Perkara merias wajah alias makeup memang sering menjadi overthingkingnya perempuan muda. Proses dari mulai mengenal makeup hingga menggunakannya sehari-hari juga bukan perkara mudah. Apalagi kalau itu soal biaya yang harus dikeluarkan.
***
Gerimis tipis-tipis. Sebuah klakson dari mobil berwarna hitam tiba-tiba mengagetkan saya. Seorang perempuan cantik keluar dari sana. Perempuan itu berbalut baju terusan panjang berwarna merah muda dan sepatu hak tinggi. Tidak lupa dengan rambutnya yang terurai dan wajahnya yang penuh polesan. Bibir merah darahnya cukup mengundang perhatian saya. “Kowe meh neng ndi?” tanya saya penuh selidik yang berarti kamu mau ke mana. Teman saya hanya mesam-mesem sembari mencoba mengatakan untuk tampil cantik di kondangan.
Tutorial Youtube jadi andalan belajar makeup
Kejadian dua tahun lalu itu masih terpatri jelas di ingatan saya. Karina Wijaya (20), seorang mahasiswi kedokteran universitas ternama di Jogja, yang saat ini sudah berada di hadapan saya. Kedai kopi yang bergaya minimalis ini memang sangat pas untuk saya dan Karin membahas makeup sembari sesekali melemparkan canda mengingat masa lalu.
“Kalau suka makeup sebenarnya sudah dari tahun 2017, pas itu makeup juga lagi booming banget,” ungkap Karin sembari menerawang masa-masa sekolah menengah atas. Pertama ia mengenal makeup karena tidak sengaja melihat video Youtube seorang beauty vlogger Tasya Farasya. Sejak itu, Karin sangat senang melihat orang menggunakan makeup.
Masih di tahun yang sama, Karin memutuskan untuk menjajal bedak dan liptint. “Pertama banget itu, budget sekitar dua ratus ribu, dapat bedak dan liptint, beli di Ambarukmo Plaza,” ungkap Karin yang saat itu kebingungan cara meminta ke orang tuanya. Alhasil, makeup pertama dibeli dengan uang jajan yang berhasil dikumpulkannya.
Saat ini, Karin memang belum berpikiran untuk beli makeup selain bedak dan liptint. Karin mempertimbangkan dirinya yang masih harus sekolah. “Sebenarnya ingin juga seperti teman-teman pakai blush on dan alis, tapi belum bisa pakainya,” ungkap Karin malu-malu dengan wajah bersemu merah.
Demi bisa makeup, Karin pun semakin gencar untuk melihat berbagai tutorial di Youtube. Katanya, Karin berusaha untuk bisa menggunakan makeup seperti teman-temannya. Saat itu, Karin mulai aktif menjalankan kegiatannya sebagai mahasiswi baru. Alhasil, selama tiga bulan pertama, selain menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas dan mencoba organisasi, Karin juga melihat video tutorial makeup setiap malam.
Selepas dari tiga bulan pertama, Karin memantapkan hati membeli beberapa keperluan makeup, seperti primer, foundation, concealer, eyeshadow, dan pensil alis. Karin masih ragu-ragu untuk meminta pada orang tuanya. “Takut kena marah awalnya, karena harga makeup kan mahal ya, tapi ternyata dibelikan, dan orang tua malah senang, jadi perempuan banget,” ungkap Karin terkekeh mengingat raut wajah tegangnya saat itu.
Meskipun demikian, Karin masih sering takut ketika memoleskan makeup di wajahnya. Katanya, ia takut dikira seperti badut. “Kadang itu alis nggak seimbang, eyeliner nggak rapi, blush on juga ketebalan, tapi ini namanya usaha,” ungkap Karin yang sering kali juga tergoda untuk membeli makeup hasil berburu diskonan.
Tidak selalu berbelanja di pusat perbelanjaan ataupun toko kosmetik. Sering kali Karin juga memanfaatkan toko online yang bisa dilihat setiap saat dan memiliki banyak diskon. “Kurang lebih semua makeup yang aku punya kalau dihitung sudah menembus dua juta rupiah,” ungkap Karin sembari menahan tawanya.
