Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Jalan Kaliurang: Ketika Petani Tua Enggan Menukar Tanah Warisan dengan Uang Receh 3,5 Miliar

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
25 September 2023
A A
petani jalan kaliurang enggan jual warisan.MOJOK.CO

Ilustrasi petani (Ega/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Wakijan nggak mau jual tanah warisan di Jalan Kaliurang meski ditawar Rp3,5 miliar

Lokasi yang strategis juga membuat tanah ini banyak mendapat tawaran. Banyak yang membujuknya untuk jual tanah warisan orang tuanya itu. Bahkan, ada yang menyodorkan angka yang cukup fantastis. Meski begitu lelaki tua ini tetap pada pendiriannya untuk mempertahankan tanah pusaka.

“Ada orang tanya, berapa harganya? Saya nggak ngasih harga. Terus orangnya nawar Rp3,5 miliar,” paparnya.

Jika melihat situs jual beli, harga tanah di sekitaran Jalan Kaliurang Km 8 per meternya di atas Rp4 juta. Namun, bagi Wakijan mau Rp3,5 miliar atau berapapun uang yang pembeli tawarkan ia tidak mau melepas tanahnya. Uang itu mungkin seperti uang receh saja karena menurutnya yang mahal adalah status tanah itu yang merupakan. tanah warisan, tanah pusaka. Kalau ia jual dengan harga segitu, belum tentu bisa memberikan kehidupan yang panjang. Cepat hilang jika tidak dikelola dengan baik.

 

Lahan petani di tepi Jalan Kaliurang. MOJOK.CO
Lahan milik Wakijan yang enggal dijual (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Masih ada banyak orang lain yang sempat menanyakan tanahnya. Mungkin mereka investor yang akan membangun perumahan atau kafe-kafe. Namun, sebelum mereka mengajukan harga, Wakijan terlebih dulu mengatakan bahwa ia tak hendak menjual tanah warisan ini.

“Jual tanah warisan, habis itu beli mobil. Ya habis uangnya. Beberapa tahun kemudian nggak bisa hidup lagi. Ini tanah bisa menghidupi saya dan anak cucu nanti,” tuturnya sambil kembali menyalakan rokok.

Selama tubuhnya masih kuat untuk menggarap lahan ini, Wakijan ingin terus mempertahankannya. Andai, suatu ketika ia harus menjual, Wakijan berkomitmen untuk menggunakan uang untuk membeli lahan yang lebih luas untuk bertani.

Pernah tujuh tahun tinggal di gubuk tengah kebun

Kami duduk berdua berdampingan di pinggir ladang. Merokok sambil mengamati kendaraan yang melintas di jalan. Mata Wakijan, sesekali, menatap pohon jagung yang tingginya masih sekitar 15 centimeter.

“Dua minggu lagi sudah tinggi. Nyenengke melihatnya,” celetuknya.

Bagi petani sepertinya, melihat tanaman tumbuh subur adalah sumber kebahagiaan. Hal itu membuat Wakijan pernah tinggal dan bermalam di gubuk cukup lama.

“Dulu pernah tujuh tahun, saya setiap hari tidurnya di sini,” ungkapnya.

Ia hanya pulang di siang atau sore hari setelah mengurus kebunnya. Lalu ketika malam, akan kembali ke gubuk sedernana ini.

Saat malam, tak ada lampu penerangan di gubuk beratap seng dan berdinding gedhek bambu itu. Baginya, cahaya bulan saja sudah cukup untuk menerangi.

Ia mengaku merasa tenang di gubuk itu. Saat bulan sedang penuh cahaya, ia bisa mengamati tumbuhan yang mulai meninggi dengan perasaan lega.

Iklan

“Rasanya senang dan tenang,” cetusnya.

Wakijan memandu saya menuju gubuk sederhana tempat ia biasa bermalam. Di sana hanya ada dipan yang beralas tikar. Ada kasur tipis yang tertekuk di sudut dipan. Atapnya pun tampak tidak kokoh.

“Tapi kalau hujan nggak bocor, kok,” katanya.

