Menolak Berbagai Beasiswa PTS demi Kuliah di UB Malang: Dulu Menyesal, Kini Bersyukur Dapat Banyak “Berkah”

Beasiswa, UB Malang.MOJOK.CO

Ilustrasi - Mahasiswa UB Malang (Mojok.co/Ega Fansuri)

Nino (26) pernah menolak sejumlah tawaran beasiswa di perguruan tinggi swasta (PTS) demi bisa kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Keputusan itu sempat membuatnya menyesal. Namun, kini ia mulai menerima kenyataan dan justru menemukan banyak “berkah” dari pilihan yang dulu terasa pahit.

***

Sebagai anak yang lahir dari keluarga pas-pasan, kuliah tanpa dipungut biaya jelas menjadi harapan Nino (begitu namanya minta ditulis). Namun, situasi ini malah menghadapkannya dalam sebuah dilema.

Di satu sisi, ia ingin kuliah gratis. Tentunya melalui beasiswa. Namun, di sisi lain, kampus yang menawarkan beasiswa itu semuanya adalah perguruan tinggi swasta (PTS).

“Padahal sejak awal aku maunya kuliah di PTN,” kata Nino, saat diwawancara Mojok Juli 2025 lalu. 

“Dan di SBMPTN (sekarang SNBP) aku udah diterima di UB Malang, meski tanpa beasiswa,” tegasnya.

Ngebet kuliah di UB Malang, tapi dapat beasiswanya di kampus lain

Sebagai orang yang lahir dan besar di Malang, Jawa Timur, cita-cita Nino bisa kuliah di kampus terbesar kota tersebut. Ya, dalam hal ini UB Malang.

Di kepalanya, pencapaian terbesar adalah dengan kuliah di sini. Apalagi kalau melihat rekam jejak alumni sekolahnya yang kuliah di Brawijaya, sebagian besar dari mereka kini sudah sukses.

“Makanya waktu SBMPTN 2019 lalu, pilihan pertama dan kedua aku di UB semua. Dan alhamdulillahnya diterima di pilihan pertama,” jelas dia.

Masalahnya, sebelum pengumuman SBMPTN keluar, pengajuan beasiswa Nino di dua PTS sudah diterima. Yang pertama di salah satu PTS Malang, ia berkesempatan kuliah dengan UKT gratis selama delapan semester–tanpa uang saku.

Sementara di salah satu PTS Jogja, ia juga berkesempatan mendapat gratis UKT full selama delapan semester hanya dengan syarat IPK di atas 3,2.

“Itu pilihan sulit banget. Aku harus segera memilih dan daftar ulang di salah satu kampus itu. Tapi di sisi lain aku juga nunggu pengumuman SBMPTN,” kata dia.

“Setelah berunding sama orang tua, aku putuskan berjudi. Aku nolak daftar ulang di PTS, sambil berharap lolos ke UB Malang. Eh, alhamdulillah memang lolos. Kalau itu gagal, mungkin bakal jadi kesalahan terbesar dalam hidup.”

Berlarut-larut dalam penyesalan

Sejak resmi menjadi mahasiswa UB Malang angkatan 2019, Nino kuliah dengan sebagaimana mestinya. Masuk kelas, kerja kelompok, hingga nongkrong bareng teman kuliah sampai larut malam.

Sialnya, dari rutinitasnya ini, ada puing-puing penyesalan yang tersisa. Misalnya, ia menyesali keputusan tidak mengambil beasiswa kuliah di Jogja. Bayangan merantau yang mengasyikan tak ia rasakan gara-gara ia kuliah di kota sendiri.

“Kalau lihat konten medsos soal kisah anak rantau gitu, sepertinya asyik. Ada perasaan kangen rumah, LDR sama pacar. Lah, kalau aku, kampus sama rumah aja jaraknya cuma 15 menit,” kata dia.

