Curhatan Mahasiswa UGM Menolak Kerja di Jakarta karena Ngebet Lanjut S2: Niat Perbaiki Nasib Malah Sama Aja, Tetap Susah Dapat Pekerjaan!

Curhatan Mahasiswa UGM Menolak Kerja di Jakarta karena Ngebet Lanjut S2: Niat Perbaiki Nasib Malah Sama Aja, Tetap Susah Dapat Pekerjaan.MOJOK.CO

Ilustrasi Curhatan Mahasiswa UGM Menolak Kerja di Jakarta karena Ngebet Lanjut S2: Niat Perbaiki Nasib Malah Sama Aja, Tetap Susah Dapat Pekerjaan! (Mojok.co/Ega Fansuri)

Dapat tawaran kerja di Jakarta setelah lulus S1, tapi malah menolaknya karena ngotot ingin lanjut S2. Motivasinya lanjut ke jenjang magister pun sebenarnya sederhana, yakni menganggap ijazah S2–apalagi dari UGM–bakal mempermudah jalannya dapat kerja dengan gaji dua digit.

Begitulah perjalanan Iqbal (26), alumni S2 UGM yang sempat menyesali keputusannya tersebut. Setelah lulus dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY pada 2020, mahasiswa asal Jawa Barat ini melanjutkan studi S2-nya ke Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Sayangnya, setelah dapat gelar magister, dunia kerja tak semulus yang ia bayangkan. Iqbal lama nganggur karena ijazahnya nggak laku. Sekalinya dapat kerja, gajinya lebih kecil dari UMR Jogja, yakni Rp2,2 juta. Untungnya, kini sudah ada kenaikan meski tak terlalu signifikan.

Menolak kerja di Jakarta karena gaji kecil

Iqbal sendiri merupakan narasumber Mojok yang kisahnya pernah ditulis dalam liputan “Pedihnya Lulusan S2 UGM, Ijazah Mewah Cari Kerja Susah“. Pada Kamis (18/4/2024) lalu, ia mengaku kalau sebenarnya sudah merasa cukup dengan pencapaiannya.

“Idealnya kan memang begitu, lulus sarjana langsung kerja kalau orientasinya memang buat kerja,” kata Iqbal kala itu.

Sejumlah tawaran pekerjaan pun malah sudah datang padanya. Salah satunya seorang relasinya yang menawari Iqbal bergabung ke sebuah perusahaan rintisan baru di Jakarta.

Awalnya, Iqbal cukup excited. Namun, melihat perusahaan yang ternyata masih sangat muda, ditambah tawaran gaji yang tak seberapa, bikin Iqbal enggan menerima pinangan itu.

“Gajinya enggak besar, nyentuh UMR aja enggak. Makanya aku putusin lanjut S2 aja biar kesempatan kerja layak lebih terbuka lebar,” pikirnya saat itu.

Keputusan Iqbal lanjut S2 UGM juga dapat support dari kedua orang tuanya. Ditambah, ia punya sepupu lulusan S2 yang hidupnya sudah mapan. Ia pun makin bisa menyimpulkan kalau gelar magister bisa memperbaiki nasibnya di kemudian hari. 

“Aslinya ada dua alasan. Pertama, kata ortu sayang kalau enggak lanjut S2 karena aku lulus cumlaude. Kedua, karena katanya S2 itu gampang dapat kerja yang gajinya dua digit, makanya aku gas-gas saja waktu itu.”

Pada Senin (27/5/2024), di tengah kesibukannya, Iqbal menyempatkan diri mengobrol dengan Mojok. Ia panjang lebar membagikan uneg-unegnya terkait sulitnya dapat kerja setelah lulus S2. Ini jelas di luar dugaannya.

Ternyata punya ijazah S2 UGM nggak menjamin nasib yang lebih baik

Meskipun punya gelar magister UGM pada 2022 lalu, cukup lama Iqbal “di rumah saja” alias nganggur. Kurang lebih selama 10 bulan ia glundang-glundung di rumah tanpa pekerjaan.

“Itu kalau ada orang hamil, sampai anaknya lahir pun aku statusnya masih pengangguran,” kelakarnya kepada Mojok.

Baca halaman selanjutnya…

10 bulan nganngur, sekalinya kerja gaji pas-pasan.

Jelas, situasi tersebut bikin dia mengalami guncangan mental. Pasalnya, hampir semua sisi seolah mengolok-olok nasibnya. Ada tetangganya yang selalu “iseng” bertanya “kapan kerja?”; ada teman-teman kuliah yang sudah pamer pencapaian sana-sana. 

Yang lebih menyakitkan lagi, tak sedikit saudaranya yang kerap melontarkan kalimat-kalimat menyakitkan. Seperti membanding-bandingkannya dengan orang lain, sampai menyepelekan ijazah S2-nya.

“Untungnya orang tua biasa saja, sih. Cuma ya itu tadi, saudara-saudara pada banding-bandingin ‘si ini udah kerja di sini, gaji segini’. Itu setahun yang menyiksa banget sih,” ungkap alumnus UGM ini.

10 bulan nganggur, Iqbal pun sebenarnya bukan tanpa usaha. Ia mengirimkan banyak lamaran pekerjaan, baik itu yang sesuai ijazahnya maupun yang “enggak nyambung” sekalipun. Sayangnya, memang belum rezekinya. Tak ada satupun balasan atas emai-email yang ia kirim.

Untungnya, sejak 2023 lalu, ia mendapat pekerjaan sebagai content writer di salah satu media online yang berbasis di Jogja. Gajinya memang tak seberapa, hanya mentok UMR Jogja. Setidaknya kalau pembandingnya adalah Jakarta, jelas angka itu tak seberapa.

Namun, lulusan S2 UGM ini masih punya rasa syukur karena setidaknya ia punya pemasukan. Ketimbang hanya di rumah dan kenyang dengan nyinyiran tetangga.

“Bersyukur sih iya, ya memang kudu menerima yang sudah ada dulu. Tapi kalau mau main ‘what if’, seandainya ini aku dulu lanjut kerja aja nggak usah maksain S2, kayaknya nggak beda jauh juga nasibnya,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Memilih Pindah Jurusan dari Sastra ke Pendidikan Gara-Gara Dicap Madesu, Mahasiswa UNY Ngenes Karena Nasib Guru Ternyata Lebih Suram

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version