Tak tahu kalau yang dipakai makeup palsu
Rupanya Karin bukan satu-satunya perempuan yang melihat makeup sebagai candu. Kebetulan, saya juga bertemu dengan seorang mahasiswi di salah satu sekolah keperawatan di Jogja yang merangkap sebagai penyanyi wedding dan gereja. Angelina Anicita (21), namanya. Bersama segelas es teh manis ala angkringan, percakapan mengenai makeup mulai mengalir.
Angel, perempuan asal Sumatra ini mengenal makeup sejak berseragam SMP. Ia menyadari saat kuliah bahwa yang dimiliki dahulu adalah produk makeup palsu. Cerita itu bermula dari Angel yang sering membeli makeup di sebuah toserba dekat rumahnya. Ketidaktahuannya membuat Angel menganggap semua makeup itu sama.
“Waktu kuliah semester dua, mencoba makeup lagi, dan kaget ternyata harga makeup yang dibeli waktu remaja dengan harga puluhan ribu itu palsu, yang asli ratusan ribu rupiah,” ungkap Angel dengan nada suara yang berapi-api.
Angel memang sempat tidak menyentuh makeup setelah lulus sekolah menengah pertama. Menurutnya, saat itu ia lebih tertarik beraktivitas di luar rumah bersama teman-temannya. Mungkin itu pula yang membuat Angel telat menyadari bahwa dirinya pernah menggunakan makeup palsu. Syukurlah, makeup palsu yang pernah singgah ke wajahnya tidak menorehkan alergi ataupun jerawat. Pasalnya Angel memang tidak terlalu sering menggunakan makeup. Katanya, ia hanya merasakan wajahnya lebih kusam saja.
Pengalaman Angel terjebak dalam makeup palsu membuatnya bertindak lebih selektif ketika membeli makeup. “Murah wajar, kan sekarang juga banyak makeup harga murah, tapi asli. Dilihat mereknya juga,” ungkap Angel ketika ditanya cara agar tidak salah memilih makeup.
Di masa pandemi covid-19 ini, Angel sering menghabiskan waktunya untuk mencari tahu tentang makeup. Angel yang tidak senang menonton video tutorial ataupun ulasan makeup, memilih untuk membaca saja di internet. Angel memang tidak mematok semua makeup miliknya adalah produk luar negeri. Bahkan, ia lebih sering membeli produk lokal. “Yang penting cocok dengan kulit wajah,” ungkap Angel sembari meminum es tehnya.
Mengakui masih berstatus sebagai beban keluarga, tidak semua makeup dibeli Angel dengan uangnya sendiri. Kadang-kadang, Angel masih harus meminta uang dari orang tua karena keterbatasan tabungannya. “Aduh, takut dikira sombong, tapi memang banyak sih pengeluarannya, sampai sekarang total harga makeup sekitar hampir tiga juta,” ungkap Angel dengan wajah memerah menahan malu.
Makeup bukan pemikat lawan jenis
Makeup tidak digunakan selalu untuk menarik hati lawan jenis. Buktinya, sampai saat ini Karin belum menemukan tambatan hati. “Jujur, belum berpikir tentang laki-laki, tapi lebih makeup itu akan membuat wajah tampak lebih baik, jadi dilakukan, dan bisa membuat orang lain tertarik, bukan karena cantik, tapi kelihatan lebih percaya diri, “ ungkap Karin menjelaskan alasannya menggunakan makeup hampir setiap hari.
Meskipun Karin senang menggunakan makeup, tapi ia juga tidak mau terjebak dalam lingkaran setan atau hubungan yang mengharuskan ia selalu makeup. “Kalau misalnya punya pacar yang dia suka lihat perempuan pakai makeup itu bagus banget, karena mendukung. Tapi kalau sampai menyuruh, itu nggak banget sih,” ungkap Karin menyesap sedikit kopi di hadapannya. Menurut Karin, laki-laki yang menyuruh perempuan untuk menggunakan makeup berarti tidak bisa menerima perempuan itu apa adanya.
Sama seperti Karin, ketika ditanya masalah makeup sebagai penarik bagi lawan jenis, Angel menolak tegas. “Makeup itu jadi hal yang menyenangkan, sama seperti pelukis yang senang kalau melukis di kanvas, bedanya ini di wajah,” ungkap Angel menjelaskan. Selain itu, menurut Angel, beberapa laki-laki yang ditemuinya malah tidak suka dengan perempuan yang menggunakan makeup.
Angel mengaku pernah bertemu dengan laki-laki yang langsung minder ketika tahu makeup yang digunakannya. “Jadi awal dekat, laki-laki itu langsung tanya makeup yang dipakai apa, waktu ditunjukkan, laki-laki itu malah tidak mau bertemu lagi,” ungkap Angel terkekeh sembari menunjukkan beberapa makeup yang ada di tasnya.
Alhasil, Angel sendiri menerka-nerka alasan laki-laki itu takut karena disuruh untuk membelikan makeup yang harganya lumayan menguras kantong. Padahal tidak semua perempuan mengharuskan laki-laki untuk memberi makeup. “Makeup untuk diri sendiri, lagi pula sekarang ini masih tanggungan dari orang tua, dan nggak perlu laki-laki tanya tentang makeup,” ungkap Angel sedikit kesal ketika menceritakan pengalamannya
Tanpa makeup, hilang percaya diri
Sebelum memutuskan untuk menggunakan makeup setiap hari, Karin juga berkonsultasi dengan dokter kulit untuk menentukan kulit wajahnya. Hasilnya, wajah Karin berminyak dan berjerawat. Karena itu, Karin jarang menggunakan foundation yang akan memperparah jerawat karena menyumbat pori-pori. Sedangkan menggunakan bedak tetap dilakukan agar wajahnya tidak terlihat seperti kilang minyak. Meskipun, dengan menggunakan bedak saja sudah membuat Karin harus membersihkan wajah dengan lebih cermat agar tidak menimbulkan jerawat baru.
Dibalik makeup yang menumbuhkan percaya diri karena jenis kulit wajahnya yang tidak semulus perempuan idaman, Karin juga mengalami dampak negatif bagi jiwanya. Karin tampak tidak percaya diri jika keluar rumah tanpa polesan makeup. “Bahkan ke minimarket yang jaraknya hanya semeter pun harus makeup,” ungkap Karin tertawa. Pasalnya, teman-teman Karin yang sudah biasa melihat Karin menggunakan makeup, ketika tidak menggunakan makeup katanya akan terlihat pucat dan sayu.
Bagi Angel, makeup wajib yang biasa digunakan sehari hari adalah bedak dan lipstik. Berdasarkan hasil tes, Angel memang mengetahui jika kulit wajahnya berminyak. Karena itu, supaya terlihat tidak terlalu berminyak, maka Angel menyiasati dengan bedak tabur yang menyerap minyak.
Dibalik kebiasaannya menggunakan makeup, rupanya Angel masih tetap percaya diri jika bepergian tanpa menggunakan makeup. Pasalnya ada beberapa waktu, di mana Angel merasa malas untuk makeup. Namun, meskipun tidak makeup, Angel tetap menggunakan skincare.
“Kalau skincare itu untuk perawatan wajah, jadi melindungi dari polusi dan sinar matahari saja, dan kalau makeup itu harus banget pakai skincare, karena kadang makeup itu bisa merusak wajah kalau dipakai terlalu lama dan menyebabkan komedo,” ungkap Angel menjelaskan sedikit pengetahuannya tentang makeup.
Tak pernah menyentuh makeup
Jika berbicara tentang makeup, rupanya masih ada perempuan yang tidak menggunakan makeup ketika beraktivitas sehari-hari. Bahkan, sekadar bedak dan lipstik pun tidak ia gunakan. Namanya Natalistiyani (20), seorang mahasiswi keperawatan yang setiap harinya menempuh jarak tiga puluh kilometer untuk kuliah.
Natal, biasa ia dipanggil, mengaku tidak suka menggunakan makeup. “Eh bukan tidak suka, tapi tidak berani,” ralatnya. Kebetulan, hari ini saya bertemu dengan Natal di bawah teriknya sinar matahari Jalan Godean. Wajahnya memang tampak polos, tidak terlihat polesan makeup sama sekali. Katanya, itulah yang disebut natural beauty. Saya dan dia pun terkekeh.
Bohong jika Natal tidak ingin makeup. “Derita punya kulit yang sensitif, cari makeup yang cocok susah banget,” ungkap Natal mengajak menepikan sepeda motor. Maklum, tadi saya dan dia yang mempunyai julukan Upin dan Ipin hanya tidak sengaja bertemu lampu merah.
Kata Natal, menggunakan bedak saja bisa membuat kulitnya jadi penuh jerawat. Akhirnya, Natal pun memilih untuk tidak makeup. Jika ditanya kapan terakhir kali Natal menyentuh makeup, jawabnya adalah lupa. Seingatnya, ia terakhir makeup saat kondangan bersama temannya. Saat itu, ia menggunakan primer, bedak, eyeshadow, maskara, dan lipstik. “Sudah lama banget, setahun atau dua tahun lalu, zaman sebelum physical distancing,” ungkap Natal berusaha mengingat-ingat.
Jika aktivitas sehari-hari Natal termasuk jarang menggunakan makeup. “Lipstik masih pakai, tapi kalau nggak lupa, itu pun tipis-tipis saja, biasanya lebih memilih lip balm. Tapi itu semua kalau nggak lupa ya,” ungkap Natal menegaskan sembari terkekeh. Natal memang tidak cukup berani memakai lipstik terlalu tebal. Katanya, jika lipstik terlalu tebal malah akan terlihat aneh bila tidak menggunakan bedak atau wagu.
Meskipun demikian, Natal juga senang melihat perempuan yang makeup. Menurutnya karena ia jarang menggunakan makeup, ia menjadi tidak bisa makeup. Sebagai informasi, Natal memang sudah mengenal makeup sejak SMA dan rajin membeli makeup. Walaupun berakhir expired atau diberikan pada ibunya.
Bicara soal makeup menor, Natal mengaku sering julid dengan teman-temannya. “Pernah ada perempuan lewat dandannya menor, lipstik tebal, blush on seperti orang habis ditampar, jijik sebenarnya yang lihat, makeup kok bukan mempercantik tapi malah jadi jelek. Tapi nggak ditegur langsung, biasanya hanya lihat teman kasih kode, setelah itu baru dirasani,” ungkapnya terkekeh.
Sebenarnya, Natal pun pernah disuruh saudaranya untuk makeup. Katanya biar terlihat perempuan. Namun, Natal menolak karena sadar kulitnya akan rusak jika dipaksakan untuk makeup.
Meskipun demikian, Natal tetap percaya diri tampil tanpa menggunakan makeup. “Nggak bisa makeup itu bikin dompet makin tebal alias irit dan juga terlihat apa adanya atau tidak neko-neko,” ungkap Natal sembari berpamitan harus segera melanjutkan perjalanan ke Kulon Progo.
Kapok Makeup tapi hobi merias wajah
Cerita perempuan tanpa makeup lainnya datang dari Febriani (21), mahasiswi jurusan komunikasi universitas swasta di Jogja, yang sering membantu merias wajah di salon milik tantenya. Meskipun Yani, biasa ia dipanggil, memiliki hobi merias wajah, namun hal itu tidak dilakukan pada wajahnya sendiri.
Menurut Yani, wajahnya cukup sensitif untuk dibebani makeup. “Sebelum ini, aku sudah ke dokter dan habis jutaan rupiah hanya untuk menghilangkan dampak dari makeup,” ungkap Yani miris. Katanya, wajahnya saat itu sudah dipenuhi jerawat dan bruntusan sehingga memerlukan penanganan dokter.
Yani cukup sering menerima jasa makeup wisuda dan beberapa kali membantu makeup pengantin. Menurut Yani, makeup merupakan hal yang penuh dengan trik. Beberapa macam makeup yang ia tahu adalah makeup natural, makeup flawless, makeup nude, dan masih banyak lagi yang disesuaikan dengan permintaan dari pelanggan dan acara.
“Tempat outdoor dan indoor pasti beda, karena menyesuaikan cahaya, supaya nanti ketika didokumentasikan dalam bentuk foto dan video terlihat pas komposisinya, tidak terlalu putih, ataupun tidak terlalu gelap,” ungkap Yani menjelaskan pengetahuannya.
