Demo “Jogja Memanggil” dipenuhi dengan spanduk-spanduk yang mayoritas berisi narasi kekecewaan—dan bahkan kebencian—kepada Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), buntut upaya terang-terangan DPR RI menganulir putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Beberapa orang lantas menilai, perkataan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) tentang Jokowi ternyata benar adanya.
***
Sejak pukul 08.00 WIB pada Kamis (22/8/2024), massa aksi berpakaian serba hitam sudah berduyun-duyun memadati area parkir Abu Bakar Ali (ABA), Jogja. Terdiri dari gabungan berbagai lapisan masyarakat.
Nyanyian “Buruh Tani”, “Darah Juang”, hingga “Bagimu Negeri” berkumandang saling bersahutan.
Demo “Jogja Memanggil” sendiri adalah seruan aksi damai untuk mengawal dua putusan MK yang hendak “dibajak” oleh DPR RI. Yakni terkait ambang batas (threshold) partai politik (Parpol) dan batas usia calon kepala daerah.
Publik membacanya sebagai upaya untuk memuluskan langkah putra sulung Jokowi, Kaesang Pangarep, untuk maju menjadi gubernur atau wakil gubernur di Pilkada 2024. Dengan kata lain, bisa dibilang sebagai upaya Jokowi untuk melanggengkan kekuasaannya: membangun dinastinya sendiri.
Kekecewaan massa demo di Jogja pada Jokowi
Kekecewaan—dan bahkan kebencian—publik tampak dari spanduk-spanduk yang dibentangkan oleh massa aksi, seperti pantauan langsung Mojok di titik kumpul aksi demo di Jogja (Parkir Abu Bakar Ali).
Spanduk wajah Jokowi dengan tulisan “Kerajaan Masapahit”, “ Jokowi bertahta MK diperkosa”, “281 juta jiwa dikalahkan 1 keluarga”, hingga kutipan satire ucapan Jokowi yang pernah menyebut “Putusan MK mengikat dan final”, adalah narasi-narasi yang massa aksi suarakan lewat spanduk yang mereka bentangkan.
Terdengar pula caci maki pada Jokowi di tengah riuh massa demo di Jogja yang bersiap bergerak menuju gedung DPRD DI Yogyakarta siang itu.
Ternyata Cak Nun benar tentang Jokowi
“Ternyata benar kata Cak Nun,” ucap seorang demonstran ketika ia melihat sebuah penggalan video lama Cak Nun yang pernah membuat budayawan kondang itu dirujak habis oleh berbagai pihak. Yakni ketika dalam sebuah forum Maiyah Cak Nun menyebut Jokowi sebagai Firaun.
Pada Januari 2023 silam, nama Cak Nun trending topic di X selama berhari-hari imbas penggalan videonya dalam sebuah forum Maiyah di Jawa Timur. Hujatan, makian, dan doa-doa buruk melayang padanya.
“Pemilu 2024 nanti koen kabeh (kalian) nggak mungkin menang. Wis onok sing menang ket saiki (sudah ada yang menang dari sekarang). Karena negara ini dikuasai oleh Firaun bernama Jokowi, Qorun bernama Antony Salim, dan Haman yang namanya Luhut,” ucap Cak Nun waktu itu.
“Jadi negara kita sesempura dicekel cek (dicengkeram) oleh Firaun, Haman, dan Qorun. Seluruh sistem, perangkat, alat politik, sudah dipegang oleh mereka semua. Kalian milih siapa saja, tapi wis onok sing memang (sudah ada yang menang). Itu dewasa apa nggak?,” sambungnya.
Peringatan darurat.
Firaun itu nyata! pic.twitter.com/VgvvNGOnNW
— Diseduh! (@disseduh) August 21, 2024
Banyak pihak menilai Cak Nun sudah kelewat batas. Apa yang disampaikan Cak Nun saat itu dinilai berangkat hanya atas dasar kebencian semata. Bahkan ketika Cak Nun membuat video klarifikasi yang mengatakan kalau saat berkata demikian ia sedang kasambet, caci maki dan olok-olok terhadap budayawan kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu justru makin banter.
Baca halaman selanjutnya…
Jokowi ternyata bukan orang lugu
Demo di Jogja, membuka mata kalau Jokowi tak selugu itu
Faris (34), seorang massa demo di Jogja menyebut kalau rentetan kecurangan yang mencederai demokrasi belakangan ini membuka matanya kalau ternyata Jokowi tidak selugu dan selemah lembut itu. Sebab, sempat ada masa di mana Jokowi digambarkan sebagai sosok lugu dan lemah lembut yang saat ini tengah terzalimi.
“Mulai sangat terbuka sebenarnya saat ia memuluskan langkah Gibran (putra sulung Jokowi) untuk menjadi cawapres. Waktu itu kan lewat putusan MK,” tutur Faris.
“Sekarang lewat DPR malah berupaya memuluskan Kaesang (putra bungsu Jokowi) jadi cawagub. Itu kan sangat terlihat sekali kalau sosok yang katanya lugu ini, ternyata penuh siasat buruk dan kecurangan,” sambung pria asli Jogja tersebut.
Syukur publik sudah sadar
Saya lalu mencoba menghubungi seorang kawan Jemaah Maiyah yang, persis di hari demo di Jogja, mengunggah ulang foto Cak Nun dengan narasi “Piye? Bener Omonganku, To?”.
“Dulu ketika Mbah Nun bilang Jokowi Firaun, dicaci maki, dihajar habis-habisan di medsos. Sekarang terbukti kan wujud asli Jokowi seperti apa?” ujar Huda (25), Jemaah Maiyah asal Jawa Timur melalui sambungan telepon.
Januari 2023 silam, Huda merasa hatinya sesak bukan main, air matanya bercuruan, dengan amarah tertahan saat berbagai pihak menyerang Cak Nun gara-gara ucapan “Jokowi Firaun”. Kini ia merasa “lega” ketika melihat banyak pihak mulai membuka matanya.
“Kata Mbah Nun, di Pemilu 2024 ini kita akan kalah. Di Pilpres 2024 lalu kita sudah kalah. Tinggal Pilkada 2024 nanti yang Kaesang sedang diupayakan maju,” ungkap Huda.
“Tapi dengan demo-demo, termasuk demo di Jogja, setidaknya publik sudah membuka mata kalau negara ini sedang rusak. Jokowi menjadi salah satu sosok di balik kerusakan itu. Setidaknya kita mulai sadar untuk melawan, kawal putusan MK,” tegasnya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini