Universitas Indonesia (UI) adalah kampus prestisius. Sialnya, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UI malah dikenal “redflag” gara-gara ulah oknum mahasiswanya.
***
Cuitan @mindhakim di X (Twitter) yang meminta pendapat tak populer (unpopular opinion) terkait FIA UI, ramai direspons netizen. Ada lebih dari 300-an akun yang memberi komentar melalui kutipan, sebagian besar respons negatif.
“Semua jelek, kecuali gedungnya,” kata akun, @ysuachrstnh, seperti dikutip Mojok, Kamis (12/5/2025). Banyak komentar serupa membanjiri linimasa masa saya. Namun, benarkah demikian?
Fakultas Ilmu Administrasi pic.twitter.com/lvz34XNQpm
— Rayhan Hakim (@mindhakim) May 18, 2025
Memperjuangkan UI, tapi realitas tak sesuai yang dibayangkan
Mojok sendiri menghubungi Dinda* (21), mahasiswa semester enam di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UI yang dulu sangat ngebet pengen masuk kampus ini. Bagi Dinda, bisa kuliah di kampus ini terasa seperti mimpi. Bagaimana tidak, baginya, kampus ini dikenal sebagai tempatnya mahasiswa elite mengingat lokasinya berada jantung kota metropolitan.
Sementara dia sendiri, berangkat sebagai anak desa yang kunjungannya ke Jakarta saja bisa dihitung jari. “Seingatku aku baru sekali ke Jakarta, waktu study tour SMP,” ujarnya kepada Mojok, Selasa (20/5/2025) lalu.
Makanya, membayangkan UI seperti membayangkan tempat yang nun jauh di sana. Ketika berkonsultasi dengan guru BK terkait pilihan tempat kuliahnya, opsi yang disodorkan tak jauh-jauh dari UNY, UNS, atau UGM. Alasannya, paling dekat dengan rumah.
“Tapi aku ngotot merjuangin UI di UTBK. Dan, alhamdulillah-nya pada 2022 lalu diterima di FIA UI,” jelasnya.
Sebagai “anak desa” yang kuliah di kota besar, Dinda mengaku sudah bersiap dengan segala culture shock yang bakal ia alami ketika diterima FIA UI. Ia menyebut hal tersebut sebagai niscaya; suka nggak suka bakal terjadi.
Dalam bayangannya, culture shock itu salah satunya bakal muncul dalam hal pergaulan anak mudanya yang lebih bebas. Namun, makin ke sini, ia malah makin menyadari kalau kalau culture shock itu muncul, ya, karena Fakultas Ilmu Administrasi UI itu sendiri.
“Dalam artian, aku merasa kaget karena UI yang di depan mataku ternyata nggak sesuai dengan UI yang aku bayangin,” ujarnya.
Bingung dengan kurikulum di FIA UI
Dalam kehidupan kuliah, misalnya, Dinda merasa kalau apa yang dipelajari di FIA UI itu serba nanggung. Ia “nyrempet-nyrempet” mata kuliah fakultas lain, tapi tak benar-benar mendalam. Menurut Dinda, “seperti tak punya kurikulum yang jelas.”
Sementara di kehidupan antarmahasiswa, FIA UI sering menjadi ceng-cengan mahasiswa fakultas lain. Selain karena menjadi fakultas termuda di UI, Fakultas Ilmu Administrasi juga dicap sebagai tempatnya orang-orang problematik.
Awalnya, Dinda denial akan hal itu. Pride akan fakultas tempatnya kuliah masih lebih besar, sehingga ada rasa tidak terima ketika mendapatkan label negatif. Namun, makin ke sini ia malah makin sadar kalau label tersebut ternyata ada benarnya.
Baca halaman selanjutnya…
Bahkan, di media sosial X (Twitter), Fakultas Ilmu Administrasi juga UI sempat ramai menjadi pergunjingan warganet pada akhir Mei 2025 lalu. Pangkal persoalannya apa, tak benar-benar diketahui. Yang jelas, sudah ribuan twit yang menyebut kalau fakultas di UI ini memang problematik.