Petani jalan kaliurang.MOJOK.CO
Di gubuk kecil ini Wakijan pernah lama menetap (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Ia memutuskan untuk kembali tinggal di rumah pada 2014 silam. Saat istrinya mulai mengalami sakit-sakitan. Ia merawat sang istri bersama anaknya yang tinggal serumah.

“Istri saya meninggal 2014 itu. Saya ingat pas Jokowi baru jadi presiden,” kenangnya.

Setelah itu pun, ia lebih banyak tinggal di rumah. Anak-anak mengkhawatirkan jika terjadi sesuatu saat Wakijan berada di gubuk sendirian. Sehingga, ia hanya kembali bermalam di gubuk saat jelang masa panen padi.

Saya sempat menanyakan soal Wakijan yang sempat tinggal di gubuk pada salah satu tetangga bernama Tika yang rumahnya tak jauh dari ladang di tepi Jalan Kaliurang. Menurutnya, lelaki paruh baya ini memang pernah terlihat cukup lama kerap bermalam di sana.

Pernah menjadi relawan Merapi

Sejak remaja Wakijan sudah menjadi petani. Namun, ia juga sempat menjadi aktif menjadi relawan saat erupsi Merapi 2010 bersama lembaga INSIST.

Saat menceritakan pengalamannya sebagai relawan, Wakijan tampak mengenang dengan bahagia. Ia ambil peran di bagian logistik pada masa itu.

“Jadi relawan itu berangkatnya semangat. Tapi sampai di lokasi hatinya terenyuh Mas lihat korban-korban,” kenangnya.

Ia juga berbagi pengalaman nyaris jatuh ke jurang di lereng Merapi saat melakukan evakuasi. Kenangan itu jadi salah satu hal tak terlupakan selama aktif menjadi relawan.

Selama menjadi relawan, Wakijan kerap berangkat berkegiatan menggunakan sepeda menanjak Jalan Kaliurang. Terakhir, ia juga pernah bersepeda sampai Wonosari. Nahasnya, ia mengaku kakinya cedera pada perjalanan itu. Sehingga sejak saat itu ia memutuskan tak bersepeda jauh-jauh lagi.

“Ngancing kaki saya pas nyepeda ke Wonosari. Sampai dibawa ke rumah sakit,” kenangnya.

Kini  menginjak usia 81, ia masih tampak sehat dan bahagia. Penuh senyum saat menceritakan berbagai hal dalam hidupnya.

Saat saya tanya, bagaimana kiat hidup sehat dan fisik tetap kuat sampai lanjut usia, ia hanya menjawab singkat.

“Pokoknya hati dibuat senang. Gembira. Saya jadi tani ya senangnya kalau lihat tanaman tumbuh subur,” pungkasnya.

Wakijan lantas kembali mengambil paculnya. Menutupi lubang yang sudah terisi dengan pupuk urea. Ia sudah tak sabar melihat pohon jagung ini tumbuh tinggi. Sumber kebahagiaannya yang sederhana namun nyata.

Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Lahan Sengketa di Tanah Istimewa

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

 

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 25 September 2023 oleh

Tags: jalan kaliurangpetanitanah warisan
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Dari Indomaret Point Jakal km 9, menguak fakta orang-orang yang merasa iri hati pada standar orang lain MOJOK.CO
Ragam

Duduk di Kursi Indomaret Ternyata Juga bikin Orang Makin Nelangsa dan Iri Hati karena Standar Orang Lain

11 November 2025
Jalan Kaliurang, Jalan Paling Tidak Ramah Pejalan Kaki Mojok.cp
Pojokan

Jalan Kaliurang, Jalan Paling Tidak Ramah Pejalan Kaki 

4 Oktober 2025
Pupuk Organik Buatan Sendiri Jadi Andalan di Tengah Krisis Bertani
Video

Pupuk Organik Buatan Sendiri Jadi Andalan di Tengah Krisis Bertani

15 Juli 2025
Cangkringan, Kecamatan Paling Cantik di Sleman (Foto oleh Mohammad Sadam Husaen)
Pojokan

Ketika Klub Sepeda Bahagia Cycling Comedy Membelah Cangkringan Sleman, Kecamatan Paling Cantik yang Membuat Kecamatan Lain Minder

10 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.