Selain itu, yang lebih menyesakkan, ternyata biaya kuliah di UB Malang juga cukup mahal. Ia mendapatkan UKT hampir Rp5 juta per semester.

Untuk orang tuanya yang keduanya adalah karyawan swasta, ini angka yang besar. Apalagi, ketika pandemi Covid-19 datang, badai PHK juga menerjang. Kedua orang tuanya terdampak.

“Bayangin aja, di posisi nganggur tapi anaknya tetap bayar UKT 5 juta,” ucapnya, getir.

Dalam situasi tersebut, Nino membayangkan, seandainya dirinya memilih beasiswa di PTS dan membunuh ego buat kuliah di UB Malang, kehidupan kuliahnya bisa lebih safety. Orang tuanya pun juga tak akan kelimpungan mencari pinjaman buat biaya kuliahnya.

“Jujur, di posisi itu, aku sangat menyesal. Nggak ada hari tanpa aku menyesali keputusanku sendiri.”

Lulus IPK tinggi tapi rasanya hambar

Alhasil, ketika lulus kuliah dari UB Malang pada pertengahan 2023 lalu, perasaan Nino malah hambar. Bagaimana tidak, nyaris sepanjang masa kuliahnya cuma dihabiskan di rumah.

Pandemi Covid-19 bikin kuliah dilakukan secara daring dan ia nggak kemana-kemana. Kata dia, serasa nggak dapat “vibes kuliah” sebagaimana yang diinginkan.

Belum lagi kalau ngomongin biaya kuliah yang tingginya minta ampun. Nino selalu tak tega buat membayangkan bagaimana perjuangan orang tuanya, banting tulang utang sana-sini demi memastikan anaknya bisa lulus tepat waktu.

“2023, aku lulus cumlaude. IPK tinggi. Tapi membayangkan kehidupanku selama kuliah, semua terasa hambar.”

Mendapat banyak “berkah” karena dia lulusan UB Malang

Namun, di balik puing-puing sesal itu, ternyata ada banyak hal yang bisa Nino syukuri. Salah satunya terjadi pada awal 2024 lalu.

Kala itu Nino masih kerja serabutan. Penghasilannya tak pasti. Banyak lamaran pekerjaan yang dia sebar belum ada jawaban.

“Tapi aku bisa hidup ya karena profilku lulusan UB Malang. Banyak teman menawari project-an, itu karena relasiku selama kuliah. Kalau nggak ada project dari mereka, mungkin aku fix jadi kayu mati tanpa penghasilan.”

Tak sampai di situ. Sekitar Februari 2024, mantan kakak tingkatnya di UB Malang menghubunginya. Ia bilang kalau kantornya sedang membuka rekrutmen untuk posisi yang cocok dengan profil Nino.

Rekannya itu menyarankan Nino buat mendaftar.

Di luar dugaan, ternyata tim kecil di departemen yang dibutuhkan kantor tersebut sebelumnya diisi para alumni Brawijaya. Sehingga, ketika Nino mendaftar, nama dia pun jadi kandidat teratas.

“Bahkan, di interviu itu, kata HRD jelas banget: ‘kamu UB Malang, maka kamu diterima, karena kami yakin sama hasil kerjanya’. Aku kaget, tapi begitu adanya.”

Sudah dua tahun Nino kerja di kantornya itu. Ia menikmati pekerjaannya, karena dengan begitu, ia punya kesempatan buat mendatangi kota-kota yang belum pernah dikunjungi–sebagaimana cita-citanya dulu.

“Ya aku belajar, nama besar kampus memang seberpengaruh itu. Aku nggak tahu jatuhnya nepotisme apa bukan, tapi ini berkah aja jadi lulusan UB Malang,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Mahasiswa PTN Rela Bohongi Ibu: Ngaku Sudah Lulus Kuliah Bergelar Sarjana padahal DO, Demi Fokus Kerja Bantu Hidupi Keluarga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version