Perjuangan Mahasiswa S3 UMY Tetap Kuliah Online Saat Resepsi Nikah, Awalnya Datang ke Jogja Modal “Dengkul”

Ilustrasi mahasiswa UMY kuliah di tengah resepsi nikah (Ega/Mojok.co)

Di tengah proses resepsi pernikahan, seorang mahasiswa S3 UMY bernama Muhammad Amirul Ramli masih sempat-sempatnya ikut sesi perkuliahan daring. Baginya, dua momen itu sama-sama sayang untuk dilewatkan.

Pada Jumat (12/1/2024), Ramli sempat meminta izin pada sesi perkuliahan Prof Abdul Majid lantaran ia sedang menjalani akad nikah. Hal yang menurutnya sakral karena mengucap janji sehidup semati di hadapan pasangan.

Namun, sehari berselang, saat sedang menggelar acara resepsi mahasiswa yang mengambil studi doktoral Psikologi Pendidikan Islam ini memilih untuk tetap mengikuti perkuliahan di sesi siang bersama Prof Amin Abdullah.

“Sabtu pagi sebenarnya saya ada sesi kuliah juga tapi izin. Siangnya, saya memilih untuk tetap ikut,” ungkapnya kepada Mojok, Jumat (19/1/2024).

Padahal, siang sekitar pukul 14.00 itu undangan sedang ramai-ramainya. Ramli mengaku, memegang hape di tangan kirinya sementara tangan kanan sibuk menyalami tamu yang datang.

Sebenarnya, hari itu Ramli tidak ada jadwal presentasi. Namun, itu merupakan pertemuan terakhirnya dengan Prof Amin Abdullah di semester tersebut. Prof Amin Abdullah merupakan pengajar yang begitu ia kagumi.

“Beliau tokoh besar Muhammadiyah. Baik dan sangat disiplin,” papar Ramli.

Sebagai informasi, Prof Amin Abdullah merupakan cendekiawan Islam terkemuka di indonesia. Ia pernah menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga sekaligus menjadi guru besar di universitas tersebut.

Beda dengan studi S1 bahkan S2, proses perkuliahan S3 doktoral menurut Ramli harus benar-benar diikuti dengan seksama. Ada banyak diskusi dan saling kritik dalam ruang kelas. Sehingga, ia berusaha untuk tidak melewatkannya.

mahasiswa UMY kuliah di tengah resepsi nikah.MOJOK.CO
Ilustrasi. Sesi perkuliahan daring (Chris Montgomery/Unsplash)

Beruntungnya, sang istri juga mahasiswa doktoral di Universitas Andalas. Sehingga, cukup paham dengan alasan yang Ramli ambil di tengah resepsi tersebut.

Kendati begitu, Prof Amin Abdullah yang akhirnya menyadari bahwa mahasiswanya sedang menikah mengucapkan selamat. Selepas itu, mempersilakan Ramli agar fokus untuk mengurus resepsi dahulu.

Berangkat ke UMY modal “dengkul”

Di balik kisah tentang kuliah di tengah resepsi nikah, ada perjalanan panjang yang Ramli alami selama menempuh studi di Jogja. Bahkan, Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UMY menyebutnya sebagai mahasiswa modal “dengkul” di awal menjalani studi S1 pada 2015 silam.

“Dia ke Jogja hanya modal dengkul dan semangat mau kuliah di FAI UMY, dia dapat bantuan beasiswa dari UMY. Begitu juga adiknya, dia ajak kuliah dan juga dapat bantuan dari UMY,” kata Syakir melansir Detik.

Ramli mendapat Beasiswa Kader Unggulan Muhammadiyah saat S1. Kepada Mojok, Ramli menceritakan perjuangannya yang hanya bermodal Rp600 ribu saat berangkat dari Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ke Jogja. Selain itu ia berangkat dengan membawa beras dan bahan makanan untuk bertahan hidup di masa awal merantau.

“Uang itu untuk hidup dua bulan pertama,” kata Ramli.

Bahkan, uang saku itu berkat bantuan jemaah masjid tempatnya tinggal selama masa SMA. Tanpa itu, barangkali Ramli tidak akan bisa menempuh studi S1.

“Saat di Madrasal Aliyah kebetulan saya tinggal di masjid yang jaraknya sekitar 20 menit dari rumah. Pulang seminggu sekali,” ungkapnya.

Cara itu ia jalani demi hidup hemat sekaligus belajar mandiri. Sebab, lelaki ini datang dari keluarga sederhana. Ayahnya merupakan lulusan SD yang bekerja sebagai nelayan sementara sang ibu lulusan MTs yang menjadi ibu rumah tangga.

Namun, modal pernah tinggal di masjid itulah yang membuat Ramli nekat berangkat ke Jogja dengan modal terbatas. Ia yakin bisa hidup dengan modal yang terbatas. Sesampainya di UMY, ia mencari masjid di sekitar yang membutuhkan marbot. Ramli tinggal di masjid sampai semester enam.

Selain tinggal di masjid, ia menempuh berbagai cara untuk bertahan hidup di perantauan. Mulai dari berjualan gorengan, menjadi karyawan di penjual pecel lele, karyawan percetakan, sampai jualan di Malioboro.

“Bisa kenal cukup dekat dengan Pak Syakir Jamaludin salah satunya juga karena saya jualan gorengan ke dosen sampai dekan. Jadi mereka kenal saya,” kenangnya.

Perjuangan mendapat beasiswa sampai S3

Ramli lulus S1 dengan masa studi yang cukup cepat yakni tiga tahun dua bulan dan menyandang gelar cum laude. Selepas itu ia sempat bekerja sebagai pengajar di Yayasan Al-Azhar dan menjadi direktur di sebuah masjid. Berbagai pekerjaan ia lakoni untuk bertahan hidup di perantauan.

Lelaki ini juga mendapat beasiswa untuk studi S2 di UIN Sunan Kalijaga. Ia juga menempuhnya dengan waktu yang relatif singkat yakni 15 bulan.

Selanjutnya, ia berhasil meraih Beasiswa Unggulan Kemendikbud untuk studi S3 di bidang Psikologi Pendidikan UMY. Perjalanan yang cukup panjang demi menempuh pendidikan di usianya yang baru menginjak 27 tahun.

Tak heran jika ia memutuskan untuk tetap mengikuti perkuliahan di tengah kesibukan menyalami tamu pernikahan. Ada perjuangan panjang yang telah Ramli lewati sampai tahap ini.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Anak Pengusaha Mapan Manipulasi UKT hingga Ditawari Beasiswa Bidikmisi, Cuma Bayar Rp4 Juta Sampai Lulus

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version