Ada banyak sarjana yang memutuskan merantau ke ibu kota untuk mengadu nasib. Namun, harapan tak selalu sejalan dengan apa yang mereka mau. Banyak di antara mereka yang kesulitan cari kerja di Jakarta, menjadi buruh underpaid, sampai berkali-kali jadi korban lowongan kerja (loker) palsu.
***
Melansir laporan resmi Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023 lalu jumlah angkatan kerja di ibu kota mencapai 5,43 juta. Jumlah lapangan pekerjaan pun juga bertambah dari tahun-tahun sebelumnya.
Masih dari laporan yang sama, disebutkan bahwa angka pengangguran turun 6,04 persen dari tahun sebelumnya. Namun, hal tersebut tak menutup fakta ada jutaan angkatan kerja lainnya yang menjadi pengangguran di Jakarta.
Tak sedikit dari para pengangguran ini merupakan lulusan sarjana. Kebanyakan dari mereka adalah perantau yang datang dari luar daerah, yang menyerahkan nasib mereka pada kerasnya Jakarta.
250 lamaran kerja ditolak
Baru-baru ini, Mojok menerima curhatan Rudi* (27), lulusan PTN Jogja yang menjadi pengangguran di Jakarta. Datang ke ibu kota sejak September 2023 lalu, lelaki asal Banyumas ini belum mendapatkan pekerjaan tetap.
Padahal, lamaran kerja yang ia sebar tak main-main jumlahnya. Dalam setahun terakhir, lebih dari 250 lamaran pekerjaan ia masukan ke banyak perusahaan.
Namun, belum ada satupun yang nyantol.
“Yang aku datangi langsung itu ada lebih dari 70 loker. Kalau yang di Glints, 200 lebih. Ya, kalau ditotal dalam setahun ini lebih dari 250 lamaran kerja lah. Dan semuanya zonk,” kata Rudi, bercerita kepada Mojok, Kamis (18/7/2024).
Meski belum menyerah, Rudi kerap merasa bahwa pendidikannya selama ini seperti sia-sia. Klaim orang-orang yang mengatakan, “punya ijazah sarjana bakal mudah dapat kerja” seperti omong kosong di Jakarta.
Kerja di Jakarta sudah sesuai passion, tetap tak menjamin nasib yang lebih baik
Mojok juga pernah memotret kisah Mustika (23), sarjana PTS Jogja yang harus berjibaku dengan kerasnya kehidupan di Jakarta. Boleh dibilang, nasib lulusan Sastra Inggris ini sedikit lebih beruntung dari Rudi.
Di Jakarta, Mustika sudah mendapatkan pekerjaan tetap. Bidang pekerjaannya pun sesuai passionnya, yakni sebagai content writer di sebuah media online.
Namun, satu hal yang membuatnya sulit buat bersyukur: gajinya setengah UMR Jakarta. Saat pertama kali bekerja pada 2023 lalu, Mustika hanya mendapat gaji Rp2,6 juta–sementara UMR Jakarta Rp5,4 juta.
“Terasa berat banget karena 500 ribu buat bayar kos, 500 ribu lagi buat transfer ke ortu. Berarti sebulan aku hidup dengan 1,6 juta, dengan mahalnya kota Jakarta dan pengeluaran tak terduga lainnya,” kata Mustika, Jumat (26/4/2024) lalu.
Pada lebaran kemarin, bahkan Mustika serasa dipukul secara bertubi-tubi. Gajinya yang tak seberapa itu harus ia putarkan untuk mencukupi segala kebutuhan lebaran. Termasuk membeli baju baru ke keluarga intinya, sampai memberi THR ke saudara-saudaranya.
Alhasil, pinjaman online (pinjol) pun menjadi jalan ninjanya. Kata Mustika, di balik kebanggaan dan senyum lebar orang tuanya kala lebaran kemarin, ada pedih yang dia pendam.
Baca halaman selanjutnya…
Banyak lowongan kerja palsu yang bikin perantau merana.
Tertipu lowongan kerja palsu, bukannya untung malah buntung
Selain masalah sulit cari kerja dan menjadi pekerja underpaid, permasalahan lain yang dialami para sarjana di Jakarta adalah lowongan kerja (loker) palsu.
Memang, ada yang cuma iseng, alias memberikan loker abal-abal karena cuma ingin bikin calon pekerja kecele. Misalnya, seperti yang dialami Rudi; sudah ke tahap interview dan diterima, tapi saat mendatangi kantor ternyata hanya gudang kosong.
Namun, memang ada juga loker palsu yang motifnya kriminal. Tak jarang, korban mengalami kerugian jutaan rupiah akibat lowongan kerja abal-abal ini. Niat cari untung, malah buntung.
Hamdan (25), sarjana salah satu PTS di Jogja, adalah salah satu korbannya. Awal tahun lalu, seorang kenalannya membagikan lowongan kerja di Jakarta Timur sebagai kasir. Tahap demi tahap seleksi pun ia ikuti. Hamdan mengaku menjadi satu dari beberapa orang yang lolos di tahap akhir.
“Tinggal tanda tangan kontrak. Gaji yang ditawarin pun UMR Jakarta, belum ditambah bonus-bonus lain,” kata lelaki asal Bekasi ini, Rabu (17/7/2024) kemarin.
“Tapi mereka meminta deposit 1,5 juta. Sebagai uang jaminan. Uang ini bakal dikembalikan saat udah 6 bulan kerja,” imbuhnya.
Karena merasa tak ada yang aneh, Hamdan pun sepakat. Ia kemudian mentransfer sejumlah uang yang diminta kepada pelaku.
Sayangnya, beberapa hari berselang, pelaku tak bisa dihubungi. Hamdan menyadari itu adalah penipuan setelah korban-korban lain akhirnya speak up.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News