Dalam demo lanjutan “Jogja Memanggil”, massa aksi ramai-ramai menyanyikan lagu untuk menyindir Jokowi, Kaesang, Polisi, dan hal-hal memuakkan dari pemerintahan Republik Indonesia.
Massa aksi demo di Jogja sudah berkumpul di Lapangan Parkir Abu Bakar Ali (ABA) sejak pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, Selasa (27/8/2024).
Ratusan massa aksi berbaju hitam—dari berbagai lapisan masyarakat—itu lalu melakukan long march melewati Jalan Malioboro dan berhenti di Istana Gedung Agung Yogyakarta. Barisan Polisi sudah berjaga di sana.
Jeritan orang miskin saat istri Kaesang makan roti Rp400 ribu
Tiba di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta sekitar pukul 12.00 WIB, massa demo di Jogja secara bergantian lalu melakukan orasi dari mobil komando. Seruan utama mereka tentu melawan upaya Jokowi membangun dinasti politik.
Tak cuma itu, orator juga menyinggung perihal kekerasan demi kekerasan yang pernah dilakukan oleh Polisi. Hal itu untuk merespons kabar kekerasan oleh Polisi terhadap massa aksi demo di Semarang sehari sebelumnya, Senin (26/8/2024).
Yang cukup mencuri perhatian dalam orasi tersebut adalah sosok ibu-ibu menjelang 40-an tahun. Ia mewakili pekerja rumah tangga berseru parau perihal kesejahteraan mereka dan juga guru honorer di Indonesia.
“Kau pamer makan roti seharga Rp400 ribu. Sementara segitulah bayaran guru honorer dalam sebulan,” teriaknya dengan suara hampir habis. Seruan yang sontak disambut gemuruh massa aksi demo di Jogja siang itu.
Lagu untuk Jokowi, Kaesang, dan Polisi
Pada orasi ke sekian, majulah Neta, mahasiswi aktf dari Universitas Islam Indonesia (UII). Awalnya ia membacakan puisi karya Wiji Thukul berjudul “Sajak Suara”.
“Aku akan tetap memburumu seperti kutukan!” Teriak Neta menutup puisinya. Lagi-lagi, disambut gemuruh massa aksi demo di Jogja.
Neta lalu memandu massa aksi untuk menyanyikan lagu sindiran untuk Jokowi, Kaesang, dan Polisi. Beberapa bagian liriknya juga menyasar hal-hal memuakkan dari para elite negeri ini. Sebuah lagu yang dibawakan dengan nada lagu “Rasa Sayange”. Berikut liriknya:
Main musik pakai gendang
Yang mukul namanya Bambang
Dulu cuman makan rendang
Sekarang kok ngurus tambang
Jenguk temen bawa jeruk
Makan jeruk rasanya sedap
Udah tahu citranya buruk
Malah mau sok-sok’an nyadap
Ke nikahan Mahalini
Mobil parkir di garasi
Potong pajak sana-sini
Yang kaya yang bikin regulasi
Bangun tidur kumur-kumur
Numpang makan dekat sumur
Kalau kerja ada batas umur
Jadi Gubernur bisa diatur
Lempar batu sembunyi tangan
Pecah kubu dapat imbalan
Negara banyak settingan
Pilkadanya akal-akalan
Di penjara maling jaket
Digebukin pakai raket
Sahin RUU penting macet
Nggak lupa perampasan aset
Anak kecil mau terasi
Pamer naik jet pribadi
Baru dilantik selebrasi
Ongkang kaki minum Wishky
Udah putus urat malu
Ngajak istrinya bercumbu
Negara ribut nanti dulu
Beli roti 400 ribu
Tabur bunga atas pelanggaran rezim Jokowi
Saya sempat mendekat ke arah Neta sesaat setelah ia turun dari mobil komando. Ia duduk di barisan depan. Karena massa aksi demo di Jogja hendak melangsungkan teatrikal “Memenggal Tirani“, saya tak sempat mengajaknya berbincang lebih jauh.
Neta berbaik hati memberikan teks lirik lagu sindiran untuk Jokowi, Kaesang, Polisi dan hal-hal memuakkan dari para elite negeri ini, seperti terlampir di atas. Lirik lagu tersebut sudah cukup menjelaskan kemuakannya, mewakili rakyat Indonesia yang muak dengan rezim Jokowi.
Sebelum orasi dan teatrikal, poster-poster berisi pelanggaran-pelanggar rezim Jokowi disebar di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta, persis di bawah kaki-kaki barisan Polisi yang berjaga. Massa aksi lalu menabur bunga pada poster-poster tersebut. Simbol duka atas porak-porandanya hukum di Indonesia di bawah rezim Jokowi.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News