Alasan mau menerima gaji kecil
Guru lain yang saya temui, Sofiyah juga berujar bahwa tanpa rasa suka terhadap anak-anak, sulit menjadi guru TK. Kecintaan itu yang membuatnya selalu sabar dengan beragam karakter anak yang berasal dari latarbelakang keluarga berbeda-beda.
Sofi berpendapat, sikap yang ia tunjukkan ke anak bisa jadi terus terkenang di benak sampai bocah itu beranjak dewasa. Seperti halnya saat ia mencontohkan cara makan menggunakan tangan kanan, anak akan menerapkannya seumur hidup.
“Anak-anak polahnya beda-beda, ya kami harus belajar terus,” ujarnya.
Senada, Ifria Fernianita, guru TK Mekar Sari mengaku meski awalnya berlatar pendidikan tinggi bidang pertanian, ia banting setir jadi mengasuh anak karena rasa sayang. Terlebih di Jogja, saat itu potensi pekerjaan sesuai latarbelakang studinya tidak begitu banyak.
“Awalnya saya membantu mengajar di TPA. Lalu ada tawaran untuk mengajar TK, akhirnya saya sanggupi,” paparnya.
Ia mulai menjalani profesi tersebut sejak 2007 dan bertahan hingga saat ini di TK yang sama. Pada perjalanannya, demi bisa mengajar dengan baik, Ifria lalu kuliah kembali pada studi Pendidikan Guru PAUD.
Tawa anak-anak jadi penguat dalam bekerja
Baginya, salah satu penguat selama menjalani profesi ini adalah tawa anak-anak. Terkadang, ada anak yang bandel dan tidak mau mengikuti proses belajar. Namun, setelah Ifria membujuk dengan halus, beberapa waktu kemudian anak itu mendekat kepadanya.
Ifria juga berusaha menerapkan perhatian kepada semua anak. Beberapa waktu belakangan ada anak berkebutuhan khusus yang masuk di TK tempatnya bekerja. Mulanya ia mengaku belum bisa memberikan perhatian yang tepat.
“Jadi perlu belajar. Mereka ini anak ADHD jadi tingkahnya banyak dan kadang nakal dengan temannya,” ujarnya.
Semua proses itu ia lakoni meski pendapatannya sebagai guru TK terbilang terbatas. Para guru yang tidak berstatus PNS memang tidak bisa berharap gaji banyak. Sebagian besar, gaji pokoknya di bawah UMR.
“Memang para guru ini banyak yang terkendala materi. Tapi namanya rezeki itu kadang bukan soal uang saja,” ujarnya.
Peran guru TK terkenang sampai anak dewasa
Ketika berada di TK ABA Kauman, Emi dan Sofi juga sama-sama bukan guru PNS. Gaji pokoknya berada di bawah UMR.
Pendapatan mereka semua berasal dari SPP murid. Ada variabel gaji guru dan kesejahteraan dalam SPP setiap anak sebesar Rp88 ribu per bulan. Padahal jumlah peserta didik di TK jumlahnya tidak terlalu banyak.
Beruntung, beberapa guru mendapat bantuan semacam sertifikasi dari pemerintah yang cair setiap tiga bulan sekali. Jumlahnya setara gaji PNS Golongan 3A. Pendapatan ini bisa memperpanjang napas para guru TK.
Sofi berujar, para guru memang perlu punya keikhlasan untuk menjalani profesi ini. Motivasinya pun harus tinggi. Bukan sekadar mencari materi di pekerjaan ini.
“Kalau dasarnya nggak suka anak-anak dan nggak ada motivasi selain materi pasti susah,” kata Sofi.
Di sela waktu berbincang, ada seorang wali murid yang menengok ruang guru. Sofi tampak sudah akrab dengan perempuan itu. Ternyata, suami perempuan itu dulunya merupakan peserta didik di TK ABA Kauman.
“Ini suaminya dulu murid saya. Sekarang malah sudah jadi wali murid,” cetus Sofi.
Sofi terkadang sudah lupa wajah para muridnya. Wajar, anak-anak sudah banyak berubah saat beranjak dewasa. Sedangkan Sofi wajahnya hampir sama dengan saat awal ia mengajar di sini 1987 silam. Kerutan di wajah mungkin tak bisa dibohongi. Namun, masih mudah untuk mengenalinya.
“Cuma badannya aja yang sudah melar,” kelakarnya.
Banyak mantan murid yang bukan hanya masih ingat dengan pesan dan pelajaran dari para guru TK. Puluhan tahun terlewati, mereka bahkan sampai memasukkan para anaknya ke TK yang sama.
“Ya malah kami dengan para mantan murid itu sudah seperti bersaudara. Saya seperti sudah jadi nenek buat anak mantan murid saya,” kata Sofi.
Buat Sofi, guru TK punya peran krusial bagi masa depan anak. Hal itulah yang membuatnya terus bertahan di tengah segala keterbatasan selama mengajar.
“Guru memang harus ikhlas dan sabar. Apa yang dikerjakan sekarang ini berpengaruh untuk pendidikan anak di masa depan,” pungkasnya.
Penulis : Hammam Izzuddin
Editor : Agung Purwandono
BACA JUGA Usianya 103 Tahun, TK Tertua di Indonesia Ada di Jogja, Kini Punya 20 Ribu Jaringan
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News