Membuka sedikit memori Yani, dulu ia sering bermain menggunakan makeup. “Dari sekolah dasar sudah suka makeup, membuat seolah-olah putri dari negeri dongeng,” ungkap Yani membayangkan masa kecilnya. Rupanya, makeup yang menempel di wajah Yani tidak cocok untuk kulitnya. Kata Yani, mungkin juga kesalahannya ada pada dirinya yang tidak mencuci alat yang digunakan dengan bersih ataupun lupa membersihkan wajahnya dari makeup.
Sejak saat itu, Yani tidak pernah makeup di wajahnya lagi. Selain itu, ia memastikan pelanggannya tidak mengalami nasib seperti dirinya dengan terus memperhatikan kebersihan alat makeup. “Jangan lupa, makeup harus disesuaikan juga dengan jenis kulit,” ungkap Yani yang sudah harus pergi merias pelanggan.
Laki-laki memandang perempuan yang pakai makeup
Saya pun bertanya-tanya, bagaimana pendapat para pria tentang makeup yang katanya memikat hati mereka. Saya pun bertemu dengan Nur Fauzan (20), atau akrab dipanggil Uzan, mahasiswa teknik sipil universitas swasta di Jogja. Uzan ternyata sangat mengenal makeup. Ia bisa menyebutkan hampir semua jenis makeup. “liptint, lipgloss, maskara, eyeshadow, blush on, bedak,” ungkap Uzan dengan lantang. Ia tahu karena ayahnya bekerja di sebuah perusahaan kecantikan.
Jika diminta jujur, Uzan lebih senang melihat perempuan yang menggunakan makeup. Pasalnya, perempuan yang tahu cara menggunakan makeup akan terlihat lebih cantik. “Nggak mungkin pertama kali melihat dari sifat, pasti tetap dari fisik, yang tentu juga ditunjang dengan makeup,” ujarnya mempertahankan pendapat.
Menurut Uzan, perempuan dengan paras cantik akan membuat ia tidak bosan untuk memandang, apalagi sampai melirik ke lain hati. “Secantik-cantiknya perempuan yang nggak pakai makeup, pasti tetap cantik yang pakai makeup,” ungkap Uzan masih kekeh dengan pendapatnya dan tidak percaya dengan natural beauty.
Meskipun demikian, tidak semua perempuan yang menggunakan makeup menarik di mata Uzan. Tidak jarang, perempuan yang menggunakan makeup malah terlihat seperti tante-tante. “Sekarang banyak perempuan yang makeup tapi nggak sesuai umurnya, menor, apalagi kalau pas wisuda,” ungkapnya. Bahkan, ia tak segan menegur jika makeup pacarnya terlalu menor.
Uzan juga tidak menyangkal bahwa makeup sangat mempengaruhi penampilan. Katanya makeup itu cocok-cocokan, terkadang ada perempuan yang cantik dengan makeup tebal, namun ada yang lebih cantik dengan makeup tipis. Selain itu, Uzan menambahkan makeup juga berpengaruh pada raut wajah dan keseksian penggunanya.
Selama menjalin hubungan, Uzan selalu mendapatkan perempuan yang bisa makeup. “Sebenarnya, nggak pernah menyuruh perempuan untuk makeup,” ungkap Uzan sembari menyuguhkan segelas es sirop yang katanya sisa lebaran. Pasalnya, Uzan menganut paham bahwa tidak harus semua keinginannya harus dipenuhi, salah satunya mempunyai pacar yang bisa makeup. Namun, Uzan juga akan mendukung jika pacarnya itu hobi untuk makeup.
Katanya, Uzan tidak segan-segan untuk memberi makeup pada pacarnya. “Kalau pas lagi main, biasanya pacarku bawa lipstik, ternyata lipstiknya habis. Selama uang masih ada ya dibelikan,” jelas Uzan bersemangat. Hal itu dilakukan untuk meringankan beban pacarnya yang masih harus menabung atau sekadar meminta ke orang tua untuk membeli makeup.
Dibalik Uzan yang suka melihat perempuan menggunakan makeup, ia juga meminta agar perempuan tidak menjadi malas untuk salat atau sedikit-sedikit touch up alias membenarkan makeup. “Sewajarnya saja, kalau wudu lalu makeup luntur ya tinggal makeup lagi. Tapi makeup ulang juga jangan terlalu sering,” ungkap Uzan sedikit gemas. Prinsipnya adalah makeup bukan sebagai nomor satu yang harus selalu didahulukan.
