Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal

Curhat Pekerja Pasar Malam, Penuh Hiburan tapi Bisa Tak Gajian Dua Minggu karena Hujan

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
5 Maret 2023
A A
Beranda Liputan Geliat Warga
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bagi pekerja pasar malam, langit yang cerah berarti rezeki mereka mengalir seperti air. Namun, jika hujan turun seharian, bisa jadi mereka nggak akan gajian.

Mojok berbincang dengan beberapa pekerja pasar malam yang pendapatannya tergantung cuaca. Mojok mendengarkan curhat mereka tentang bagaimana hidup dan keseharian mereka.

***

Mata Dwi Kurniawan (22) terus menerawang langit yang mulai menurunkan rintik air. Gerimis tipis turun sekitar pukul setengah sembilan malam. Padahal penyelenggaraan pasar malam biasanya memasuki waktu ramai sejak pukul delapan sampai sembilan.

Sudah sepekan, Dwi menjaga salah satu wahana pasar malam yang diselenggarakan di Lapangan Denggung, Sleman. Malam sebelumnya, cuaca lebih bersahabat, sehingga lebih banyak pengunjung yang datang.

“Kemarin malam walaupun agak gerimis juga tapi mendingan. Saya masih bisa dapat gajian sekitar 75 ribu,” ujar lelaki yang malam ini menjaga wahana kereta mini dengan ikon hewan-hewan.

Baca Juga:

3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang Mojok.co

3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang

8 September 2025
Stasiun Maguwo, Saksi Bisu Penglaju Solo yang Kerja di Jogja: Berangkat Gelap Pulang Gelap demi UMR yang Tak Seberapa.MOJOK.CO

Stasiun Maguwo, Saksi Bisu Penglaju Solo yang Kerja di Jogja: Berangkat Gelap Pulang Gelap demi UMR yang Tak Seberapa

11 Maret 2025
Iklan

Sudah tujuh bulan Dwi bekerja di salah satu pengelola wahana pasar malam asal Kulon Progo. Baginya, mendapat pekerjaan ini adalah suatu keberkahan. Pekerjaan yang membuatnya bisa keluar dari kehidupan jalanan.

“Saya sebelumnya ngamen dari umur 15 tahun. Keluar SMP langsung ngamen di jalanan,” kenangnya kepada Mojok, Rabu (1/3/2023). Sesekali, ia membenarkan rambut dengan semiran mencolok berwarna kuning.

Saat menjadi pengamen, Dwi hidup di jalanan. Awalnya ia menggelandang di beberapa daerah DIY dan Jawa Tengah. Ia lalu mulai menempuh perjalanan jauh. Sempat ke arah timur sampai di Malang. Hingga akhirnya, ia ikut bersama rombongan anak punk. Mereka kemudian pergi ke Jakarta dan Tangerang.

Di Tangerang Dwi mengaku sempat menetap cukup lama. Sekitar satu setengah tahun ia mengamen di pinggiran jalan kota industri tersebut. Uang bisa ia dapat untuk menutup kehidupan sehari-hari. Tapi kehidupan di jalanan baginya memang penuh ketidakpastian.

“Ya dulu selalu was-was kena gerebek Satpol PP,” ujarnya tertawa.

Tidur di tenda dari satu lapangan ke lapangan lain

Pada 2020 lalu, ia mengalami kecelakaan di jalan, tangannya patah. Kondisi itu membuatnya pulang ke kampung halaman. Setelah cukup lama tak punya pekerjaan, ia pun mendapat tawaran dari seorang kawan untuk bergabung menjadi pekerja pasar malam.

Dwi Kurniawan pekerja pasar malam
Dwi Kurniawan, bekerja di pasar malam menurutnya masih lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

“Buat saya ini pekerjaan yang lebih sedikit risikonya ketimbang hidup di jalan dulu,” tuturnya.

