Dosen pembimbing nggak boleh baper
Alasan Pak Doni mengajak mahasiswanya untuk menyelami data, sebab, kalau mahasiswa tidak bisa melihat data, berarti tidak menguasai teori. Ibaratnya, teori adalah lensa, kalau lensanya buram, dia tidak bisa melihat meskipun itu ada di depan matanya. Itulah salah satu masalah utama mahasiswa yang lain, mereka tidak punya lensa yang tepat, mereka tidak memahami teori yang mereka pakai.
Tapi masalah itu melahirkan masalah lain, bagaimana jika mahasiswa punya interpretasi yang berbeda dengan dosen? Atau kasus lainnya, dosen tidak menerima interpretasi mahasiswa, hanya mau berpegang dengan yang ia percayai?
Pak Doni memandang, dua anggota tim, dalam hal ini dosen pembimbing dan mahasiswa, harus punya pemahaman yang sama terlebih dahulu. Masalah ini terjadi karena tidak ada pemahaman yang sama antara dua pihak, maka harus duduk bersama dulu.
“Memang butuh kesabaran. Makan hati itu biasa dalam skripsi, dosen nggak boleh baper.”
“Mahasiswanya juga nggak boleh baper, Pak?”
“Mestinya iya.”
Pada dasarnya, dosen ingin semua mahasiswa kelar skripsi lebih cepat. Realitasnya, dosen punya banyak mahasiswa yang harus dia bimbing. Jika semuanya kelar dengan cepat, penumpukan mahasiswa bimbingan tidak akan terjadi. Prodi pun ingin mahasiswa cepat kelar, bikin akreditasi bagus. Pada dasarnya, dosen bimbingan dan prodi tak ingin mempersulit.
Tapi kalau ada yang mempersulit, seperti sulit dicari, lama bimbingannya, Pak Doni memberikan dua skenario. Pertama, harus dilihat dulu, apakah dosen ini memang susah dicari semua mahasiswa atau jangan-jangan hanya dia saja yang kesulitan. Skenario kedua, jika semuanya susah mencari, artinya memang karakter. Coba dilihat dari sejarahnya, kalau memang dari dulu seperti itu, ya memang sudah karakter.
“Kalau bukan karakter, pasti melayani.”
Diskusi, diskusi, diskusi
Pak Doni menekankan lagi, bahwa dosen pembimbing harusnya diskusi, tak hanya membaca draft, memberi masukan lewat coretan. Bangun dulu chemistry, buat mahasiswa nyaman, hilangkan kebingungan, barulah mahasiswa bisa menulis. Jika mahasiswa masih bingung, masih kosong, tapi sudah diminta bikin draft dan diberi masukan, tentu saja mereka makin bingung.
Mahasiswa dan dosen pembimbing harusnya punya pemahaman dan kesepakatan yang sama, agar keduanya bisa bekerja sama cepatnya. Jika tak sepakat, yang terjadi selamanya akan sama: mahasiswa bingung, mengerjakan skripsi dengan linglung, dosennya pun makin bingung kenapa mahasiswanya terlihat linglung.
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.