Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo punya dosen yang cukup nyentrik. Namanya Sean Stellfox (40). Di samping mengajar, ternyata dia juga menjadi produser musik EDM.
***
Selama menjadi mahasiswa Sastra Inggris di UNS (hingga sekarang semester 7), rasanya sangat berkesan karena saya juga diajar oleh dosen native speaker. Gampangnya, yaitu dosen bule yang memang didatangkan dari luar negeri.
Di Sastra Inggris UNS ada Mr. Sean Stellfox. Dia adalah dosen asal Delaware, Amerika Serikat, yang mengajar macam-macam mata kuliah penunjang basic English.
Sosok tertutup, tapi menyenangkan
Saat mengajar di kelas, Mr. Sean Stellfox memang terlihat nyaris selalu serius. Itu juga yang membuat beberapa teman saya menjadi agak kurang percaya diri kalau diajar Mr. Sean. Tidak percaya dengan kemampuan bahasa Inggris kami yang masih agak berantakan.
Kalau saya pribadi sih cukup menikmati kelasnya. Sebab, dengan berinteraksi dengan Mr. Sean, saya akhirnya bisa memfasihkan kemampuan bahasa Inggris saya.
Di luar kampus, ternyata Mr. Sean bisa dibilang merupakan sosok nyentrik. Dia tergabung dalam komunitas musik elektronik Jogja Sound Index.
Awalnya saya mendengar cerita bahwa Mr. Sean juga jago nge-DJ dari teman-teman. Saya tentu saja penasaran. Dan ketika iseng-iseng menulis nama “Sean Stellfox” di mesin pencari, ternyata benar. Ada video YouTube yang menunjukkan momen saat Mr. Sean nge-DJ. Namanya juga tercantum dalam komunitas Jogja Sound Index.
Rasa penasaran itu lantas membawa saya pada obrolan langsung dengan Mr. Sean belum lama ini.
Syukur, Mr. Sean dengan ramah dan senang hati berbagi cerita dengan saya. Padahal, meski dikenal akrab dengan mahasiswa di Sastra Inggris UNS, tapi selama ini kami mengenalnya sebagai sosok tertutup.
Terpanggil untuk mengajar hingga ditugaskan ke Indonesia
Bagi Mr. Sean, mengajar memang sudah jadi panggilan hatinya sejak dulu. Sejak masih tinggal di Amerika pun, dia memang sudah mengajar murid-murid dari berbagai kultur untuk mempersiapkan tes masuk perguruan tinggi di sana, seperti SAT/LSAT.
Karena latar belakang ini, Mr. Sean pun akhirnya terdorong untuk mencoba menambah pengalamannya.
Lewat program Fellowship, dia ingin mengajar anak-anak di luar tanah airnya untuk lebih memahami perspektif murid-murid yang harus menyesuaikan diri di lingkungan yang berbeda.
“Dari program ini juga, saya pun akhirnya ditempatkan di Indonesia sejak 2014. Kalau dihitung-hitung sudah 18 tahun saya menggeluti profesi sebagai pengajar,” ujarnya dengan bahasa Inggris saat kami berbincang pada Rabu (13/11/2024).
Pada awalnya tentu Mr. Sean mengalami culture shock. Namun, seiring waktu, dia mulai menikmati tinggal di Indonesia. Khususnya di Jogja dan Solo.
Dosen Sastra Inggris UNS yang jadi produser musik EDM
Di tahun pertamanya di Indonesia, Mr. Sean tidak langsung ditempatkan di Sastra Inggris UNS. Dia sempat menetap dan mengajar di Jogja selama dua tahun sebagai tenaga pendidik di Universitas Islam Indonesia (UII).
Di kota ini lah Mr. Sean kemudian menemukan komunitas di mana dia bisa menyalurkan hobi yang sudah ditekuni sejak SMA di Amerika, yakni bermusik.
Mr. Sean mengaku, sejak masa sekolah di Amerika dia memang sudah sangat tertarik dengan musik. Dia bahkan tergabung dalam sebuah band. Tapi, seperti band anak sekolahan pada umumnya, band rintisannya tersebut tidak bertahan lama. Hanya saja, tentu saja, hobi bermusiknya tak lantas ikut berhenti.
Sampai akhirnya, pada suatu hari di bulan Maret 2014, dia bertemu beberapa anak yang sedang skateboarding di dekat UGM. Dari sini lah dia bertemu dengan orang dari Jogja Sonic Index.
Setelah saling berbincang, Mr. Sean pun akhirnya datang ke acara musik komunitas tersebut. Seiring waktu, dia pun bergabung dengan salah satu komunitas EDM di Jogja, Jogja Noise Bombing. Karena keterlibatanya di komunitas ini, dia pun sempat merilis lagu hingga manggung beberapa kali dengan lagunya sendiri.
Mr. Sean meluruskan, sebenarnya yang dia tekuni bersama Jogja Noise Bombing bukanlah DJ, melainkan menjadi produser musik EDM..
“Memang cukup mirip, tapi DJ kan biasanya hanya memutar dan mixing lagu-lagu milik orang lain. Sedangkan saya menampilkan suara milik saya sendiri, walaupun ada unsur mixing juga,” ungkapnya.
Ngajar di Sastra Inggris UNS tetap jadi prioritas
Meski sudah merilis lagu sendiri bahkan, Mr. Sean menepis anggapan dari beberapa mahasiswa bahwa produksi musik merupakan side hustle yang dia lakoni. Baginya, musik hanyalah hobi. Dia tidak berniat untuk mencari penghasilan dari sana.
Karena baginya, mengajar–yang untuk saat ini menjadi dosen di Sastra Inggris UNS–tetap menjadi prioritas yang tidak bisa diganggu gugat. Hobi maupun pekerjaan lainya tidak boleh sampai mengganggu kegiatan akademiknya.
Lagipula, menurut Mr. Sean, acara-acara di mana dia manggung biasanya juga hanya acara musik komunitas biasa. Dia akan datang kalau memang sedang benar-benar luang dari urusan pekerjaan.
Salah satu pengalaman paling unik selama dia menyalurkan hobi bermusiknya adalah tampil di tengah tong setan saat perayaan Sekaten di Solo pada 2017.
“Sama sekali tanpa persiapan, hanya karena teman saya sempat ngobrol dengan pihak pemilik atraksi sehari sebelumnya, saya diajak tampil,” beber Mr. Sean.
Sampai hari ini, Mr. Sean masih menikmati kehidupannya di Indonesia. Sebagai dosen di Sastra Inggri UNS sekaligus bergiat di komunitas musik. Apakah suatu hari nanti Mr. Sean bakal pulang sekaligus menetap lagi di kampung halamannya di Amerika? Saya tidak berani bertanya.
Penulis: Dahayu Aida Yasmin
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News