Arena pasar malam buat Dwi bukan sekadar tempat mencari nafkah. Ia dan sejumlah pekerja lain, terutama yang masih bujang, benar-benar hidup di tenda-tenda yang terpasang di sekitar wahana.

“Saya sebulanan ini, cuma pulang sekali. Baru tadi siang saya pulang, ngasih uang, terus ke sini lagi,” tuturnya.

Pengelola wahana pasar malam nyaris berkeliling dari satu lapangan ke lapangan lain nyaris tanpa jeda setiap bulan. Sebelum di Lapangan Denggung, pengelola wahana ini baru saja menyelenggarakan acara di daerah Borobudur, Magelang. Pertengahan bulan nanti, mereka akan kembali pindah ke tempat lain lagi.

Tidak semua pekerja memilih tidur di area pasar malam. Sebagian, terutama yang sudah berkeluarga memilih nglaju dari rumahnya. Para pemuda seperti Dwi lah yang memilih tinggal sekaligus menjaga wahana saat acara sudah tutup setelah tengah malam.

Dwi terus ikut bersama rombongan ini. Tidur di tenda baginya sudah cukup nyaman. Kehidupan jalanan yang pernah ia enyam sebelumnya sudah memberikan banyak pengalaman.

Namun, kenyamanan itu sering terganggu saat hujan deras turun membasahi lapangan. Bahkan menyebabkan genangan air yang bukan hanya membuat acara sepi, tapi para pekerja kesusahan beristirahat.

“Pas di Borobudur kemarin, airnya sampai segini,” ujar Dwi sambil memegang mata kakinya.

“Bahkan genset-nya sampai meledak di sana. Itu paling parah yang pernah saya rasakan,” sambungnya.

Banyak pekerja pasar malam yang bergantung pada cuaca. Mojok.co
Suasana sebuah pasar malam di Sleman. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Selama dua pekan itu, Dwi dan sejumlah rekannya bermalam di stan-stan dengan kondisi tak nyaman karena hujan. Selama durasi itu, hanya dua hari pasar malam bisa beroperasi. Sisanya penuh guyuran hujan sehingga mereka wahana tidak aktif saat malam.

Baca halaman selanjutnya…

Hujan bikin gajian pekerja pasar malam tersendat 

Halaman 1 dari 2
12Next
Tags: pasar malampekerjapekerja pasara malam
Iklan
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang Mojok.co
Pojokan

3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang

8 September 2025
Stasiun Maguwo, Saksi Bisu Penglaju Solo yang Kerja di Jogja: Berangkat Gelap Pulang Gelap demi UMR yang Tak Seberapa.MOJOK.CO
Ragam

Stasiun Maguwo, Saksi Bisu Penglaju Solo yang Kerja di Jogja: Berangkat Gelap Pulang Gelap demi UMR yang Tak Seberapa

11 Maret 2025
Angkringan Pak Aam Pringgondani Jogja: Pernah Dibenci Akamsi, Kini Jadi Penyelamat Warga dan Mahasiswa.Angkringan Murah, Enak, dan Terbaik Ada di Kotagede Jogja MOJOK.COCerita Penjual Angkringan di Jalan Gejayan Lulusan Kampus Informatika, Bahagia Menjadi Penolong Para Pekerja Jogja.MOJOK.CO
Kuliner

Cerita Penjual Angkringan di Jalan Gejayan Lulusan Kampus Informatika, Bahagia Menjadi Penolong Para Pekerja Jogja

24 September 2024
kos dekat ugm.MOJOK.CO
Ragam

Sepi dari Mahasiswa UGM, Kompleks Kos Dekat UGM Ini Justru Padat Dihuni Pedagang hingga Kuli Pencari Rezeki di Jogja

13 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kejahatan Mario Dandy Adalah Wajah Budaya Feodal di Indonesia MOJOK.CO

Kejahatan Mario Dandy Adalah Wajah Budaya Feodal di Indonesia

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.