Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Aktual

Mahasiswa Fisipol UGM Minta Maaf ke Rakyat Indonesia untuk Pratikno dan Ari Dwipayana

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
12 Februari 2024
A A
Mahasiswa Fisipol UGM Minta Maaf ke Rakyat Indonesia untuk Pratikno dan Ari Dwipayana MOJOK.CO

Ilustrasi Mahasiswa Fisipol UGM Minta Maaf ke Rakyat Indonesia untuk Pratikno dan Ari Dwipayana. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan UGM lintas angkatan meminta dua guru mereka, Pratikno dan Ari Dwipayana untuk kembali pulang ke demokrasi. Tak lupa mereka minta maaf ke rakyat Indonesia karena dua dosen mereka menjadi bagian dari persoalan bangsa. 

***

Puluhan mahasiswa dan alumni Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada menyampaikan pernyataan sekaligus surat terbuka untuk dua dosen atau guru mereka, Pratikno dan Ari Dwipayana. Keduanya saat ini menjadi Menteri Sekretaris Negara dan Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana. Dua orang ini di UGM akrab dengan panggilan Pak Tik dan Mas Ari.

“Pak Pratikno dan Mas Ari Dwipayana, guru-guru kami di Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) FISIPOL UGM. Izinkan kami menuliskan surat ini untuk menyampaikan rasa cinta sekaligus kecewa,” kata Faris Rubiansyah membacakan surat tersebut tersebut di halaman Fisipol UGM, Senin (12/2/2024). 

Mahasiswa UGM serasa baru mendengar ceramah Pratikno dan Ari Dwipayana soal demokrasi

Sebagai mahasiswa dan alumni mereka merasa baru kemarin mendengar ceramah Pak Tik dan Mas Ari di kelas mengenai demokrasi. Keduanya telah meyakinkan mahasiswa, bahwa demokrasi merupakan sebuah berkah yang harus mereka jaga selalu keberlangsungannya. 

Namun, saat ini melihat situasi perpolitikan Indonesia, mahasiswa DPP UGM merasa resah. Keresahannya mungkin sama dengan yang dua gurunya rasakan di masa lalu. Ari Dwipayana yang resah dengan harga tinggi demokrasi atau Pratikno yang resah dengan otoritarianisme Orde Baru. Keresahan yang keduanya sering sampaikan dalam beberapa tulisan di masa lalu.

“Justru hari ini, di tengah perhelatan Pemilu 2024, kita menyaksikan demokrasi sedang menuju ambang kematiannya. Rakyat disuguhi serangkaian tindakan pengangkangan etik dan penghancuran pagar-pagar demokrasi yang dilakukan oleh kekuasaan,” kata Ruby.

Mahasiswa DPP UGM melihat, penguasa saat ini dengan tidak malu menunjukkan praktik-praktik korup demi langgengnya kekuasaan. 

“Mereka membajak konstitusi untuk melegalkan kepentingan pribadi dan golongannya. Melihat ini semua, rasanya demokrasi Indonesia bukan hanya sekadar mundur ataupun cacat, tetapi sedang sekarat,” kata Rubi.

Mahasiswa ingatkan Pak Tik dan Mas Ari tentang intelektual jalan ketiga

Para mahasiswa mengingatkan tentang sosok pemikir Antonio Gramsci, pemikir yang sangat sering dikutip oleh Ari Dwipayana. Bahwasanya, kaum intelektual terbagi menjadi dua jenis: intelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional adalah sekelompok intelektual yang membantu melegitimasi kekuasaan kelas penguasa. 

“Para intelektual tradisional ini menjadi alat para penguasa dalam mengokohkan konsolidasi mereka atas kekuasaan. Dan dalam konteks saat ini, intelektual hanya menjadi instrumen penjustifikasi bagi penguasa dalam melegitimasi kebijakan yang cenderung mendorong kemunduran demokrasi,” kata Rubi. 

Sedang, intelektual organik menurut Gramsci adalah intelektual yang kritis pada kekuasaan, berpikir bebas, dan berlandaskan nilai kemanusiaan. Intelektual organik mampu menyadari segala niat busuk penguasa yang berlindung di balik diksi “stabilitas”, yang sejatinya adalah upaya konsolidasi kekuasaan yang semena-mena.

“Di luar dua klasifikasi biner ala Gramsci, terdapat satu jalur alternatif bagi para intelektual. Guru kami yang lain, koleganya Pak Tik dan gurunya Mas Ari, yakni Mas Cornelis Lay (Conny), menyebutnya sebagai “intelektual jalan ketiga”. Jalur alternatif ini adalah jawaban dari peran yang dilematis bagi para intelektual untuk menjadi bagian dari kekuasaan, atau menjauhinya atas dasar nilai kemanusiaan,” kata Rubi.

