Lulus dari Kampus yang Nggak Terkenal Bikin Gelar Sarjana Saya Nggak Guna sampai Ditolak Kerja Berkali-kali

Untan selamatkan warga tanjungpinang. MOJOK.CO

Untan adalah kampus penyelamat. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Perempuan asal Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Uyun (23) telah mempersiapkan diri secara serius untuk bisa kuliah di Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, Kalimantan Barat. Sebuah kampus yang menempati peringkat ke-69 universitas terbaik di Indonesia menurut versi Webometrics tahun 2023. Sedangkan, ia menempati posisi ketiga di Pulau Kalimantan sebagai universitas terbaik.

Melihat peluang masuk di Untan lebih ketat, Uyun pun berusaha maksimal agar diterima di sana. Tak perlu pikir panjang bagi dia untuk mengikuti seleksi SBMPTN hingga akhirnya diterima.

“Sebelumnya aku banyak berlatih mengerjakan soal-soal, jadi ketika dinyatakan lulus aku merasa senang karena usahaku terbayarkan dengan hasil yang memuaskan,” ucap Uyun, Senin (7/4/2025).

Uyun memang sudah mencari berbagai referensi di internet soal informasi perguruan tinggi yang tak jauh dari tempat tinggalnya, yakni Tanjungpinang di Kepulauan Riau. Sebetulnya, masih ada kampus yang terletak di Tanjungpinang seperti Universitas Maritim Raja Ali Haji atau UMRAH.

Tapi lagi-lagi, dari segi peringkat keduanya jelas berbeda. Bahkan data Webometrics menyebutkan UMRAH menempati posisi 147 di tahun 2014. Itu pun data terakhir alias belum ada pembaharuan.

Meskipun UMRAH memang lebih terkenal di Kepulauan Riau dibanding Untan. Namanya baru sayup-sayup terdengar saat Uyun bertanya kepada orang-orang sekitar. Bagaimana tidak, Untan sering mengalami perubahan nama. 

Universitas tersebut pertama kali didirikan tahun 1959 sebagai kampus swasta dengan nama Universitas Daya Nasional. Dilansir dari laman resmi Untan, banyak tokoh politik dan pemuka masyarakat Kalimantan Barat yang mendorong pembangunan kampus tersebut, sehingga berdirilah dua fakultas yakni Hukum dan Tata Niaga.

Statusnya kemudian menjadi kampus negeri di tahun 1963 sehingga berubah nama menjadi Universitas Negeri Pontianak atau UNEP. Dua tahun berikutnya, namanya berubah menjadi Universitas Dwikora, hingga di tahun 1967 namanya tetap menjadi Universitas Tanjungpura atau Untan.

Sarjana Pendidikan Kimia di Universitas Tanjungpura

Setelah melewati tes, Uyun akhirnya dinyatakan lolos masuk Jurusan Pendidikan Kimia di Universitas Tanjungpura tahun 2019. Sejak awal, dia memang tertarik dengan jurusan tersebut karena saat SMA ia merasa jago dibidang itu.

“Saya juga merasa bahwa Pendidikan Kimia akan memberikan saya dalam mengajar dan melakukan penelitian,” ujarnya.

Orangtuanya pun tak mempermasalahkan pilihan tersebut, mereka justru mendukung pilihan Uyun kalaupun ia menjadi guru. Di sisi lain, bukan menjadi rahasia lagi jika profesi guru dianggap mulia tapi juga problematik. Mulai dari upah yang kecil, sering disalahkan orang tua, kesulitan naik jabatan, dan sebagainya.

Bercita-cita menjadi guru

Baca Halaman Selanjutnya

Namun, mempelajari kimia dasar, organik, anorganik, fisik, hingga analitik membuat Uyun bahagia. Terlebih saat ia membayangkan untuk mengtransfer ilmu tersebut kepada anak didiknya.

“Ilmu kimia sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari beserta lingkungannya, itulah mengapa ilmu ini penting,” kata perempuan asal Tanjungpinang tersebut.

Tentu saja banyak tantangan yang harus Uyun lalui saat menempuh Jurusan Pendidikan Kimia di Universitas Tanjungpura karena materinya yang cukup kompleks dan sulit dicerna. Ia juga harus pintar mengelola waktu antara kuliah maupun berorganisasi. 

Syukurnya, Uyun bisa melalui tantangan tersebut hingga lulus wisuda di tahun 2024. Setelah lulus, ia berencana melanjutkan pendidikan profesi guru dan menjadi guru kimia yang profesional.

Ijazah yang seolah sia-sia

Mulanya, Uyun memang bersemangat untuk mengejar cita-citanya menjadi guru Kimia, tapi ia sempat berpaling karena melihat tipisnya peluang.

“Saya rasa cukup sulit mencari pekerjaan di bidang pendidikan, terlebih guru honorer di instansi pemerintah sudah dihapuskan,” ucap sarjana dari Untan tersebut.

Peluang kerja di lingkungan tempat tinggalnya pun tidak banyak. Apalagi, di pulau terpencil seperti Tanjungpinang yang penuh keterbatasan. Beberapa sekolah di sana tidak bisa dikatakan kekurangan tenaga pendidik.

Untuk saat ini, Uyun belum punya rencana untuk merantau seperti saat kuliah dulu. Berdasarkan pengalamannya kuliah di Untan, Kalimantan Barat, banyak pertimbangan yang harus ia pikirkan. Salah satunya, perasaan berat untuk tinggal jauh dari keluarga, apalagi dia harus membantu wirausaha orangtuanya yang sudah sepuh.

Kalaupun ada kesempatan lagi, ia ingin merantau di sekitaran Batam. Intinya masih satu pulau. Jika peluang menjadi seorang guru masih susah, Uyun tak segan untuk switch career dengan melamar kerja di industri food and beverage atau FnB. 

Namun, hidup tak mesti berjalan mulus. Sudah lima sampai tujuh kali Uyun mencoba melamar kerja di berbagai bidang. Namun, tak kunjung mendapat panggilan. Meski begitu, ia tetap optimis di tengah tekanan yang ada.

“Tentu saja saya akan selalu melakukan yang terbaik,” ucap Uyun.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Lulusan D3 Selalu Diremehkan di Dunia Kerja, Didiskriminasi Sampai Ditolak Perusahaan 100 Kali atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version