Cantik akhlak baru cantik makeup
Lain perkara dengan Jehan Pahlevi (21) yang lebih suka perempuan tanpa makeup. “Bukan berarti yang pakai makeup jadi nggak suka, tapi lebih mementingkan akhlak alias cara berlaku dan cara bicara,” ungkap Jehan, biasa ia dipanggil.
Menurutnya, ia kerap kali melihat perempuan yang makeup hanya untuk menunjukkan diri mereka lebih cantik daripada perempuan lain. “Bukan hobi dan malah julid ke perempuan lain yang menurut mereka makeup yang digunakan kurang baik,” ungkap Jehan kesal.
Sebenarnya Jehan berpendapat bahwa makeup yang sederhana dan natural memang bisa mempercantik penampilan. Namun, hal itu juga dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi. “Kalau hanya di rumah, makan atau jalan-jalan yang dekat, nggak perlu makeup. Tapi, kalau acara resmi ya memang biasanya lebih baik pakai makeup,” ungkap Jehan meluruskan opininya.
Biasanya, Jehan akan melihat motivasi perempuan yang menggunakan makeup. Bahkan, Jehan juga tidak segan untuk mendukung perempuan yang hobi makeup dengan cara memberikan pujian, membantu promosi jika membuka jasa makeup, dan membelikan makeup. “Kelihatan kalau pas nongkrong, ada perempuan yang nyletuk mbak itu make upnya kurang banget deh, nah itu jatuhnya toxic,” ungkap Jehan.
Selama menjalin hubungan, Jehan beberapa kali berpacaran dengan perempuan yang tidak suka menggunakan makeup. Menurutnya hal itu tidak menjadi masalah, karena ia pun percaya dengan natural beauty. Selain itu, perempuan yang menjadi pacarnya kebanyakan juga membeli makeup dengan berhemat alias menabung. Jehan menghargai itu. “Merawat wajah tidak hanya makeup, namun juga skincare, ketika menikah nanti hal itu tentu menjadi jaminan suami,” ungkap Jehan mengakhiri pembicaraannya tentang makeup.
Kata dokter untuk yang menggunakan makeup
Melalui sebuah aplikasi kesehatan, saya disambungkan dengan dokter Novika (29), yang bekerja di Puskesmas Tangerang. Menurutnya, makeup harus disesuaikan dengan jenis kulit wajah. Untuk mengetahui jenis kulit wajah, dapat dilakukan dengan memeriksakan pada dokter kulit.
Bila makeup tidak sesuai dengan jenis kulit wajah, maka dapat menyebabkan reaksi alergi seperti kemerahan, gatal, bruntusan, dan jerawat. Karena itu, penting sekali mengenal makeup yang digunakan sehari-hari, termasuk wajib untuk tahu kandungannya. “Sekarang ini banyak makeup yang terbuat dari bahan organik. Ada pula yang mengandung SPF sehingga dapat melindungi dari sinar matahari. Dan mengandung vitamin E untuk menjaga kelembapan kulit,” jelas Dokter Novi singkat namun cukup mudah dimengerti.
Memilih makeup juga tidak dapat dilakukan sembarangan. Selain jenis kulit, pertimbangan lainnya adalah BPOM dan keterangan informasi resmi distributornya. Takutnya, makeup yang dijual merupakan makeup palsu. Bahaya makeup palsu dapat menyebabkan wajah seperti terbakar, merah, dan menjadi alergi.
Makeup memang dapat meningkatkan kepercayaan diri. Namun, setelah makeup ada baiknya untuk menjaga kebersihan wajah dengan mencuci wajah menggunakan sabun. “Jangan lupa untuk minum air putih dan istirahat yang cukup untuk mendukung kesehatan kulit wajah,” pungkas Dokter Novi mengakhiri penjelasannya tentang makeup.
BACA JUGA Kami Membuktikan Apakah Makan di Malioboro Semahal yang Dikeluhkan dan liputan menarik lainnya di rubrik SUSUL.