Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Tangis dan Kematian di Malioboro Jogja yang Tak Banyak Diketahui Wisatawan

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
8 Januari 2024
A A
pedagang malioboro jogja menangis.MOJOK.CO

Ilustras PKL Malioboro (Ega/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Malioboro masih terus jadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Jogja. Sekilas, tampak ramai dan penuh hiburan. Saat melihat lebih jeli, ada banyak kisah pilu, tangis, hingga kematian.

Dua tahun belakangan ikon pariwisata Jogja ini banyak berbenah. Tampak lebih rapi dan tertata sejak ada relokasi PKL dari selasar ke titik khusus di dekat Kantor DPRD DIY dan depan Pasar Beringharjo.

Sejak relokasi itu, saya beberapa kali melakukan perjalanan ke sana untuk menggali cerita dari orang-orang yang sudah belasan bahkan puluhan tahun menggantungkan hidup dari jalan itu. Mulai dari PKL, pedagang asongan, hingga kusir andong.

Tulisan ini saya buat menjelang tengah malam selepas Jogja diguyur hujan seharian. Pada situasi yang sama, malam di musim penghujan Desember 2022, saya pernah berjumpa dengan seorang pengasong bernama Ahmad Rahman (54).

Trotoar masih basar saat ia duduk termenung di sebuah kursi. Tatapannya menghadap ke jalanan. Hilir mudik wisatawan seperti ia abaikan begitu saja.

Lelaki asal Bumijo, Kota Jogja ini sudah sejak 1992 berdagang asongan. Cara itu sudah menjadi satu-satunya jalan untuk menghidupi keluarga yang ia tahu.

Hari itu ia mengaku dagangannya sepi meski banyak wisatawan. Kondisi yang sudah lazim ia rasakan, terutama sejak teman-teman PKL-nya pindah ke lokasi lain di Teras Malioboro.

“Belakangan saya bisa sampai jam 12 bahkan sampai jam 1 malam. Kalau dulu sih, jam 10 sudah pulang,” kata Rahman tentang perubahan yang ia rasakan.

Kesepian di tengah keramaian Malioboro

Namun, alih-alih menceritakan lebih lanjut tentang penurunan omzet, ia malah curhat perihal kesepian. Para PKL sudah menjadi seperti saudara bagi pedagangan asongan seperti Rahman.

“Seperti keluarga sendiri, setiap hari ketemu, cari uang di tempat sama,” cetusnya.

Depan pertokoan yang kini lengang itu dulu jadi tempat para pedagang bertukar sapa dan berbagi keluh kesah. Rahman menyusurinya pagi, siang, hingga malam. Menawarkan dagangan di antara wisatawan yang sedang bernegosiasi alot dengan PKL.

Hal itu tak lagi bisa Rahman rasakan. Rekan senasib sepenanggungan sudah dipindahkan ke lokasi yang berbeda. Ayah dua anak ini mengaku kalau sekarang tidak bisa seenaknya melenggang ke Teras Malioboro untuk berkunjung.

“Kalau saya masuk sana bawa dagangan seperti ini dimarahin petugas. Tidak boleh,” ujarnya sambil memegang wadah rokok di pahanya.

Malam adalah masa terbaik untuk mengunjungi Jalan Malioboro Jogja. Selain tambah semarak, di sudut-sudut pertokoan, tampak wajah sayu yang tak bisa mendapat cukup rezeki sejak pagi hingga siang.

Iklan

Beberapa waktu berselang, pada sebuah malam musim penghujan lain di Februari 2023, saya bertemu dengan beberapa mantan PKL yang mengeluhkan nasibnya tepat di peringatan setahun relokasi. Satu di antara mereka, tak mampu menahan air mata di hadapan saya. Namanya, Veronica Dwi Aryani (51).

Teras Malioboro 2 Jogja yang sepi wisatawan. MOJOK.CO
Kondisi Teras Malioboro 2 (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Malam itu ia sedang menanti pembeli dan wisatawan di lapaknya yang menjual daster, kemeja, hingga kaos oblong bermotif batik. Meski dagangannya terlihat banyak berkurang, hari itu, baru beberapa biji yang terjual.

“Sehari terjual beberapa biji langsung buat makan. Mau stok barang, uangnya tidak ada lagi,” ujarnya lirih.

Baca selanjutnya…

Tangis hingga kematian pedagang

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 10 Januari 2024 oleh

Tags: DIYJogjamalioboropklwisata
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Perantau Sidoarjo nekat jadi wasit futsal demi bertahan hidup di Jogja hingga akhirnya menyerah MOJOK.CO

Perantau Sidoarjo Nekat Jadi Wasit Futsal demi Hidup di Jogja, Berujung Menyerah Kejar Mimpi di Kota Pelajar karena Realita

28 November 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.