Mahasiswa UGM khususnya dari DPP UGM lintas angkatan memberikan pernyataan sikap MOJOK.CO
Mahasiswa UGM khususnya dari DPP UGM lintas angkatan memberikan pernyataan sikap. (Agung P/Mojok.co)

Mereka adalah intelektual yang mampu dengan leluasa keluar masuk kekuasaan, tanpa perlu mengorbankan karakter akademisnya yang bebas, kritis, dan bijak. Poin utamanya adalah bagaimana para intelektual bisa bersahabat dengan kekuasaan tetapi tetap membawa nilai dasar intelektual, demi kepentingan pembebasan manusia dan pemuliaan kemanusiaan.

Iklan

“Pemerintahan saat ini jelas berada dalam upaya melanggengkan kekuasaan, terbilang tidak anti-intelektual dan malah mendegradasi intelektualisme, tetapi justru disokong oleh banyak intelektual sebagai instrumen “stempel” dan pihak justifikasi kebijakan penguasa. Lalu, berada di jalan mana para intelektual yang saat ini menjadi bagian kekuasaan berada?

Mahasiswa UGM meminta maaf ke rakyat Indonesia karena guru mereka menjadi bagian persoalan bangsa

Dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar, Mas Conny berkata: “Dosa terbesar kaum intelektual tidak diperhitungkan berdasarkan jumlah kesalahan yang mereka buat. Namun, oleh kebohongan dan ketakutan dalam mengungkapkan kebenaran yang diketahuinya.”

Sebagai pembelajar ilmu politik sekaligus murid-muridnya Pak Tik dan Mas Ari, mahasiswa menyadari bahwa segala permasalahan terkait kemerosotan demokrasi adalah permasalahan sistemik yang disebabkan oleh banyak aktor. 

“Ini bukan kesalahan Pak Tik dan Mas Ari semata. Namun, biar bagaimanapun kami menyadari, dua guru kami telah menjadi bagian dari persoalan bangsa. Untuk itu, ijinkan kami mewakili Pak Tik dan Mas Ari menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas hal itu,” paparnya.

Menurut mahasiswa, Pak Tik dan Mas Ari adalah guru, rekan, sahabat, kerabat, dan bapak mereka. “Hari ini kami berseru bersama: kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Kembalilah ke demokrasi; dan kembalilah mengajarkannya kepada kami, dengan kata dan perbuatan,” katanya. 

Ajakan kembali ke kampus adalah ajakan kembali ke martabat sebagai akademisi

Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Abdul Gaffar Karim yang hadir dalam aksi tersebut mengatakan, apa yang mahasiswa lakukan merupakan bentuk kepedulian politik dan hak berdemokrasi masyarakat. Pihaknya mendukung aksi mahasiswa karena bentuk dari peran dari demokrasi yang sudah seharusnya dilakukan. 

Langkah dari mahasiswa ini untuk merespon pemberitaan di media yang secara spesifik menyebutkan kedua orang tersebut bagian dari DPP Fisipol UGM. Media menggambarkan keduanya sebagai bagian dari upaya merekayasa sejumlah langkah politik. 

“Ajakan dari mahasiswa untuk pulang ke kampus adalah untuk kembali kepada martabat sebagai  seorang akademisi. Mudah-mudahan membawa hasil yang signifikan,” kata Abdul Gaffar Karim.

Hari-hari ini disibukan dengan banyak peristiwa yang mengecewakan kita semua, apa 

Dosen DPP UGM, Joash Tapiheru menggarisbawahi bahwa selain rasa rindu, ada satu hal penting yang perlu ia tekankan, yaitu adanya etika dalam berepublik dan berdemokrasi. Etika yang mungkin tidak tertuang dalam baris kata-kata di kertas atau dokumen kebijakan atau aturan. “Tapi etika itu menjadi sesuatu yang menjaga keberlangsungan republik dan demokrasi melalui bagaimana kita mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan hal ini yang saat ini sedang dipertaruhkan,” kata Joash. 

Ia mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa yang sudah mengingatkan semua. Bahwa seperti yang mahasiswa sampaikan, problem yang ada saat ini bukan kesalahan individu atau satu dua orang saja, tapi menjadi kesalahan yang menjadi tanggungan bersama. 

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Mahasiswa UGM Malu dengan Dosen-dosennya di Fisipol UGM yang Jadi Operator Politik Jokowi

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 12 Februari 2024 oleh

Tags: DPP UGMmahasiswa ugmPemilu 2024PratiknoUGM
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co
Kilas

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Dari Pakistan, Menemukan Cinta di Universitas Sanata Dharma MOJOK.CO
Esai

Kisah Seorang Pengelana dari Pakistan yang Menemukan Indahnya Toleransi di Universitas Sanata Dharma

19 November 2025
Kompetisi Futsal Campus League 2025: “Derby Karangmalang” (futsal UGM vs UNY) Masih Milik Kampus Biru MOJOK.CO
Aktual

Kompetisi Futsal Campus League 2025: “Derby Karangmalang” Masih Milik Kampus Biru

10 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.