja: Jadi Kalap dan Menyesal karena Dompet Merana Miskinnya Terasa atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 28 Agustus 2025 oleh

Tags: bangku panjang wartegkursi besi indomaretkursi indomaretmenu wartegwartegwarung tegal
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Dari Indomaret Point Jakal km 9, menguak fakta orang-orang yang merasa iri hati pada standar orang lain MOJOK.CO
Ragam

Duduk di Kursi Indomaret Ternyata Juga bikin Orang Makin Nelangsa dan Iri Hati karena Standar Orang Lain

11 November 2025
Indomaret Jogja, Saksi Tumpahnya Stres Kaum Urban MOJOK.CO
Esai

Melihat Indomaret di Jogja Sebagai Tempat Tumpahnya Stres Kaum Urban yang Menderita karena Tekanan Hidup

5 November 2025
Indomaret Pasteur, Saksi Penderitaan Orang Kecil di Bandung MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Penderitaan dan Perjuangan Orang Kecil di Bandung dari Bawah Neon Putih-Biru-Merah Indomaret Pasteur

31 Oktober 2025
Belajar Bahaya Inflasi Pakai Bahasa Warteg MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahaya Inflasi Pakai Bahasa Warteg Langganan yang Ketebalan Telur Dadarnya Semakin Berkurang dan Sayur Sop Terasa Hambar

17 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
ump diy.MOJOK.CO

Working Poor dalam Bayang-Bayang UMP DIY 2026 dan Biaya Hidup yang Semakin Tinggi

28 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.