3 Ciri-Ciri Cilok Asli Sunda Menurut Penjual Asal Tasikmalaya, di Jogja Sudah Banyak “Kembarannya”

Ilustrasi 3 Ciri-Ciri Cilok Asli Sunda Menurut Penjual Asal Tasikmalaya, di Jogja Sudah Banyak “Kembarannya” (Mojok.co/Ega Fansuri)

Di Jogja, cilok begitu populer. Keberadaannya sangat menjamur, dan penjualnya sangat mudah kita jumpai di pinggiran jalan. Akan tetapi, ternyata ada beberapa tanda yang menunjukkan apakah cilok di Jogja masih otentik atau hanya “kembarannya” saja.

***

Maklum kalau ada yang menyebutnya “kembaran”. Sebab, di Jogja mulai banyak penjual memakai embel-embel “cilok asli Sunda”, tapi setelah dilihat ternyata yang dijual bukan cilok. 

Ada juga yang menjual makanan ini dengan embel-embel asal daerah selain Jawa Barat. Padahal, kalau dirunut sejarahnya, bola-bola kenyal yang merupakan singkatan “aci dicolok” itu berasal dari Tanah Sunda.

Odon (39), penjual cilok asal Tasikmalaya yang sudah belasan tahun berjualan, sebenarnya tak terlalu mempermasalahkan perkara “asli” atau “bukan” ini. Namun, kadang ia sering dibikin kesal ketika ada pembeli datang, mereka malah meragukan dagangannya.

“Sering ada yang datang, ‘Lho, kok ciloknya beda nggak seperti di daerah A?’, ‘kok seperti ini bentukannya?’,” kata lelaki yang biasa menjual dagangannya di sekitaran Jembatan Merah sampai Lembah UGM ini, Kamis (11/7/2024).

3 Ciri-Ciri Cilok Asli Sunda Menurut Penjual Asal Tasikmalaya, di Jogja Sudah Banyak “Kembarannya”.MOJOK.CO
Odon kerap menjual dagangannya dari sekitaran Jembatan Merah Gejayan sampai Lembah UGM. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

“Bukan apa-apa, Mas, kadang sering kesel. Ya kan yang namanya cilok dari sananya memang begini. Ini yang asli,” tegasnya.

#1 Cilok otentik dijual orang asli Jawa Barat

Mengingat cilok merupakan kudapan khas Sunda, penjualnya pun kebanyakan adalah orang-orang dari Jawa Barat. Menurut Odon, para pengusaha makanan ini biasanya membuat grup usaha di berbagai daerah, termasuk Jogja.

Masing-masing grup akan dipimpin oleh seorang bos yang tugasnya memodali para penjual. Di Jogja sendiri ada beberapa grup yang terkenal, seperti grup Baraya Sunda, Cimahi, dan Dua Saudara–tempat Odon bekerja. Biasanya, perbedaan mereka terletak pada warna gerobaknya. Ada yang putih, biru, dan hijau.

“Pemiliknya itu orang Sunda. Dia mempekerjakan orang-orang Sunda juga yang mau merantau dan berjualan cilok,” kata Odon. “Nanti dia yang memodali, dari cilok sampai gerobaknya sudah disediakan. Kami yang menjual ke jalan-jalan. Dan sistemnya sendiri bagi hasil,” sambungnya.

Sementara itu, di Jogja sendiri mulai banyak cilok yang dalam penamaannya memakai embel-embel nama daerah selain Jawa Barat. Menurut Odon, kalau sudah bicara soal asli atau bukan, jelas itu hanya “kembaran saja”. Sebab, si bulatan kenyal yang asli berasal dari Jawa Barat.

“Cilok dari sananya kan memang berasal dari Sunda. Jadi kalau ada embel-embel ‘khas daerah selain Jabar’, ya itu bukan cilok namanya. Pasti ada nama lain,” kata dia.

Berdasarkan temuan Mojok di lapangan, memang terdapat daerah yang punya makanan berkarakter mirip dengan cilok. Mereka sama-sama dibuat dari tepung, dan bentuknya pun juga bola-bola bulat.

Di Klaten, misalnya ia terkenal dengan sebutan “some Jawa”. Sedangkan penamaan yang lazim di kawasan Surabaya adalah “pentol”.

“Nah, begitu, Mas, maksudnya. Masing-masing daerah kan ada namanya. Jadi kalau mau nyebutnya cilok, ya memang harus dari Jawa Barat.”

#2 Bentuk mulai bervariasi, tapi ada satu yang paling otentik

Odon juga menyebut, semakin kesini bentuk dan isian cilok makin bervariasi. Ia sendiri awalnya juga kaget, karena seumur-umur berjualan makanan khas ini, baru di Jogja dia menemukan fenomena tadi.

Menurutnya, hal tersebut dipengaruhi oleh tren. Jadi, isian dan bentuk si makanan disesuaikan dengan hal-hal yang sedang viral.

“Dulu pernah ada, Mas, saya jumpain cilok isi cabai soalnya lagi viral bakso mercon. Pernah juga yang isi keju. Bermacam-macam lah pokoknya,” katanya. “Padahal yang otentik, cilok itu nggak ada isiannya. Yaudah aci dibulat-bulatin aja. Di Bandung pernah ada isian tetelan ayam, tapi itu sedikit banget cuma jadi campuran adonan.”

Bagi Odon, aci dicolok hanya mengenal satu bentuk. Yakni bulat. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Untuk bentuk sendiri Odon juga bersikukuh kalau yang namanya cilok harusnya bulat sempurna. Sementa di Jogja, banyak yang menjual dengan bentuk yang beragam.

“Kalau lonjong itu ya tempura namanya,” kelakarnya, diikuti gelak tawa.

#3 Menu campuran dan saus pelengkap 

Satu hal lagi yang menurut Odon menjadi pembeda, yakni soal menu campuran dan saus pelengkapnya. Belakangan, ada varian baru di mana cilok mulai dicampur dengan pelengkap lain dan diberi kuah. Menurutnya, racikan tersebut bukan bernama cilok lagi.

“Namanya aja cilok, aci dicolok. Bukan ciput, aci disruput,” ujarnya sambil tertawa. “Kalau udah dicampur sayur, sosis-sosisan terus dikuahi itu ya sebut saja bakso aci.”

Sementara untuk sausnya, Odon tak terlalu mempermasalahkannya. Sebab, esensi cilok ada pada “si aci yang ditusuk”, bukan pada sausnya.

“Mau pakai saus kecap, saus pedas, bubuk cabai, sambel kacang atau mayonais mah, kalau yang disausin itu ya aci dicolok, tetap namanya cilok, Mas,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA 5 Penanda Warung Nasi Padang Asli dan Palsu Menurut Para Pedagang dari Minang

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version