Mojok merangkum beberapa di antaranya, dan meminta perspektif Dinda dan beberapa mahasiswa di sana untuk mengomentarinya.
FIA, Fakultas Intrik dan Akal-akalan Kating(?)
Ada beberapa orang yang membelokkan singkatan FIA UI. Dari yang awalnya Fakultas Ilmu Administrasi UI, menjadi Fakultas Intrik dan Akal-akalan Kating. Dari beberapa komentar yang mengemuka, penyebabnya karena politik kampus dan politik abang-abangan yang amat kuat.
Kata Dinda, fenomena ini benar adanya. Ia yang sejak maba memang sudah aktif berorganisasi, memahami betul persoalan ini.
“Lihat Indonesia yang birokrasinya bobrok dan tata kelola pemerintahannya buruk banget gara-gara orang-orang nggak kompeten dengan ego sektoral? Nah, itu gambaran FIA UI,” kata Dinda.
Ia mengaku tak masalah dengan politik masuk kampus. Baginya, mahasiswa dan politik adalah dua hal tak terpisahkan. Yang jadi masalah, di FIA UI, politiknya amat kotor dan hanya didominasi oleh ormek tertentu. Sementara ormek tersebut, terkenal dekat dengan pemerintah.
Ketua BEM Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) Faridz Adrian sendiri baru saja dilaporkan ke Forum Mahasiswa FIA UI atas dasar mengundang TNI ke acara Konsolidasi Nasional Mahasiswa di Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) UI. Faridz pun didorong untuk dicopot dari jabatannya
Dinda enggan mengomentari kasus baru-baru ini. Sebagai orang yang dekat dengan BEM, ia hanya menyebut bahwa itu adalah hal biasa di FIA UI. Kendati demikian, terkait labeling FIA UI sebagai “Fakultas Intrik dan Akal-akalan Kating”–seperti disebut netizen–ia tak begitu sepakat karena bagaimana pun itu adalah ulah oknum dan tak bisa digeneralisasi.
Benarkah mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi UI itu “buangan” FEB dan FH?
Selain politik kampusnya yang kotor, banyak juga netizen yang bilang kalau banyak mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi UI itu belajarnya setengah-setengah alias terpaksa. Sebabnya, kebanyakan dari mereka tak benar-benar mengincar fakultas ini.
Dari beberapa pengakuan, beberapa mahasiswa di sana aslinya ingin kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) atau Fakultas Hukum (FH). Namun, karena ditolak, mereka pun memutuskan ambil jurusan di FIA UI karena bidang keilmuannya tak beda jauh.
Dinda mengamini hal tersebut. Setidaknya dari teman-teman seangkatannya, banyak yang mengaku kalau mereka aslinya ingin kuliah di FEB UI atau FH UI.
“Makanya, belajar pun setengah-setengah. Karena sejak awal nggak benar-benar minat kuliah di FIA,” ujarnya.
Alhasil, ada pula yang menjadikan FIA UI sebagai “transit” sebelum memutuskan ikut seleksi masuk kampus lagi tahun depan. Biasanya adalah anak-anak orang kaya, yang ketimbang gap year mendingan isi dulu tahun tersebut dengan kuliah di FIA UI.
Kendati demikian, tak semua mahasiswa yang kuliah di FIA UI adalah “buangan” FEB dan FH. Adi (21), salah satu mahasiswa kampus tersebut, malah menyebut bahwa sejak awal dirinya memang memperjuangkan FIA UI.
Alasannya sederhana: sebagai fakultas baru, ia melihat masuk salah satu jurusan di fakultas ini cenderung lebih mudah karena selektivitasnya kurang katat. Selain itu, ada banyak kakak tingkat di SMA-nya yang sudah lebih dulu kuliah di FIA UI dan mendulang prestasi.
“Beberapa sudah ada yang lolos tes CPNS,” kata dia. “Tapi bagiku kuliah di mana aja ya sama. Namanya aja kuliah. Tergantung kitanya,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Sombong Bisa Kuliah di Jurusan Akreditasi A ITS Surabaya, Kini Menyesal karena Susah Lulusanya: Nyesek Teman Seangkatan Sudah jadi Dosen atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
